Beranda / Romansa / PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN / Bab 2. Mbak Siapa nya Suami Saya?

Share

Bab 2. Mbak Siapa nya Suami Saya?

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Karena...aku takut anakku kamu cubit dan istriku nanti kamu rapetin 'anu'nya jadi bikin aku gak bisa 'anu', " sahut sang mantan takut-takut.

Aku mendelik ke arah mantan. Nur tertawa ngakak. "Hahaha, pak alasane loucuuuu," seru Nur.

"Maaf pak, alasan bapak tidak logis, dokter Wildan ada pasien operasi urgent. Saya sudah sering menolong persalinan normal, Insyallah saya profesional, " sahutku.

"Kalau gitu tolong carikan dokter lain saja," pinta mantan.

"Cari dokter lain buang waktu pak, ini kepala bayi kalau ditahan terlalu lama mbrojolnya bisa kecepit jalan lahir dan gagal nafas didalam perut. Bisa juga yang lebih fatal saat istri bapak mengejan dan tidak segera ditolong malah bisa jebol jalan lahirnya. Emang bapak mau kayak gitu?" tanyaku. Berusaha sabar dan tersenyum. Meminta pengertiannya.

"I-iya deh, saya terima," sahut mantan.

Akhirnya mantan mingkem.

"Nur, tolong pasangkan apron (celemek penolong persalinan) padaku, " instruksiku. 

Tanganku masih berada di jalan lahir pasien. Nur segera meraih apron di sebelahnya dan memakaikannya padaku. 

"Kamu bawa masker gak Nur? di sini belum isi stok maskernya." tanyaku.

"Bawa tadi 1 boks dari ruang perawat, mau dipasangkan maskernya mbak?" tawar Nur. "Boleh, makasih Nur," sahutku. 

Setelah masker dan apron terpasang, aku mulai meraih klem 1/2 kocher (alat untuk memecah ketuban) dengan tangan kiri sementara tangan kanan masih menahan kepala di jalan lahir.

Nur juga mengikutiku memakai apron, masker, dan sarung tangan bersih.

Saat tidak ada kontraksi, aku mulai memecah ketubannya. 

"Desssss ...serrrrr.....," suara ketubannya mengucur membasahi underpad.

"Ya Allah, apa itu Del, cairan apa itu," tanya mantan panik.

"Duh , ini cuma cairan ketuban pak, jangan Del Del Dul, Dal del dul terus pak,soal nyawa ini, bapak tenang ya, kalau bapak rame saja, tolong tunggu di luar." Akhirnya muncul juga tandukku.

"Oke aku diam, " mantan kembali mingkem.

Kulirik Nur yang masih menahan tawanya.

"Bu, dengarkan instruksi saya ya, kalau perutnya kenceng banget, keras, ngeden sekuat tenaga. Ingat ngedennya seperti orang pup," perintahku.

"Iya mbak, " jawab pasien.

"Nah, ayo ini sudah kenceng banget. Yuk ngeden, ambil nafas panjang lewat mulut. Dan ngeden...!" aku menginstruksi lagi.

"Heeeghhhh, heeeeggghhh,"

Terlihat kepala bayi menyembul keluar sedikit lalu masuk lagi ke jalan lahir.

"Salah bu, ngedennya jangan di leher ya, tapi di perut, seperti orang pup, istirahat dulu, masih hilang ini kontraksinbya," seruku.

"Nah, ini datang lagi kencengnya, ayo tarik nafas panjang lewat hidung dan mulut terus ngeden," perintahku.

"Heeeggghhh...heeegghhhh," pasien mengejan lagi.

"Duh, masih salah," aku gusar.

Aku lihat jalan lahirnya, kaku.

"Pak, bu, ini jalan lahirnya kaku, saya gunting ya sebagian jalan lahirnya. Daripada nanti robeknya amburadul, susah jahitnya." Kataku.

"Hahhh, digunting Del, ojo po'o, " si mantan terlihat resah dan gelisah menunggu di sini.

