Beranda / Romansa / PAWANA / Dari Sosok Yang Mungkin Misterius

Share

Dari Sosok Yang Mungkin Misterius

Penulis: Fau
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 01:05:35

"Ahhhh, Kayraaaaaa!!!" Aul menepuk bahuku dengan sangat keras. "Kenapa kau tak tanya siapa dia?" ucapnya lagi.

"Diamlah Aul," jawabku. 

Benar juga. Memang bukan hal sulit bagiku jika aku mau bertanya siapa dia, namanya, alamat, dan kenapa dia bisa tahu alasanku dan... nama panggilanku, Kayra. Tapi tidak semudah itu. Auranya benar-benar misterius sehingga akupun tak mampu berkata apa-apa saat melihatnya.

"Tapi aneh juga ya, kok dia bisa tahu?" ucap Sabil.

Aku mengangkat bahuku. "Entahlah, lagi pula aku tidak terlalu peduli padanya. Aku hanya ingin tahu darimana dia tahu tentangku," jawabku.

Aul masih berdiri terpaku dengan tangan di dagu. Dia sepertinya akan mati penasaran jika tetap tidak tahu tentang pria itu. Kurang lebih namanya saja. Aku tersenyum melihat sahabatku yang satu ini. Menarik tangannya dan memaksanya duduk.

"Hei, sudahlah. Mending kau ceritakan padaku, bagaimana hari pertama kalian masuk sekolah? Ah sudah pasti seru sih, walau tanpaku," ucapku seraya menunduk.

Sabil memukulku. "Nggak ada yang seru kalau nggak ada tuan putri Azkayra Laila!" 

"Hahahaha, kau bohong, bil" ucapku.

"Yah, nggak ada yang seru memang, kami beda kelas. Dan di kelasku nggak ada cowo ganteng sama sekali. Membosankan!" ujar Aul.

"Kau sendiri, gimana?" lanjutnya.

"Hm, aku punya temen baru. Namanya Alin. Orangnya manis tapi aku belum terlalu kenal dan belum bisa mendalami sifatnya. Aku harap dia orang baik," jawabku.

"Alin? Nama yang bagus." Ujar Sabil.

"Setidaknya semoga attitude-nya bagus. Tak seperti kau!" ucap Aul sambil memukul jidat Sabil.

Kami tertawa keras di tengah taman kota malam itu. Sepinya taman tersamarkan oleh riuh suara kami. Ya, mereka bedua sahabatku. Dua orang yang selalu ada untukku. Kami sudah bersama sejak sekolah dasar. Sudah seperti saudara. Kami berbagi apapun dan melakukan semua bersama. Entah apa jadinya aku bila tanpa mereka. Tapi bunda selalu berpesan. Semua orang sama baiknya, jika kita mau membuka diri. Seperti aku yang terbuka pada Aul dan Sabil, aku harus terbuka juga pada Alin, teman baruku. Juga yang lainnya di kelas.

'ding dong!'

Sebuah pesan w******p masuk ke handphone-ku. Satu pesan baru dari... Angin.

[Halo Kayra, jangan lupa makan!]

Aku menatap layar handphone-ku. Tak berkutik apapun. Siapa dia? Aku ingin membalas pesannya, tapi aku takut. Aku takut itu hanyalah orang iseng atau orang jahat yang berusaha mencelakaiku. Kedengarannya memang aneh, tapi aku benar-benar takut.

"Hey, gimana reaksi kalian kalau ada kontak asing yang mengirimi kalian pesan?" tanyaku pada Sabil dan Aul.

"Kau bertanya padaku? Kalau aku, sih.. Aku bakal respon. Siapa tahu penting," ujar Sabil.

"Kalau kau?"

"Kalau orang yang jelas, aku respon. Tapi kalau sekedar nomor anonymous, ogah deh!" jawab Aul.

"Ah, begitu," jawabku seraya menangguk-anggukkan kepala. Respon atau tidak? Ah, tidak usahlah. Aku membaca pesan aneh tersebut lalu kembali mematikan handphone-ku. 

Aku melangkahkan kakiku kembali kerumah. Tidak jauh. Hanya sekitar 15 menit agar aku bisa sampai kerumah dari taman kota. Sabil dan Aul sudah sampai duluan sejak tadi. Rumah mereka memang lebih dekat ke taman kota daripada rumahku. 

"Assalamualaikum bunda," ucapku sambil membuka pintu. 

