Beranda / Romansa / PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN / bab 7. Siapa Pengirim Buket Mawar Merah ini?

Share

bab 7. Siapa Pengirim Buket Mawar Merah ini?

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semua mata memandang kearahku. Terutama Roma yang tersenyum-senyum. "Roma, kamu sungguh Ter-la-lu," batinku.

"Sebenarnya...., saya bisa, tapi saya waktunya pulang ke rumah kalau libur dinas 2 hari lagi," jawabku.

"Gak apa-apa mbak Adel, cuma seminggu kan biasanya bayi cuplak puser, lagipula mbak Adel kan sering mandiin bayi to." Tahu-tahu Nur ngejeplak begitu saja. Padahal aku berencana menolak secara tak kasat mata.

'Aduh Marimar, gak bisa ngeles lagi nih,' gumamku.

"Hm, apa tidak dimandikan yangtinya mungkin bu? " tanyaku aku masih berusaha nego.

"Dulu yang memandikan saya waktu kecil mbah dukun mbak. Mama saya memandikan saya saat saya sudah cuplak puser," sahut bu Rania.

"Hm, baiklah bu, saya bantu dan saya ajari memandikan bayi ya," sahutku akhirnya.

Perkara nanti ketemu Roma di rumah bu Rania itu urusan belakang deh, yang penting sekarang operan dulu.

"Kalau gitu kami lanjut operan dinas dulu," kami berlalu dari hadapan bu Rania.

Selesai operan dinas, aku dan Nur segera menyiapkan injeksi pagi. Saat tengah memberikan obat pada masing-masing kamar pasien, datanglah dokter Wildan ke ruang Melati.

"Mbak, pasien saya yang melahirkan kemarin gimana? " tanya dokter Wildan.

"Sehat dokter, ada di ruang VIP 1, " aku lalu mengambil status pasien dan mengantar dokter Wildan untuk memeriksa seluruh pasien.

Dokter Wildan membuka pintu kamar bu Rania.

"Selamat pagi, Bu, gimana kondisinya? apa ada keluhan? " tanya dokter Wildan.

"Sudah tidak ada keluhan dokter. Asi saya masih keluar sedikit," jawab bu Rania.

"Baiklah nanti saya resepkan obat dan vitamin pelancar asi ya, sudah latihan jalan kan ?" tanya dokter Wildan lagi.

"Sudah dokter, pelan-pelan bisa jalan. Mau nanya dokter, kalau p*p dan kencing apa boleh jongkok? " tanya bu Rania.

"Kalau bisa sebelum 7 hari pakai wc duduk dulu ya, jangan jongkok, sampai benangnya kering dan jadi satu sama daging." Kata dokter Wildan.

"Oh gitu, siap dokter," sahut bu Rania.

"Baik, kalau gitu saya lanjut visite pasien lain ya, hari ini sudah boleh pulang, kontrol lagi ke saya kalau obat habis atau sewaktu-waktu jika ada keluhan." Jelas dokter Wildan.

"Makasih dokter, " kata bu Rania dan pak Roma bersamaan.

Aku dan Nur pun melanjutkan mengasisteni dokter Wildan spOG, karena semua pasien di ruang melati ini adalah pasien hamil dan nifas.

Total pasien yang pulang hari ini 4 orang dari total 7 pasien. Maka aku dan Nur berjibaku menghitung total rincian biaya sebelum diantar ke kasir umum rumah sakit, sekaligus mengantar pasien pulang dengan kursi roda.

"Mbak Adel, nanti sore saya tunggu ya untuk memandikan anak saya, coba saya minta nomor whatsappnya agar saya bisa shareloct, " pinta bu Rania diatas kursi roda yang sedang kudorong menuju tempat parkir.

Aku menyebutkan sederet nomor dan bu Rania mengetikkannya pada ponselnya.

"Makasih ya mbak Adel kemarin sudah menolong persalinan saya, dan maaf karena suami saya lebay dan cerewet, mungkin karena pengalaman baru baginya," kata bu Rania.

Kulihat Roma yang sedang berjalan menggendong anaknya di samping kursi roda tersenyum kecut.

"Iya Del, makasih dan maaf ya yang kemarin, " ucapnya. Sepertinya terdengar tulus.