Baru saja aku hendak membuka mulut untuk mengeluarkan kata-kata mutiara, sang pasien menyahut.

"Mas, biar saja, nurut apa kata mbaknya, mbaknya yang lebih pengalaman, selak sakit iki wetengku."

Aku mengambil gunting dan melakukan episiotomi (pengguntingan jalan lahir) saat ada kontraksi rahim.

"Ya, ayoooo bu, semangat nekat, ngeden seperti pup, bayangkan ibu pup," 

"Heeegghhh, heeggghhhh," pasien mengejan dengan semangat 45, dan alhamdulillah, yang keluar adalah pupnya.

"Ibu, ibu lanjutkan pup dulu ya, mungkin kepala bayi tidak kunjung keluar karena terdesak oleh pup," kataku.

"Nur, tolong ambil underpad bersih, dan kapas basah, biar aku yang bersihin," pintaku.

"Iya mbak, " jawab Nur. Lalu menuju lemari kaca dan mengambil barang yang kupinta.

Segera kuusap jalan lahir dengan kapas basah dan kuganti underpad yang kotor dengan underpad bersih.

"Ayo ada kontraksi, ibu ngeden ya, dan tolong pant*t jangan diangkat biar tidak jalan lahirnya tidak robek morat marit ." Seruku.

"Heeeggghhh...heegghhhhh...," akhirnya dengan penuh perjuangan yang tiada akhir, kepala bayi keluar.

"Stop, berhenti ngeden, biar bayinya saya keluarkan perlahan," kataku sambil melakukan sangga susur leher, punggung, pant*t bayi, dan berakhir di kaki.

"Oweeee....oweeee...., " tangisnya membahana. 

"Anaknya cewek ya bu, cantik, selamat," kataku tersenyum mengikat dan memotong tali pusat. Kemudian aku membungkus bayi tersebut dengan kain bersih.

Sementara Nur menyuntikkan obat untuk mengeluarkan ari-ari.

"Ini pak bayinya, mau diadzani?" aku menyerahkan bayi pada sang mantan.

"Iya mbak, saya mau adzani dulu," sahutnya sambil menerima bayi yang kuberikan.

"Ibu mau IMD (Inisiasi Menyusui Dini) ? atau bayinya langsung dibersihkan?" tanyaku sambil mengeluarkan ari-ari.

"Saya mau IMD dulu mbak, " kata bu Rania.

"Nur, seperti biasa ya IMD," kataku memandang Nur.

Nur lalu mengambil sang bayi, membuka kain penutupnya dan meletakkannya pada dada pasien.

Terlihat mantan berdiri didekat pasien sambil mengelus-elus kepala anaknya.

"Makasih ya sayang, udah memberikan aku anak cewek yang cuantik seperti kamu, " ucap mantan sambil mencium kening istrinya. Dan setelah itu melirikku.

"Eh, maksudnya apa coba, mau bikin aku cemburu ? gak bakal berhasil ! Seumur-umur nolong persalinan gak pernah lihat tuh adegan sayang-sayangan, apalagi saat pasien masih belum dibersihkan dari darah persalinan." gumamku.

"Iya mas, sama-sama, Mas, jangan sayang-sayangan dulu, malu sama mbak bidannya," kata pasien tersipu.

Nur mesam mesem sambil berdehem dan memandangiku. Aku balas dengan mendelik.

"Ndak apa-apa bu, saya juga lega anaknya lahir selamat dan sehat, walau tadi ada yang menolak saya," kataku menyindir.

Aku mengeluarkan ari-ari dengan hati- hati dan bersiap menjahit jalan lahir.

"Nur tolong nyalakan lampu sentrongnya dan dekatkan kursinya ya," Pintaku.

Nur melakukan apa yang kupinta. 

Aku kemudian mempersiapkan obat bius, jarum jahit kulit, dan benang.

Setelah semua siap, aku mengganti sarung tangan dan mulai bersiap menjahit.