Sepertinya bunda sudah tidur. Aku melangkahkan kakiku menuju kamar. Menutup jendela yang ternyata sejak tadi lupa kututup. Aku merebahkan badanku dengan jaket yang masih melekat di badan. Aku tidak mengantuk malam ini, jadi kuputuskan untuk membuka sosmed-ku.

[1 pengikut baru]

Ah, ada pengikut baru. Siapa ini? Kubuka pemberitahuan.

[p__1a mulai mengikuti anda]

P1? siapa dia? Kreatif juga dia membuat username. Aku tidak mengikutinya balik. Aku hanya melihat profilnya. 700 pengikut dengan tanpa postingan sama sekali. Foto profilnya juga kosong. Aneh sekali. Akhir-akhir ini banyak sekali orang asing misterius yang mencoba menghubungiku. Tak banyak sih, hanya ini dan... Angin.

Mood-ku langsung turun seketika. Aku menutup handphone dan mencoba untuk tidur. Saat tiba-tiba bunda datang.

"Kayra udah pulang?" 

"Ah, sudah bunda. Kay pikir bunda udah tidur," jawabku.

Bunda duduk di sebelahku, "tadi ada yang nyariin kamu, dia bilang sih, temen sekolahmu," 

Hah? temen sekolah? "temen SMP maksud bunda?" jawabku.

"Bukan, temen SMA."

Lah, siapa? Aku hanya kenal dengan Alin dan aku juga belum memberitahunya alamat rumahku. 

"Ah iya, dia laki-laki Kay," ucap bunda lagi.

Hah? laki-laki? Siapa? "Kay nggak ada kenalan sama temen cowok, Bun di sekolah," jawabku. Dalam hati aku merenung. Mungkinkah dia? Orang itu? Orang yang tahu segalanya? Tapi darimana dia tahu alamatku? Ah, benar juga. Dia tau segalanya.  

"Kayra, kau hanya perlu singgah ke tempat lain. Memahami bagaimana orang-orang memandang tentangmu. Tak perlu risau. Kehidupanmu yang baru, dimulai saat ini." Bunda memandangku lembut. Ia lalu berjalan keluar kamar seraya mengucapkan selamat malam. Aku tahu maksud bunda. Ia tak suka jika aku harus terjebak dengan pergaulan bersama 2 sahabatku. Hanya 2 sahabatku. Ia ingin aku mulai terbuka dengan orang baru. Ah bunda.. 

Tapi, lagi-lagi orang misterius. Tahu alamatku? Menyeramkan bukan? Aku ingin menceritakan ini pada Aul dan Sabil. Tapi aku menahan diri. Bukan karena aku tak ingin berbagi cerita. Aku hanya ini untuk kali ini mencoba menyelesaikan ini sendirian. Benar-benar sendirian. 

Ah ya, aku juga sudah bertekad. Aku akan bertanya siapa namanya dan kenapa dia tahu tentangku. Aku sudah janji pada diriku sendiri. Aku harus membunuh rasa penasaran ini. Sekarang waktunya tidur.

--

Sepertinya baru semenit aku tidur, dan kini matahari sudah membangunkanku saja. Tak bisakah dia membiarkanku tidur pulas malam ini saja?

Waktu menunjukkan pukul 05.13, masih ada waktu untuk sholat subuh. Rutinitas, aku membuka handphone terlebih dahulu. 1 pesan w******p dari.. Angin

[Hai Kayra, selamat pagi! Semoga harimu menyenangkan. Jangan lupa sarapan ya!]

Lagi-lagi dia. Apa aku blok saja, ya, gumamku. Tinggal 1 sentuhan lagi maka nomor itu akan terblokir dari w******p-ku. Namun aku mengurungkan niatku. Bagaimana bisa aku tahu dia siapa jika aku memblokir kontaknya? Aku berusaha bersikap tak acuh dan mulai bersiap ke sekolah.

Pagi ini lagi-lagi aku melihat Satpam dengan senyum cerianya menyambut para siswa dengan tawa. Ah, bapak ini benar-benar orang yang periang. Aku mencoba menyapanya. "Pagi, pak!" ucapku. Beliau melihatku dengan senyum sambil menjawab "Selamat pagi.... Azkaaaayyyraaa! Belajar yang baik ya!" jawabnya seraya membaca namaku yang terpampang jelas di papan nama seragamku. 

Di kelas, aku melihat Alin sedang duduk memandangi handphone-nya.