"Iya sama-sama bapak dan ibu, sudah jadi kewajiban saya sebagai tenaga medis," jawabku tersenyum.

Begitu tiba di depan mobil bu Rania, aku mengunci kursi roda, dan membantu bu Rania berdiri perlahan. Selanjutnya bu Rania masuk ke mobil dan melambaikan tangan sebelum mobilnya melaju pergi.

Aku menghela nafas. "Alhamdulillah, akhirnya banyak pasien pulang, sekarang bisa lebih santai. " Gumamku.

Aku mendorong kursi roda sambil bersenandung kecil. Sesampainya di pintu masuk ruang melati, aku berpapasan dengan Nur yang membawa obat pasien dari apotik.

"Banyak Nur obatnya?" tanyaku.

"Ya segini mbak, kan pasiennya tinggal 3," sahut Nur. Nur kemudian meletakkan obat-obatan tersebut kedalam boks obat pasien sesuai nama dan aku terus menuju ke ruang tindakan untuk mengembalikan kursi roda.

Aku kembali ke ruang perawat dan hendak memeriksa laporan pasien saat mataku menatap sebuah buket bunga mawar dan sekeranjang buah kelengkeng.

Aku tertegun. Tanganku meraih buket bunga mawar dan mencium aromanya.

"Wangi banget, mawarnya cantik dan kelopaknya besar-besar, darisiapa buket bunga ini? gumamku.

Dan buah klengkeng ini buah favoriteku, siapa yang meletakkannya di sini? Masih menjadi misteri dan teka teki.

Di dalam buket mawar tersebut, aku melihat sepotong kertas kecil bertuliskan buket bunga cantik, untuk mbak Adelia Nareswari yang cantik.

"Astaga, ini so sweet sekali!"

"Nur ... Nuuuurrrr, Nuuuuuuurrrr!" Antara girang, penasaran, dan sedikit rasa takut karena stalker membuatku menjadi bar-bar saat memanggil Nur.

Nur yang sedang menata obat di luar ruang perawat terlonjak, "Woy mbak, ada apa? Kalem aja , manggil saya kek manggil tukang becak yang jaraknya jauhhh banget. " Nur merengut protes.

"Sini, cepetan Nur sini, buruan!" Aku memanggilnya dengan heboh.

"Apa sih mbak? aku lagi nata ob....at," kata-kata Nur menjadi tidak lancar saat melihat buket di tanganku.

"Ya Allah, mbak Adeeeelllll, cantiiikkk banget bunganya kek saya, darisiapa ituuuuh?" tanya Nur sambil merampas bunga dari genggamanku.

'Nah, begitu melihat bunga ini, dia yang lebay deh,' batinku.

"Loh, ini kan untuk mbak Adel, dari siapa mbak? mbak punya pacar? kok nggak pernah cerita ke saya sih." Nur sudah berubah menjadi mbak Nur Shihab rupanya.

"Nah, itu dia yang mau aku tanyakan, kamu tahu nggak siapa yang naruh buket bunga ini di sini?" tanyaku.

"Wah, nggak tahulah mbak, saya kan dari apotik, " jawab Nur.

"Iya juga sih, aku juga baru nganter bu Rania pulang," sahutku.

"Apa dari pak Roma atau dokter Andi? atau justru ada penggemar mbak Adel yang lain?" tanya Nur.

"Nggak tahulah Nur, gak usah dipedulikanlah, yuk kerja saja, aku belum menulis laporan pasien." Aku meneruskan pekerjaanku sambil berpikir, harusnya rumah sakit ini di lengkapi oleh cctv biar tahu siapa saja yang keluar masuk ke ruangan ini.

Saat tengah asyik menulis laporan sambil melamun, notifikasi w******p berbunyi.

[Sudah diterima belum buket bunga mawar dan klengkengnya?]

[semoga suka ya]

Dan yang paling mengejutkan adalah foto profile dari pengirim pesan w******p tanpa nama tersebut. Karena fotonya adalah........

next?