Aku melihat sang mantan mulai beralih ke belakangku. Tapi aku biarkan saja selama dia tidak cerewet dan diam saja.

Aku mulai menyuntikkan obat bius di jalan lahir yang kugunting tadi.

"Awww...sakit, " bukan teriakan dari pasien. Melainkan dari suaminya.

Nur tertawa. Aku manyun. "Pak tolong jangan lebay ya," kataku.

Aku mulai memasang benang pada jarum. Mantan berpindah tempat. Dari sisi kanan ke sisi kiri.

"Bismillah, saya jahit ya bu," seruku.

Lalu mulai menancapkan jarum dan menjahitnya.

Sang mantan berpindah posisi lagi dari kiri ke kanan, menyenggol lampu sentrong.

"Hati-hati Del," katanya perlahan. Aku diam saja dan terus menjahit.

Setiap kali aku menancapkan jarum, dia selalu berucap, "Hati-hati Del jahitnya, sambil beralih posisi dan menyenggol lampu sentrong."

Akhirnya kesabaranku habis dan berkata," Pak, tolong jangan wira wiri di belakang saya, nyenggol lampu sentrong, dan bilang Dal del dol, dal del dol terus, gak bisa fokus nih saya, " Taringku mulai keluar.

"Ma, maaf ya Del, aku diam deh," katanya lagi.

Nur ngakak dan pasien tersipu melihat kelakuan suaminya.

Aku melanjutkan menjahit dengan tenang.

"Maaf mbak Adel, atas kelakuan suami saya, sebenarnya mbak siapanya suami saya?"

Pertanyaan bu Rania membuatku tersenyum di balik masker yang kukenakan.

"Saya adalah ...,"

Bab terkait

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    Bab 3. Bertemu Mantan Calon Mertua

    "Saya adalah anak gembala selalu riang serta gembira. Eh itu lagunya Tasya ding," batinku."Saya adalah...""Dia teman SMAku dulu Yang, " dengan cepat Roma menyahut."Iya bu Rania, saya teman SMA pak Roma." ujarku.Bu Rania manggut-manggut."Saya lanjut menjahit dulu ya, " sambungku lagi."Ibu, kalau sudah IMD, bayinya saya ambil dulu ya, mau saya bawa ke ruang bayi. Nanti malam bisa rawat gabung dengan ibu. Tapi kalau ibu ingin istirahat, bayinya biar tidur di ruang bayi." Celetuk Nur."Iya mbak, untuk nanti malam, saya tanya ibu saya dulu. Nanti saya kabari," jawab bu Rania.Nur lalu mengambil bayi dan membawanya berlalu dari kamar tindakan."Nah bu, selesaikan jahitnya, tenang saja jahitan saya rapi dan tentu saja saya sisakan lubang sebagai mana mestinya. " Kataku seraya tersenyum dibalik masker."Saya bersihkan dulu ya badannya bu Rania, pak Roma bisa minta tolong mintakan baju ganti dan pembalut untuk istrinya?" pintaku."O, boleh Del, eh mbak," sahutnya sambil berlalu keluar ru

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    Bab 4. Tolong Pasangkan Anting Anak Saya

    "Saya menjadi langsing, karena ... termotivasi ibu dulu yang mengatakan saya gendut dan bakal sulit punya anak, ditambah kelakuan Roma yang minta ditimpuk sandal, dan tugas kuliah yang nggak ada habisnya ." Jawabku dalam hati."Saya menjadi langsing karena...." jawabanku terpotong dengan ucapan orang tua bu Riana."Lo jeng Siti kenal dengan mbak suster ini kah? " tanya beliau." Iya kenal, dulu temennya si Roma, dulu tapi gend..." ucapan jeng Siti terpotong oleh ucapan bu Rania." Mbak Adel, ini anting anakku. Tolong dipasangkan ya," pinta bu Rania sambil menyerahkan sepasang anting mungil nan cantik."Oh iya mbak, saya bawa ya antingnya sama adek bayinya," sahut ku sambil mendorong kereta bayi."Iya mbak, terimakasih banyak," sahut bu Rania.Kemudian aku mendorong kereta bayi tersebut menuju ruang perawat.Terlihat Nur sedang mempersiap injeksi obat jadwal jam 8 malam."Lo, kenapa bayinya dibawa ke sini mbak?" tanya Nur."Iya mau masangin anting-anting bayi nih, " jawabku."Waduh, ci