"Lin!" sapaku.

"Ah, Kayra. Lama sekali kau datang," jawabnya.

Aku duduk di sebelahnya.

"Lin, kau tahu anak yang kemarin? Yang kau katakan mungkin akan menjadi favorit BK tahun ini," ujarku.

"Ah, dia. Kenapa?"

"Aku ingin bertanya padanya, siapa dia. Soalnya nih, aneh banget. Dia bisa tahu alasanku masuk ke SMA ini, dan.... nama panggilanku juga dia tahu," jawabku dengan antusias.

"Hahahah, Kay. Wajar kali. Beberapa orang disini juga masuk SMA ini karena tidak lolos SMA favorit dan soal nama panggilanmu, sudah jelas di nama awalmu, Azkayra." Aku diam. Masuk akal, sih. Atau mungkin aku yang terlalu ambil pusing soal dia?

Sosok laki-laki masuk dan, itu dia. Dengan penampilan yang sama, dia duduk dengan tak melihay sekeliling. Aku memandangnya. Jika yang dikatakan Alin itu benar, lalu bagaimana dengan Angin, p__1a, dan.. pria yang mendatangi rumahku malam tadi. Apakah dia orang yang sama?

Sesaat kemudian dia melihatku. Beradu pandang denganku, lalu tersenyum seolah lagi-lagi dia tahu apa yang ada di pikiranku.

Bab terkait

  • PAWANA   Hanya Perlu Bertanya Dia Siapa

    Ucapan Alin tadi benar-benar mengurungkan niatku yang sudah kubangun sejak tadi malam. Aku memalingkan pandanganku pada Alin. Melihatnya yang ternyata sejak tadi memperhatikanku."Sudahlah, Kay. Ayo kita ke kantin. Aku dengar makanan kantin sekolah ini benar-benar enak. Aku pengen coba," ucapnya seraya menarik tanganku keluar kelas. Aku beranjak dari tempat dudukku tanpa memindahkan mataku dari laki-laki itu. Dia tetap memperhatikanku dengan senyum seraya melipat kedua tangannya dan kakinya yang sudah terangkat ke atas meja. Bunda selalu memperingatkanku agar tidak melihat orang dari penampilannya. Tapi sepertinya orang yang satu ini benar-benar menunjukkan kepribadian dari penampilannya. Jadi, tak salah jika aku merasa dia modelan bad boy."Kay, mau pesen apa?" ucap Alin"Ah, terserah kau aja."Beberapa menit menunggu, pesanan kami pun datang."Kay, kau kenapa sih, selalu mandangin dia?"Deg, aku harus jawab apa? Jangan sampai Alin me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PAWANA   Hilang Kendali Setiap Kali Menatapnya

    Aku pulang pukul 5 sore. Setelah puas seharian menatap wajah Alin dan menelan semua guyonan kami. Aku melangkah seraya memikirkan apa yang Alin katakan tadi. Naufal, nama itu. Apakah benar nama itu benar akan menjadi cinta pertamaku? Aku berjalan seraya merogoh kantongku. Mencari handphone dan mengirim pesan pada bunda bahwa aku akan sampai sebentar lagi. Aku sudah berada di gerbang perumahan sekarang. Tinggal beberapa blok lagi dan aku akan sampai rumah. Ah benar juga, aku belum memberitahu kalian, bukan? Aku hanya tinggal berdua dengan bunda. Ayah sudah lebih dulu berangkat ke surga saat aku duduk di kelas 1 SMP. Ayah benar-benar orang baik, begitu juga bunda. Aku bahagia memiliki mereka bedua. Aku juga tidak punya kakak atau adik. Aku anak semata wayang yang benar-benar menjadi harapan bunda saat ini dan sampai selamanya. Jadi, jangan pernah lagi menanyakan dimana ayah dan saudaraku. Haha.Hari ini benar-benar melelahkan. Hingga rasanya malam ini aku hanya ingin menutup ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PAWANA   Naufal