Bab terkait

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 8. Bu Ani dan Pak Roma

    Foto profile yang ada di Whatsapp misterius itu adalah fotoku saat balita!Lengkap dengan pipi tembam dan tubuh gempalku."Aduh gusti, ini siapa yang udah usil sih, " batinku.Aku ingat-ingat lagi dimana aku pernah posting foto masa kecil."Oh My God, di Facebook ! jadi pengirim bunga dan klengkeng ini sampai stalker sosmed aku buat save foto masa kecilku !? benar-benar kurang kerjaan." Aku menulis laporan sambil mengomel-ngomel sendiri.Nur yang sudah menata obat dan kini di ruang perawat denganku tertawa terpingkal-pingkal melihatku."Eh, ngapain kamu ketawa ketiwi gitu? " semburku."Habisnya mbak Adel lucu, kerja sama ngomel, eh ngomel sama kerja," sahut Nur."La ini, ada orang aneh, masak ambil foto masa kecilku di facebook terus dijadiin foto profile whatsapp, kan aneh," omelku ."Kek ga ada kerjaan aja, awas aja kalau ketemu ntar bakalan aku...?" omelanku terpotong oleh suara Nur."Aku kawinin...hahaha," Nur ngakak."Enak aja, belum kenal juga," sahutku."Mbak Adel udah usia 24

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 9. Roma, Dia Milikku!

    Aku bengong dan mulutku terbuka melihat dokter Andi bertelanjang dada dan hanya memakai bokser di depanku."Aaaaaa!!"Aku berteriak melihat roti sobek susun 6 tersedia di depan mata."Wah, ada vitamin A dosis tinggi !" batinku bersemangat. Eh.Tunggu ! di tangan dokter Andi kenapa ada ponsel yang menyala.Antara penasaran dengan ponsel yang berbunyi dan gemas dengan roti sobek, aku mendekatinya.Dokter Andi menyembunyikan ponsel yang dibelakang badannya. Tapi terlambat.Tanganku kananku sudah memegang ponselnya dan ikut ditarik kebelakang punggungnya juga sehingga jarak kami begitu dekat.Oh My God. Jantungku berdentam keras saat melihat tatapannya yang menghujam. Saat wajahnya mendekati wajahku, aku memejamkan mata. Sengaja kubiarkan dia melakukannya agar lengah. Dan, tangan kananku yang sudah berada di punggungnya menarik keras ponsel, sedangkan tangan kiriku mencubit tangan dokter Andi."Aaawwww!" Dokter Andi memekik kaget sambil menjauhkan wajah dariku. Tangan kanannya mengel

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 10. Pertemuan Pertama dengan Adelia

    pov RomaAku mengamati Adelia dan Andi dari dalam ruang tamu, kenapa Adelia tampak malu-malu begitu dan Andi tampak senyum-senyum gak jelas. Aku jadi menyesal melepas Adelia dulu karena dia gendut. Sekarang jadi langsing cantik, seperti before afternya jessica milla dalam film imperfect.Aku jadi tersenyum sendiri membayangkan pertemuan pertamaku dengan Adel saat dia pingsan di acara MOS saat SMA dulu.Flash back si Roma :"Alhamdulillah aku diterima juga di SMA favorite di kota ini. " Gumamku sambil melihat lembar nama siswa yangtergantung di papan pengumuman."Kepo ah, siapa sih yang meraih peringkat NEM terbaik masuk di SMA ini, " aku menelusuri nomor paling atas dengan telunjukku."Ah ini dia ketemu, Adelia Nareswari. Namanya cantik, deketin aja ah, siapa tahu bisa nebeng bikin PR, " aku bersorak dalam hati dengan ide cerdasku.Aku memang siswa pas-pasan. Pas mau jawab ujian, pas bener. Pas malas bikin PR, pas ada teman yang meminjamkan PRnya untuk kusalin.Berkat wajah rupawan d

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 11. Selingkuh itu Indah

    pov Roma"Caranya adalah kamu bawa ponsel aja ke kelas Del, ntar kalau sudah selesai mengerjakan ujian, kamu tinggal whatsapp aku saja, gimana ?" pintaku."Ntar kalau ketahuan gimana Roma? aku takut, " serunya."Kalau kamu duduk di depan, kamu gak perlu ngasih aku jawaban, tapi kalau kamu duduk di tengah atau di belakang, kamu harus ngasih tahu aku jawaban via whatsapp, gimana?" pintaku memelas. Agar lebih meyakinkan aku menggenggam tangannya. Tangan tebal yang teraba kasar. Mungkin Adelia ini sudah biasa nguli. "Kelulusanku tergantung padamu Del," kataku.Dan, Adelia pun mengangguk. "Oke, aku setuju dengan ide mu Roma." Sahutnya mantap."Dasar bucin tingkat nasional, hahahaha, " aku tertawa penuh kemenangan dalam hati.Keberuntungan berpihak padaku. Saat UAN, aku dan Adel memang beda kelas. Tapi kita sama-sama duduk di belakang.Mulus sudah jalanku menuju kelulusan karena seorang Adelia.Tentu saja aku juga membayar jerih payah Adel belajar dengan membawakan sekantung kresek kelengk