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    Bab 5. Apa Kamu Sudah Mempunyai Calon Suami

    Pov PenulisKantong kresek hitam begitu menggoda. Harum baunya menggelitik perut Adelia dan Nurhayati. Bergegas mereka berdua membuka bungkusan tersebut.Seketika cacing-cacing di perut berontak minta jatah. Tergoda aroma nasi padang lengkap dengan ayam santan dan sambal ijonya."Ya Allah mbak Adel, nasi padang favoritmu mbak," ujar Nur sambil mencolek tangan Adelia.Adelia sendiri tercengang. Dia tidak mengira bahwa Roma masih begitu hafal dengan kesukaannya. Saat mereka jalan berdua dulu selalu mampir ke warung padang dengan sistem BDD alias Bayar Dewe-Dewe, karena porsi Adelia saat masih pacaran dengan Roma dulu bisa sampai 2-3 kali porsi makan Roma."Mbak, kok diem, ngelamun ? ayok iki dimakan, aku wes luwe iki," ujar Nur membuyarkan lamunan Adelia."Iya, ayo makan dulu, " Adelia berdiri dan beranjak mengambil piring di laci khusus karyawan.Adelia mengambil 2 piring dan meletakkan kedua bungkus nasi padang tersebut di atasnya.Saat akan menyuap nasi padang, Nur memegang tangan Ad

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 6. Tolong Mandikan Bayi Saya

    "Saya ..., heran deh dok, tadi saya ketemu pasien aneh, sekarang ketemu dokter aneh."Aku membuang muka.Dokter Andi tertawa, " Pasien aneh gimana?" tanyanya."Hhhh, ya aneh lah pokoknya, males bahas saya dok," sahutku sambil mengaduk es jeruk dengan sedotan."Mbak Adel, tinggal jawab aja loh tentang pertanyaan saya, sudah punya suami atau belum? gitu aja bingung," Dokter Andi belum juga puas bertanya." Hhhh, embuh lah dok, saya belum kepikiran soal jodoh, saya cuma pingin kerja nabung terus nyenengin orang tua," jawabku."Oh gitu, berarti belum punya ya kesimpulannya ?" tanya dokter Andi lagi ."Eh bwambankkkkk, kalah mbak Najwa shihab dari elo soal interogasi, " batinku."Iya dokter, saya belum punya calon, mungkin gak laku," sahutku ketus."Hush, jangan bilang gitu mbak, ucapan itu doa lo, mbak Adel ini cantik cuma..." dokter Andi menghentikan kalimatnya. "Cuma apa?!" mata auto melotot seketika."Cuma judes dan sering manyun. Itu yang bikin nggak kuat. Hahahaha." Dokter Andi tert

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 7. Siapa Pengirim Buket Mawar Merah ini?

    Semua mata memandang kearahku. Terutama Roma yang tersenyum-senyum. "Roma, kamu sungguh Ter-la-lu," batinku."Sebenarnya...., saya bisa, tapi saya waktunya pulang ke rumah kalau libur dinas 2 hari lagi," jawabku."Gak apa-apa mbak Adel, cuma seminggu kan biasanya bayi cuplak puser, lagipula mbak Adel kan sering mandiin bayi to." Tahu-tahu Nur ngejeplak begitu saja. Padahal aku berencana menolak secara tak kasat mata.'Aduh Marimar, gak bisa ngeles lagi nih,' gumamku."Hm, apa tidak dimandikan yangtinya mungkin bu? " tanyaku aku masih berusaha nego."Dulu yang memandikan saya waktu kecil mbah dukun mbak. Mama saya memandikan saya saat saya sudah cuplak puser," sahut bu Rania."Hm, baiklah bu, saya bantu dan saya ajari memandikan bayi ya," sahutku akhirnya.Perkara nanti ketemu Roma di rumah bu Rania itu urusan belakang deh, yang penting sekarang operan dulu."Kalau gitu kami lanjut operan dinas dulu," kami berlalu dari hadapan bu Rania.Selesai operan dinas, aku dan Nur segera menyiapk