    Hari ini bagiku cukup melelahkan. Dan entah kenapa mood-ku hari ini sangat buruk. Aku bergegas pulang dan menolak ajakan Alin untuk ke toko buku dengan alasan sakit kepala. Sebenarnya memang sakit sih meskipun tidak terlalu. Aku sampai dirumah disambut bunda yang sedang asyik menjahit. Ya, itu pekerjaan bunda. Aku hanya bergantung pada bunda dan pekerjaannya."Assalamualaikum Bunda," ucapku.Bunda yang melihatku tersenyum lega. "Waalaikumsalam Kay, makan sana!" ujarnya.Aku bergegas masuk kamar dan tak sabar untuk merebahkan badanku. Aku memutuskan mendengarkan musik saja. Aku membuka handphone saat tiba-tiba sebuah notifikasi pesan whatsapp muncul.Alin : [Kay, gimana keadaanmu?]Kayra : [Aku udah rebahan Lin, semoga nanti enakan.]Alin : [send a photo]Alin : [Aku pengen beli jam tangan. Pilih satu diantara dua yang ku kirim!]Aku mengunduh foto yang dikirim Alin. Dua jam tangan warna putih dan biru. Aku dominan menyuka

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PAWANA   Demam Biasa Atau Demam Naufal?

    "Kukuruyuukkkk!"Suara ayam jago tetangga membangunkanku. Namun ada yang aneh. Aku mendengar suara 'ngorok' yang entah darimana datangnya. Aku mencari-cari asal suara itu hingga aku menemukan handphone-ku yang.... masih tersambung dengan Naufal. Aku terkejut setengah mati. Jadi telponnya tidak mati semalaman? Astaga!Aku mencoba tenang, kuangkat pelan-pelan handphone-ku sepelan mungkin agar Naufal tidak terbangun."Kayra?" Astaga! Aku terkejut lebih hebat dari sebelumnya hingga tanpa sadar menjatuhkan handphone-ku."Kayra? Udah enakan badannya?" ucap bunda yang entah sejak kapan berada di pintu kamarku."Udah bunda, tapi masih nggak enak," jawabku.Bunda mengangguk. "Keluar ya, bunda masakin bubur," ucap bunda lagi. Aku hanya mengangguk seraya melihat bunda keluar dari kamar. Setelah bunda keluar, aku buru-buru mengambil kembali handphone yang jatuh ke lantai. Sial."Hufftt, untung nggak kenapa-kenapa," ucapku pelan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PAWANA   Kita dan Taman Kota

    "Belum reda juga panasnya Kau, udah minum obat?" tanya Naufal. Aku hanya mengangguk. Panas alami mulai kurasakan menjalar di sekujur tubuhku. Aku yang sejak kemarin lemas menjadi semakin lemas saja sepertinya."Kayra! katanya mau makan somay," ujar Alin mencairkan suasana yang canggung tadi. Aku membenarkan ekspresi wajahku dan menata ulang dudukku. Begitu juga Naufal yang entah sejak kapan sibuk dengan kantong celana jeans-nya."Aku ambilin mangkok ya," ucap Alin yang kemudian pergi begitu saja keluar kamar. Sejenak tadi aku lega dan sekarang aku mulai canggung dan badanku mulai memanas lagi. Apa kau sadar? Alin baru saja meninggalkanku berdua dengan Naufal. Kalau begini ceritanya, dia bukannya mencairkan suasana tapi malah membuat suasana makin canggung saja.Sesekali aku menatap Naufal. Dia tersenyum melihatku."Hai Kay, it's first time kita ketemu," ucapnya dengan senyum yang manisnya melebihi gula murni. Aku pun ikut tersenyum melihatnya."Iya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • PAWANA   Azkayra

    Aku bukan anak yang ambisius. Aku hanya anak seperti yang lainnya yang menginginkan kehidupan sekolah menengah atas yang sehat. Hanya saja beberapa rintangan mungkin bisa hadir dalam kehidupanku saat itu. Saat semua sahabatku masuk ke SMA favorit mereka, dan hanya aku sendiri yang tidak. Apa kau bisa bayangkan betapa sakitnya?Aku merenungi hal ini selama kurang lebih seminggu lamanya. Berdiam diri di kamar dan memandangi nilaiku yang kurang 5 point lagi agar bisa masuk bersama semua sahabatku. Semua ucapan semangat dari orang-orang pun rasanya tak bisa mengembalikan semangatku yang benar-benar hilang. Aku kacau saat itu hanya karena hancurnya mimpi awalku.Ah, kau benar juga. Aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Azkayra Laila Annisa. Kau bisa memanggilku Kayra. Nama yang bagus, bukan? Itu adalah nama pemberian ayahku saat aku masih berusia 6 bulan kandungan. Yap, aku anak pertama. Mungkin itu yang membuat ayahku bersemangat mencarikan nama untuk buah hatinya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • PAWANA   Kita dan Taman Kota