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 12. CLBK

    pov RomaAku menatap wajah Rania. "Ibu whatsapp yang, meminta kita cepat pulang. "Jawabku cepat seraya memasukkan ponsel ke saku celana. Tentang whatsapp Adelia, bisa dipikirkan nanti.Rania tersenyum dan mengangguk, " ya sudah, ayo pulang yang," tukasnya sambil mengelap bibir dengan tissue."Oh iya, aku boleh gak jenguk mamamu? " tanya Rania saat kami sudah berada dalam mobil menuju arah pulang."Jangan dulu yang, aku ada urusan toko sama mama, aku antar kamu pulang dulu ya," sahutku cepat.Aku ingin pulang sendirian ke rumah dan langsung menelepon Adelia untuk menjelaskan apa yang terjadi diantara aku dan Rania."Roma, tunggu ," seru mama saat aku sampai di rumah dan hendak nyelonong ke kamar.Dengan malas aku mendatangi ibu yang bersedekap di tangga rumah."Kenapa mukamu seperti ditekuk? kamu ada masalah dengan Adelia kan?" tegur mama.Aku terhenyak. Kenapa mama bisa tahu. Jangan-jangan...."Mama ya yang kirim fotoku sama Rania ke nomor Adel?" tanyaku mengintimidasi."Iya, memang m

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 13. Siasat

    pov RaniaHari ini tiba-tiba perutku mulas, keluar lendir darah dari area kewanitaanku. Memang bulan ini adalah waktu perkiraan bersalinku. Setelah seminggu yang lalu aku merasa mulas dan saat periksa ke dokter kandungan hanya pembukaan satu, maka aku diinstruksikan untuk pulang kembali membawa beberapa obat yang telah diresepkan.Aku berteriak memanggil mami dan bang Roma, suamiku. "Mi...Mami, perutku mules sekali, tolong," seruku."Yang, tolong, sepertinya anak kita mau keluar inih !" aku yang saat itu sedang tidur siang berteriak-teriak tiada henti.Mami segera berlari ke kamarku di lantai dua. Bang Roma pun demikian. Tergopoh-gopoh menghampiriku yang sedang kesakitan."Yang, aku tidak kuat berjalan lagi, tolong gendong aku, " seruku memelas.Mas Roma tampak melongo.Mungkin merasa keberatan karena sejak hamil berat badanku bertambah 15 kilo."Jangan melongo saja Roma, ayok berangkat ke rumah sakit. Kebetulan Andi kan sedang dinas, gendong istrimu dong masa ga mau sih." Mami merepe

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 14. Perasaan Ini

    pov dokter AndiNamaku Andi. Andi Satria Abadi. Papa mamaku adalah pemilik perusahaan pengalengan ikan sarden terbesar di kota kelahiranku ini.Saat lulus SMA, aku diharapkan untuk kuliah di jurusan ekonomi manajemen agar bisa menggantikan papa memimpin perusahaan. Karena kakakku seorang perempuan, maka aku satu-satunya yang diharapkan untuk menggantikan posisi papa.Tapi aku punya pilihan lain. Aku ingin kuliah kedokteran. Menjadi dokter adalah impianku sejak kecil.Aku mengikuti bimbel setiap hari dan belajar keras setiap malam. Agar aku bisa diterima di fakultas kedokteran. Papa dan mama mengira aku bimbel dan belajar untuk masuk ke jurusan yang mereka inginkan.Tibalah saat pengumuman UMPTN, dan aku diterima di salah satu universitas negeri di Surabaya jurusan kedokteran.Aku bahagia tapi ketakutan. Bingung campur senang untuk memberitahukan pada orang tuaku.Maka dengan segenap keberanian aku mengungkapkan kelulusan dan pilihanku pada papa. Dan seperti kuduga pemilik perusahaan

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 15. Adelia, Awas!