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 8. Bu Ani dan Pak Roma

    Foto profile yang ada di Whatsapp misterius itu adalah fotoku saat balita!Lengkap dengan pipi tembam dan tubuh gempalku."Aduh gusti, ini siapa yang udah usil sih, " batinku.Aku ingat-ingat lagi dimana aku pernah posting foto masa kecil."Oh My God, di Facebook ! jadi pengirim bunga dan klengkeng ini sampai stalker sosmed aku buat save foto masa kecilku !? benar-benar kurang kerjaan." Aku menulis laporan sambil mengomel-ngomel sendiri.Nur yang sudah menata obat dan kini di ruang perawat denganku tertawa terpingkal-pingkal melihatku."Eh, ngapain kamu ketawa ketiwi gitu? " semburku."Habisnya mbak Adel lucu, kerja sama ngomel, eh ngomel sama kerja," sahut Nur."La ini, ada orang aneh, masak ambil foto masa kecilku di facebook terus dijadiin foto profile whatsapp, kan aneh," omelku ."Kek ga ada kerjaan aja, awas aja kalau ketemu ntar bakalan aku...?" omelanku terpotong oleh suara Nur."Aku kawinin...hahaha," Nur ngakak."Enak aja, belum kenal juga," sahutku."Mbak Adel udah usia 24

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 9. Roma, Dia Milikku!

    Aku bengong dan mulutku terbuka melihat dokter Andi bertelanjang dada dan hanya memakai bokser di depanku."Aaaaaa!!"Aku berteriak melihat roti sobek susun 6 tersedia di depan mata."Wah, ada vitamin A dosis tinggi !" batinku bersemangat. Eh.Tunggu ! di tangan dokter Andi kenapa ada ponsel yang menyala.Antara penasaran dengan ponsel yang berbunyi dan gemas dengan roti sobek, aku mendekatinya.Dokter Andi menyembunyikan ponsel yang dibelakang badannya. Tapi terlambat.Tanganku kananku sudah memegang ponselnya dan ikut ditarik kebelakang punggungnya juga sehingga jarak kami begitu dekat.Oh My God. Jantungku berdentam keras saat melihat tatapannya yang menghujam. Saat wajahnya mendekati wajahku, aku memejamkan mata. Sengaja kubiarkan dia melakukannya agar lengah. Dan, tangan kananku yang sudah berada di punggungnya menarik keras ponsel, sedangkan tangan kiriku mencubit tangan dokter Andi."Aaawwww!" Dokter Andi memekik kaget sambil menjauhkan wajah dariku. Tangan kanannya mengel

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 10. Pertemuan Pertama dengan Adelia

    pov RomaAku mengamati Adelia dan Andi dari dalam ruang tamu, kenapa Adelia tampak malu-malu begitu dan Andi tampak senyum-senyum gak jelas. Aku jadi menyesal melepas Adelia dulu karena dia gendut. Sekarang jadi langsing cantik, seperti before afternya jessica milla dalam film imperfect.Aku jadi tersenyum sendiri membayangkan pertemuan pertamaku dengan Adel saat dia pingsan di acara MOS saat SMA dulu.Flash back si Roma :"Alhamdulillah aku diterima juga di SMA favorite di kota ini. " Gumamku sambil melihat lembar nama siswa yangtergantung di papan pengumuman."Kepo ah, siapa sih yang meraih peringkat NEM terbaik masuk di SMA ini, " aku menelusuri nomor paling atas dengan telunjukku."Ah ini dia ketemu, Adelia Nareswari. Namanya cantik, deketin aja ah, siapa tahu bisa nebeng bikin PR, " aku bersorak dalam hati dengan ide cerdasku.Aku memang siswa pas-pasan. Pas mau jawab ujian, pas bener. Pas malas bikin PR, pas ada teman yang meminjamkan PRnya untuk kusalin.Berkat wajah rupawan d