    "Belum reda juga panasnya Kau, udah minum obat?" tanya Naufal. Aku hanya mengangguk. Panas alami mulai kurasakan menjalar di sekujur tubuhku. Aku yang sejak kemarin lemas menjadi semakin lemas saja sepertinya."Kayra! katanya mau makan somay," ujar Alin mencairkan suasana yang canggung tadi. Aku membenarkan ekspresi wajahku dan menata ulang dudukku. Begitu juga Naufal yang entah sejak kapan sibuk dengan kantong celana jeans-nya."Aku ambilin mangkok ya," ucap Alin yang kemudian pergi begitu saja keluar kamar. Sejenak tadi aku lega dan sekarang aku mulai canggung dan badanku mulai memanas lagi. Apa kau sadar? Alin baru saja meninggalkanku berdua dengan Naufal. Kalau begini ceritanya, dia bukannya mencairkan suasana tapi malah membuat suasana makin canggung saja.Sesekali aku menatap Naufal. Dia tersenyum melihatku."Hai Kay, it's first time kita ketemu," ucapnya dengan senyum yang manisnya melebihi gula murni. Aku pun ikut tersenyum melihatnya."Iya

  • PAWANA   Demam Biasa Atau Demam Naufal?

    "Kukuruyuukkkk!"Suara ayam jago tetangga membangunkanku. Namun ada yang aneh. Aku mendengar suara 'ngorok' yang entah darimana datangnya. Aku mencari-cari asal suara itu hingga aku menemukan handphone-ku yang.... masih tersambung dengan Naufal. Aku terkejut setengah mati. Jadi telponnya tidak mati semalaman? Astaga!Aku mencoba tenang, kuangkat pelan-pelan handphone-ku sepelan mungkin agar Naufal tidak terbangun."Kayra?" Astaga! Aku terkejut lebih hebat dari sebelumnya hingga tanpa sadar menjatuhkan handphone-ku."Kayra? Udah enakan badannya?" ucap bunda yang entah sejak kapan berada di pintu kamarku."Udah bunda, tapi masih nggak enak," jawabku.Bunda mengangguk. "Keluar ya, bunda masakin bubur," ucap bunda lagi. Aku hanya mengangguk seraya melihat bunda keluar dari kamar. Setelah bunda keluar, aku buru-buru mengambil kembali handphone yang jatuh ke lantai. Sial."Hufftt, untung nggak kenapa-kenapa," ucapku pelan.

  • PAWANA   Naufal

    Hari ini bagiku cukup melelahkan. Dan entah kenapa mood-ku hari ini sangat buruk. Aku bergegas pulang dan menolak ajakan Alin untuk ke toko buku dengan alasan sakit kepala. Sebenarnya memang sakit sih meskipun tidak terlalu. Aku sampai dirumah disambut bunda yang sedang asyik menjahit. Ya, itu pekerjaan bunda. Aku hanya bergantung pada bunda dan pekerjaannya."Assalamualaikum Bunda," ucapku.Bunda yang melihatku tersenyum lega. "Waalaikumsalam Kay, makan sana!" ujarnya.Aku bergegas masuk kamar dan tak sabar untuk merebahkan badanku. Aku memutuskan mendengarkan musik saja. Aku membuka handphone saat tiba-tiba sebuah notifikasi pesan whatsapp muncul.Alin : [Kay, gimana keadaanmu?]Kayra : [Aku udah rebahan Lin, semoga nanti enakan.]Alin : [send a photo]Alin : [Aku pengen beli jam tangan. Pilih satu diantara dua yang ku kirim!]Aku mengunduh foto yang dikirim Alin. Dua jam tangan warna putih dan biru. Aku dominan menyuka

  • PAWANA   Hilang Kendali Setiap Kali Menatapnya

    Aku pulang pukul 5 sore. Setelah puas seharian menatap wajah Alin dan menelan semua guyonan kami. Aku melangkah seraya memikirkan apa yang Alin katakan tadi. Naufal, nama itu. Apakah benar nama itu benar akan menjadi cinta pertamaku? Aku berjalan seraya merogoh kantongku. Mencari handphone dan mengirim pesan pada bunda bahwa aku akan sampai sebentar lagi. Aku sudah berada di gerbang perumahan sekarang. Tinggal beberapa blok lagi dan aku akan sampai rumah. Ah benar juga, aku belum memberitahu kalian, bukan? Aku hanya tinggal berdua dengan bunda. Ayah sudah lebih dulu berangkat ke surga saat aku duduk di kelas 1 SMP. Ayah benar-benar orang baik, begitu juga bunda. Aku bahagia memiliki mereka bedua. Aku juga tidak punya kakak atau adik. Aku anak semata wayang yang benar-benar menjadi harapan bunda saat ini dan sampai selamanya. Jadi, jangan pernah lagi menanyakan dimana ayah dan saudaraku. Haha.Hari ini benar-benar melelahkan. Hingga rasanya malam ini aku hanya ingin menutup ma