    Aku melajukan vario kesayangan dengan tersenyum sendiri. Setelah borokokok baru kali ini ada yang mengajak jalan-jalan lagi.Kulihat di sekeliling jalan bunga seolah bermekaran dan Kupu seolah beterbangan. Dan tiba-tiba terdengar alunan musik india janam-janam dilwalee. Elah. Kok bisa sih. Penyuka drakor tapi musik suka india.Sengaja kubuka kaca depan helm agar udara bebas bisa mengelus pipiku. Sepanjang jalan aku sengaja tersenyum pada siapa saja yang kutemui.Abang tukang bakso, tukang bakpao, cilok, pengendara- pengendara motor lainpun tak luput dari senyumanku. Ada yang menanggapinya dengan tersenyum juga, ada yang menanggapinya dengan diam saja. Dan yang lebih ekstrim, memandangiku dengan melotot, mungkin mengira kenapa ada orang stres keluyuran di jalan lagi senyum-senyum sendiri dan dilepas oleh keluarganya.Ah, entahlah, aku tidak peduli. Hatiku masih berbunga saja rasanya. Sebenarnya terbersit sedikit ragu di hatiku. Untuk apa dokter Andi mendekatiku. Aku takut dokter Andi h

Bab terbaru

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 50. Malam Pertama (Ending)

    Rating 21Cinta lahir bertepatan dengan cinta Adam pada Hawa. Lalu cinta mekar dan berbunga bersamaan dengan cinta Yusuf pada Zulaikha. Sayangnya cinta menjadi gila bertepatan dengan cintanya Majnun pada Laila. Namun sayangnya cinta menjadi mati bersamaan dengan matinya Romeo dan Juliet. Namun hari ini, cinta hidup dan mekar kembali bersamaan dengan hadirnya cintaku padamu.Aku melempar tatapan mendelik pada mas Andi. Sementara mas Andi tersenyum kecil. Hatiku sudah ser-seran rasanya saat mas Andi berbisik di telingaku tadi."Mas, perlu dibantu untuk berdoa setelah akad? " tawar pak penghulu pada mas Andi.Mas Andi menggeleng. "Saya sudah bisa pak, " katanya seraya memegang kepalaku dan berdoa tepat diatas ubun-ubun, "Allahumma inni as'aluka min khoiriha wa khoirimaa jabaltaha 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarimaa jabaltaha 'alaih."(Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepadaMu dari kej

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    49. SAH!!!

    Aku tidak menyangka Roma yang nekat akan meracuni mas Andi malah berbalik meminum racunnya sendiri. Malah kini dia harus menginap di ruang ICU.Tapi justru ada hikmah besar di balik kejadian tersebut. Menurut mas Andi, tante Ani meminta papa untuk mempercepat rancana pernikahanku dan mas Andi.Aku sangat berbahagia dengan keputusan papa. Apalagi bapakku protes padaku karena belum menikah tapi sudah sering semobil berdua."Bapak takut kamu khilaf dan tiba-tiba memberi bapak cucu," kata bapak waktu itu.Karena itu aku dan keluargaku menyambut baik rencana papa dan tante Ani. Tapi tante Ani juga punya permintaan, yaitu menguji reaksi Roma kalau tahu aku dan mas Andi akan menikah.Maka malam ini aku mengunjungi Roma lagi di ruangan VIP, setelah kemarin aku mengunjunginya di ICU.Sungguh suasana yang canggung banget. Sepi dan hening. Aku cuma bicara satu dua kalimat saja. Tidak tahu cara mencairkan suasana.Sempat bingung juga bagaimana memberitahu Rania dan Roma tentang rencana pernikahan