Bab terbaru

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 50. Malam Pertama (Ending)

    Rating 21Cinta lahir bertepatan dengan cinta Adam pada Hawa. Lalu cinta mekar dan berbunga bersamaan dengan cinta Yusuf pada Zulaikha. Sayangnya cinta menjadi gila bertepatan dengan cintanya Majnun pada Laila. Namun sayangnya cinta menjadi mati bersamaan dengan matinya Romeo dan Juliet. Namun hari ini, cinta hidup dan mekar kembali bersamaan dengan hadirnya cintaku padamu.Aku melempar tatapan mendelik pada mas Andi. Sementara mas Andi tersenyum kecil. Hatiku sudah ser-seran rasanya saat mas Andi berbisik di telingaku tadi."Mas, perlu dibantu untuk berdoa setelah akad? " tawar pak penghulu pada mas Andi.Mas Andi menggeleng. "Saya sudah bisa pak, " katanya seraya memegang kepalaku dan berdoa tepat diatas ubun-ubun, "Allahumma inni as'aluka min khoiriha wa khoirimaa jabaltaha 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarimaa jabaltaha 'alaih."(Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepadaMu dari kej

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    49. SAH!!!

    Aku tidak menyangka Roma yang nekat akan meracuni mas Andi malah berbalik meminum racunnya sendiri. Malah kini dia harus menginap di ruang ICU.Tapi justru ada hikmah besar di balik kejadian tersebut. Menurut mas Andi, tante Ani meminta papa untuk mempercepat rancana pernikahanku dan mas Andi.Aku sangat berbahagia dengan keputusan papa. Apalagi bapakku protes padaku karena belum menikah tapi sudah sering semobil berdua."Bapak takut kamu khilaf dan tiba-tiba memberi bapak cucu," kata bapak waktu itu.Karena itu aku dan keluargaku menyambut baik rencana papa dan tante Ani. Tapi tante Ani juga punya permintaan, yaitu menguji reaksi Roma kalau tahu aku dan mas Andi akan menikah.Maka malam ini aku mengunjungi Roma lagi di ruangan VIP, setelah kemarin aku mengunjunginya di ICU.Sungguh suasana yang canggung banget. Sepi dan hening. Aku cuma bicara satu dua kalimat saja. Tidak tahu cara mencairkan suasana.Sempat bingung juga bagaimana memberitahu Rania dan Roma tentang rencana pernikahan

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    48. Bantuan dari Papa

    pov AndiSetelah aku mengantarkan Adelia pulang dari melihat Roma di ICU rumah sakit Al-Hikmah ke kontrakan, aku segera pamit pulang ke rumah baruku untuk melihat pekerjaan tukang.Ternyata lebih cepat dari prediksiku. Mungkin 4 hari bisa selesai dan aku langsung bisa membeli perabotan untuk mengisi rumah.Setelah ashar, para tukang berpamitan pulang, akupun menuju rumah Rania untuk beristirahat.Aku membaringkan tubuh penatku saat ponsel khusus keluarga di atas meja berbunyi.Aku bangun dari ranjang, dan langsung meraih benda pipih itu."Dari papa? tumben papa telepon," gumamku penuh tanda tanya.Tanpa membung waktu, aku bergegas untuk menerima telepon dari papa."Assalamualaikum, apa kabar Pa?" sapaku."Waalaikumsalam, kabar papa baik, ada hal penting yang perlu kita bahas, tentang masa depan kamu, bisa kamu ke rumah sekarang? " tanya papa."Iya Pa, Andi langsung berangkat habis ini ya,"jawabku.Setelah mendapat kepastian kedatanganku, papa langsung menutup sambungan telepon usai m