  • PAWANA   Hanya Perlu Bertanya Dia Siapa

    Ucapan Alin tadi benar-benar mengurungkan niatku yang sudah kubangun sejak tadi malam. Aku memalingkan pandanganku pada Alin. Melihatnya yang ternyata sejak tadi memperhatikanku."Sudahlah, Kay. Ayo kita ke kantin. Aku dengar makanan kantin sekolah ini benar-benar enak. Aku pengen coba," ucapnya seraya menarik tanganku keluar kelas. Aku beranjak dari tempat dudukku tanpa memindahkan mataku dari laki-laki itu. Dia tetap memperhatikanku dengan senyum seraya melipat kedua tangannya dan kakinya yang sudah terangkat ke atas meja. Bunda selalu memperingatkanku agar tidak melihat orang dari penampilannya. Tapi sepertinya orang yang satu ini benar-benar menunjukkan kepribadian dari penampilannya. Jadi, tak salah jika aku merasa dia modelan bad boy."Kay, mau pesen apa?" ucap Alin"Ah, terserah kau aja."Beberapa menit menunggu, pesanan kami pun datang."Kay, kau kenapa sih, selalu mandangin dia?"Deg, aku harus jawab apa? Jangan sampai Alin me

  • PAWANA   Dari Sosok Yang Mungkin Misterius

    "Ahhhh, Kayraaaaaa!!!" Aul menepuk bahuku dengan sangat keras. "Kenapa kau tak tanya siapa dia?" ucapnya lagi."Diamlah Aul," jawabku.Benar juga. Memang bukan hal sulit bagiku jika aku mau bertanya siapa dia, namanya, alamat, dan kenapa dia bisa tahu alasanku dan... nama panggilanku, Kayra. Tapi tidak semudah itu. Auranya benar-benar misterius sehingga akupun tak mampu berkata apa-apa saat melihatnya."Tapi aneh juga ya, kok dia bisa tahu?" ucap Sabil.Aku mengangkat bahuku. "Entahlah, lagi pula aku tidak terlalu peduli padanya. Aku hanya ingin tahu darimana dia tahu tentangku," jawabku.Aul masih berdiri terpaku dengan tangan di dagu. Dia sepertinya akan mati penasaran jika tetap tidak tahu tentang pria itu. Kurang lebih namanya saja. Aku tersenyum melihat sahabatku yang satu ini. Menarik tangannya dan memaksanya duduk."Hei, sudahlah. Mending kau ceritakan padaku, bagaimana hari pertama kalian masuk sekolah? Ah sudah pasti seru sih,

  • PAWANA   Azkayra

    Aku bukan anak yang ambisius. Aku hanya anak seperti yang lainnya yang menginginkan kehidupan sekolah menengah atas yang sehat. Hanya saja beberapa rintangan mungkin bisa hadir dalam kehidupanku saat itu. Saat semua sahabatku masuk ke SMA favorit mereka, dan hanya aku sendiri yang tidak. Apa kau bisa bayangkan betapa sakitnya?Aku merenungi hal ini selama kurang lebih seminggu lamanya. Berdiam diri di kamar dan memandangi nilaiku yang kurang 5 point lagi agar bisa masuk bersama semua sahabatku. Semua ucapan semangat dari orang-orang pun rasanya tak bisa mengembalikan semangatku yang benar-benar hilang. Aku kacau saat itu hanya karena hancurnya mimpi awalku.Ah, kau benar juga. Aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Azkayra Laila Annisa. Kau bisa memanggilku Kayra. Nama yang bagus, bukan? Itu adalah nama pemberian ayahku saat aku masih berusia 6 bulan kandungan. Yap, aku anak pertama. Mungkin itu yang membuat ayahku bersemangat mencarikan nama untuk buah hatinya.

DMCA.com Protection Status