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    48. Bantuan dari Papa

    pov AndiSetelah aku mengantarkan Adelia pulang dari melihat Roma di ICU rumah sakit Al-Hikmah ke kontrakan, aku segera pamit pulang ke rumah baruku untuk melihat pekerjaan tukang.Ternyata lebih cepat dari prediksiku. Mungkin 4 hari bisa selesai dan aku langsung bisa membeli perabotan untuk mengisi rumah.Setelah ashar, para tukang berpamitan pulang, akupun menuju rumah Rania untuk beristirahat.Aku membaringkan tubuh penatku saat ponsel khusus keluarga di atas meja berbunyi.Aku bangun dari ranjang, dan langsung meraih benda pipih itu."Dari papa? tumben papa telepon," gumamku penuh tanda tanya.Tanpa membung waktu, aku bergegas untuk menerima telepon dari papa."Assalamualaikum, apa kabar Pa?" sapaku."Waalaikumsalam, kabar papa baik, ada hal penting yang perlu kita bahas, tentang masa depan kamu, bisa kamu ke rumah sekarang? " tanya papa."Iya Pa, Andi langsung berangkat habis ini ya,"jawabku.Setelah mendapat kepastian kedatanganku, papa langsung menutup sambungan telepon usai m

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    47. Curiga Adelia Hamil

    pov RomaAku seperti bermimpi mendengar suara Rania mengaji di dekatku. Suara itu terdengar samar dan begitu merdu.Selanjutnya masih seperti dalam mimpi, saat aku mendengar Rania berkata, "Mas, cepat sembuh ya, sakit hatiku saat melihatmu masih mencintai Adelia tidak seberapa dibanding khawatirnya aku karena takut kehilanganmu,"Aku merasa Rania mencium kening dan mengelus rambutku. Serta berbisik,"aku mencintaimu Mas, mencintai kelebihanmu dan segala kekuranganmu,"Kemudian sepi lagi merajai hati. Lalu aku merasa berada di padang rumput yang luas.Antara sadar dan tidak, aku seperti melihat Rania menggendong Rum menjauh dariku, "Jangan pergi," seruku.Tapi Rania tetap berlalu sambil melambaikan tangannya. "Kamu sepertinya lebih mencintai Adelia, Mas, jadi apa gunanya aku dan Rum ada di dekatmu," sahutnya semakin menjauh.Terengah-engah aku mengejarnya."Aku minta maaf sayang, aku janji akan melupakan Adelia, aku mohon maafkan aku, aku akan jadi suami dan ayah yang baik." Janjiku."Te

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    46. Mas Roma Insyaf

    pov RaniaAku baru saja berganti baju seusai mandi saat mendengar mas Andi berteriak. Dari suaranya terdengar begitu panik.Aku buru-buru keluar dari kamar dan menuju ruang makan, asal suara mas Andi berteriak.Mama juga tergopoh-gopoh turun dari kamarnya di lantai atas.Dan betapa terkejutnya aku melihat mas Roma tergeletak miring dengan berwajah kebiruan dan mulutnya berbusa.Aku langsung menangis histeris. Mas Andi lalu memberikan Rum pada mama.Mas Andi segera memeriksa nadi di pergelangan tangan Roma kemudian dia langsung berlari ke arah kamarnya.Tidak berapa lama, ambulance pun datang. Mas Andi segera menuju ruang depan dan kembali ke ruang makan bersama perawat UGD.Kemudian mas Andi dan perawat tersebut menaikkan mas Roma ke atas brangkard kemudian mendorongnya ke halaman."Rania, ayo ikut denganku ke rumah sakit," instruksi mas Andi padaku.Aku mengangguk. Dengan wajah bingung dan masih berlinangan air mata aku mengikuti mas perawat yang mendorong brangkard ke dalam ambulance

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 45. Permintaan Rania

    pov dokter Andi Semalaman aku memikirkan perkataan Adelia di telepon. Apa benar Roma akan melakukan hal nekat untuk mendapatkan Adelia, sementara aku adalah sepupu Rania. Apa Roma tega melakukan hal buruk padaku.Ah, masa bodoh. Aku cuma perlu waspada saja pada segala ucapan dan tindakan Roma sekarang.Lelah berpikir kemungkinan yang akan Roma lakukan padaku membuatku lelah dan tertidur.Besok harinya, setelah sholat subuh, aku memilih bersantai di kamar sebelum aku mengawasi para tukang di rumahku.Saat sedang asyik membaca artikel kesehatan, aku dikejutkan oleh ketukan pintu. Sepertinya suara Roma."Ndi, coba keluar kamar sebentar, aku mau ngobrol," serunya.Dengan rasa penasaran aku membuka pintu dan tampaklah wajah Roma di depan kamar.Aku mulai bersikap waspada."Ada apa? tumben ngajak ngobrol," tanyaku. Curiga? jelas. Selama aku tinggal disini, dia jarang mengajakku ngobrol lebih dahulu."Iya, cuma mau nanya aja, semalam kayaknya aku denger kamu beli rumah ya," tanya Roma ramah.