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    47. Curiga Adelia Hamil

    pov RomaAku seperti bermimpi mendengar suara Rania mengaji di dekatku. Suara itu terdengar samar dan begitu merdu.Selanjutnya masih seperti dalam mimpi, saat aku mendengar Rania berkata, "Mas, cepat sembuh ya, sakit hatiku saat melihatmu masih mencintai Adelia tidak seberapa dibanding khawatirnya aku karena takut kehilanganmu,"Aku merasa Rania mencium kening dan mengelus rambutku. Serta berbisik,"aku mencintaimu Mas, mencintai kelebihanmu dan segala kekuranganmu,"Kemudian sepi lagi merajai hati. Lalu aku merasa berada di padang rumput yang luas.Antara sadar dan tidak, aku seperti melihat Rania menggendong Rum menjauh dariku, "Jangan pergi," seruku.Tapi Rania tetap berlalu sambil melambaikan tangannya. "Kamu sepertinya lebih mencintai Adelia, Mas, jadi apa gunanya aku dan Rum ada di dekatmu," sahutnya semakin menjauh.Terengah-engah aku mengejarnya."Aku minta maaf sayang, aku janji akan melupakan Adelia, aku mohon maafkan aku, aku akan jadi suami dan ayah yang baik." Janjiku."Te

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    46. Mas Roma Insyaf

    pov RaniaAku baru saja berganti baju seusai mandi saat mendengar mas Andi berteriak. Dari suaranya terdengar begitu panik.Aku buru-buru keluar dari kamar dan menuju ruang makan, asal suara mas Andi berteriak.Mama juga tergopoh-gopoh turun dari kamarnya di lantai atas.Dan betapa terkejutnya aku melihat mas Roma tergeletak miring dengan berwajah kebiruan dan mulutnya berbusa.Aku langsung menangis histeris. Mas Andi lalu memberikan Rum pada mama.Mas Andi segera memeriksa nadi di pergelangan tangan Roma kemudian dia langsung berlari ke arah kamarnya.Tidak berapa lama, ambulance pun datang. Mas Andi segera menuju ruang depan dan kembali ke ruang makan bersama perawat UGD.Kemudian mas Andi dan perawat tersebut menaikkan mas Roma ke atas brangkard kemudian mendorongnya ke halaman."Rania, ayo ikut denganku ke rumah sakit," instruksi mas Andi padaku.Aku mengangguk. Dengan wajah bingung dan masih berlinangan air mata aku mengikuti mas perawat yang mendorong brangkard ke dalam ambulance

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 45. Permintaan Rania

    pov dokter Andi Semalaman aku memikirkan perkataan Adelia di telepon. Apa benar Roma akan melakukan hal nekat untuk mendapatkan Adelia, sementara aku adalah sepupu Rania. Apa Roma tega melakukan hal buruk padaku.Ah, masa bodoh. Aku cuma perlu waspada saja pada segala ucapan dan tindakan Roma sekarang.Lelah berpikir kemungkinan yang akan Roma lakukan padaku membuatku lelah dan tertidur.Besok harinya, setelah sholat subuh, aku memilih bersantai di kamar sebelum aku mengawasi para tukang di rumahku.Saat sedang asyik membaca artikel kesehatan, aku dikejutkan oleh ketukan pintu. Sepertinya suara Roma."Ndi, coba keluar kamar sebentar, aku mau ngobrol," serunya.Dengan rasa penasaran aku membuka pintu dan tampaklah wajah Roma di depan kamar.Aku mulai bersikap waspada."Ada apa? tumben ngajak ngobrol," tanyaku. Curiga? jelas. Selama aku tinggal disini, dia jarang mengajakku ngobrol lebih dahulu."Iya, cuma mau nanya aja, semalam kayaknya aku denger kamu beli rumah ya," tanya Roma ramah.

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 44. Keracunan

    pov RomaSejak aku melihat Adelia menolong persalinan Rania, jiwa kemantananku meronta-ronta.Perasaan bersalah karena pernah mempermainkannya menggedor-gedor pintu hati.Sepertinya aku memang CLBK alias cinta lama belum kelar. Selalu terbayang-bayang wajah cantiknya saat berada di rumah walaupun aku bersama Rania.Perasaanku bertambah mendalam saat melihatnya di acara aqiqah Rum. Dia tampak anggun dan cantik dengan balutan hijab.Otomatis aku teringat lagi masa SMA kami yang sering menghabiskan waktu dengan menikmati nasi padang bersama.Aku akan mencoba mendekatinya lagi. Poligami boleh kan? apalagi Rania masih masa nifas. Dia belum bisa melayaniku.Mendekati kolam renang, ku rayu Adelia agar mau menjalin hubungan denganku.Tapi dia menolakku. Dia bahkan mengancam akan berteriak kalau aku memegangi tangannya terus menerus.Dan kedatangan si Andi memperkeruh keadaan. Dia mengancamku agar jangan menganggu Adelia.Bah, apa urusannya dengan Andi. Adelia kan bertemu aku terlebih dahulu d

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    43. Senjata Makan Tuan

    "Emang kenapa kamu pingin ketemu aku? " tanyaku penasaran.Roma menjawab, "Karena aku ingin...,"Ucapan Roma kupotong, "Maaf, kamu sudah punya istri dan aku juga sudah punya calon suami, jadi kalau bertemu berdua saja tidak bisa, " Sahutku.Roma mendesah. Kemungkinan dia kecewa. Tapi aku tidak peduli lagi."Kamu jadi menikah dengan Andi? " tanyanya parau."Insyallah, semoga tahun ini bisa terwujudkan." Jawabku."Aku tidak bisa lagi mempertahankan rumah tanggaku. Aku selalu teringat padamu walaupun sedang bersama Rania," tukasnya parau.Aku terdiam."Aku sudah lama juga tidak bisa menyalurkan hasratku sebagai seorang suami padanya. Aku tidak bernafsu, bagaimana kalau kita menikah secara diam-diam?" lanjutnya."Heh, kamu gila? itu bukan urusanku! Dan asal kamu tahu, tentu saja Rania belum boleh melakukan hubungan suami istri karena dia sedang masa nifas," Jelasku sebal.Sekarang ganti Roma yang terdiam."Hubungan kita udah kelar dari dulu, jadi jangan coba-coba CLBK, mending kalau Rania

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    42. Makan Bersama Keluarga Adelia

    Dengan mempercepat langkah, aku sampai di pintu depan kontrakanku. Aku menarik handlenya. Tidak dikunci !!Dengan segera aku membuka pintu depan tersebut. Dan ternyata...."Kejutannnnn... !!!" Nur, Anif, dan Putri berseru keras di ruang tamu. Sementara bu Ambar tampak tersenyum sambil duduk di shofa.Tampak di tengah meja ada nasi putih berbentuk segitiga alias tumpeng dan dikelilingi aneka lauk berbahan santan lengkap dengan sambal ijonya."Ya Allah..., teman- teman," aku berlari menubruk mereka.Nur, Putri, dan Anif memelukku secara bergantian. Aku terharu sampai tidak bisa berkata-kata."Sudah sembuh beneran mbak Adel? " tanya Nur."Wes ojo mewek, kami semua kangen kamu Del, salam dari teman-teman yang sedang dines," kata Anif sambil mengusap air mataku dengan jempol tangannya."Maaf ya Del, gak bisa membesuk waktu kamu opname," tukas Putri."Nggak apa-apa rek, ayo duduk semua, aku bikinin minuman dingin ya?" tawarku."Halah, nggak usah, kami tadi beli jus buah banyak, tuh di krese

DMCA.com Protection Status