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    bab 44. Keracunan

    pov RomaSejak aku melihat Adelia menolong persalinan Rania, jiwa kemantananku meronta-ronta.Perasaan bersalah karena pernah mempermainkannya menggedor-gedor pintu hati.Sepertinya aku memang CLBK alias cinta lama belum kelar. Selalu terbayang-bayang wajah cantiknya saat berada di rumah walaupun aku bersama Rania.Perasaanku bertambah mendalam saat melihatnya di acara aqiqah Rum. Dia tampak anggun dan cantik dengan balutan hijab.Otomatis aku teringat lagi masa SMA kami yang sering menghabiskan waktu dengan menikmati nasi padang bersama.Aku akan mencoba mendekatinya lagi. Poligami boleh kan? apalagi Rania masih masa nifas. Dia belum bisa melayaniku.Mendekati kolam renang, ku rayu Adelia agar mau menjalin hubungan denganku.Tapi dia menolakku. Dia bahkan mengancam akan berteriak kalau aku memegangi tangannya terus menerus.Dan kedatangan si Andi memperkeruh keadaan. Dia mengancamku agar jangan menganggu Adelia.Bah, apa urusannya dengan Andi. Adelia kan bertemu aku terlebih dahulu d

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    43. Senjata Makan Tuan

    "Emang kenapa kamu pingin ketemu aku? " tanyaku penasaran.Roma menjawab, "Karena aku ingin...,"Ucapan Roma kupotong, "Maaf, kamu sudah punya istri dan aku juga sudah punya calon suami, jadi kalau bertemu berdua saja tidak bisa, " Sahutku.Roma mendesah. Kemungkinan dia kecewa. Tapi aku tidak peduli lagi."Kamu jadi menikah dengan Andi? " tanyanya parau."Insyallah, semoga tahun ini bisa terwujudkan." Jawabku."Aku tidak bisa lagi mempertahankan rumah tanggaku. Aku selalu teringat padamu walaupun sedang bersama Rania," tukasnya parau.Aku terdiam."Aku sudah lama juga tidak bisa menyalurkan hasratku sebagai seorang suami padanya. Aku tidak bernafsu, bagaimana kalau kita menikah secara diam-diam?" lanjutnya."Heh, kamu gila? itu bukan urusanku! Dan asal kamu tahu, tentu saja Rania belum boleh melakukan hubungan suami istri karena dia sedang masa nifas," Jelasku sebal.Sekarang ganti Roma yang terdiam."Hubungan kita udah kelar dari dulu, jadi jangan coba-coba CLBK, mending kalau Rania

  • PASIENKU ADALAH ISTRI MANTAN    42. Makan Bersama Keluarga Adelia

    Dengan mempercepat langkah, aku sampai di pintu depan kontrakanku. Aku menarik handlenya. Tidak dikunci !!Dengan segera aku membuka pintu depan tersebut. Dan ternyata...."Kejutannnnn... !!!" Nur, Anif, dan Putri berseru keras di ruang tamu. Sementara bu Ambar tampak tersenyum sambil duduk di shofa.Tampak di tengah meja ada nasi putih berbentuk segitiga alias tumpeng dan dikelilingi aneka lauk berbahan santan lengkap dengan sambal ijonya."Ya Allah..., teman- teman," aku berlari menubruk mereka.Nur, Putri, dan Anif memelukku secara bergantian. Aku terharu sampai tidak bisa berkata-kata."Sudah sembuh beneran mbak Adel? " tanya Nur."Wes ojo mewek, kami semua kangen kamu Del, salam dari teman-teman yang sedang dines," kata Anif sambil mengusap air mataku dengan jempol tangannya."Maaf ya Del, gak bisa membesuk waktu kamu opname," tukas Putri."Nggak apa-apa rek, ayo duduk semua, aku bikinin minuman dingin ya?" tawarku."Halah, nggak usah, kami tadi beli jus buah banyak, tuh di krese

DMCA.com Protection Status