Tubuh Amor tergolek lesuh di kasur, matanya terlihat sayu, mata yang biasanya bercahaya nampak redup seperti hilang cahaya hidup.
Sementara orang-orang yang mengangkat tubuhnya tadi satu persatu pergi, sekarang hanya tinggal satu laki-laki di sana.
Alena yang melihat pria itu segera tahu kalau orang yang tersisa ini merupakan pacar dari Amor yang kemarin dia lihat di dalam pikiran wanita itu.
"Kamu pasti Riki pacarnya Amor," Sapa Alena kepada pria itu.
"Iya," Jawab Riki yang bingung melihat Alena sebab dia belum pernah melihat wanita ini.
"Aku saudara Amor yang baru datang," Jawab Alena yang melihat kebingungan di wajah pria itu.
"Oooo," Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Riki.
"Apa yang terjadi dengan Amor, apakah sudah di bawak ke dokter?" Tanya Alena kepada Riki.
"Itulah yang membuatku bingung, kami sudah membawanya ke dokter namun kata dokter Amor tidak mengalami sakit apapun, seluruh organ tubuhnya normal," Jawab Riki yang nampak kebingungan.
Alena yang mendengar jawaban dari Riki menganggukkan kepalanya, kemudian dia menoleh ke arah Bik Suti yang baru keluar dari kamar Amor.
"Bik, bisa minta tolong bawakan air mineral ke kamar Amor," Alena berkata kepada Bik Suti.
"Baik non," Jawab Bik Suti tanpa bertanya segera menuju ke dapur.
Alena berjalan memasuki kamar Amor di ikuti oleh Riki yang menguntit di belakangnya.
Alena berdiri di tepi kasur tempat Amor terbaring, mata bidadarinya meradar seluruh tubuh Amor yang terbaring tanpa daya.
Cukup lama Alena menatap tubuh lemah Amor sebelum kemudian kepalanya mengangguk.
"Apa yang terjadi dengan Amor, kenapa dia menjadi seperti ini?" Tanya Riki yang kebingungan melihat tubuh orang yang dia cintai itu.
"Aku tahu kamu percaya dengan hal gaib karena kamu merupakan penulis cerita gaib," Alena berkata sambil menatap Riki.
"Darimana kamu tahu aku penulis cerita gaib?" Tanya Riki kepada Alena.
"Amor banyak cerita tentang kamu," Jawab Alena berbohong.
"Benar aku penulis cerita gaib namun sampai sekarang aku belum pernah bersentuhan langsung dengan hal gaib, cerita yang aku tulis berdasarkan kisah dari kawan-kawanku," Jawab Riki jujur di hadapan bidadari yang sedang menjalani hukuman itu.
"Sekarang saatnya kamu bersentuhan dengan hal gaib," Alena berkata kepada Riki.
"Maksudnya?" Tanya Riki masih bingung.
"Kamu lihat tubuh Amor, sekarang jasadnya memang di sini bersama rohnya jadi dia masih bisa dibantu, namun terlambat sedikit saja maka rohnya akan pergi menuju ke tempat orang yang melakukan hal ini padanya, dia terkena Santet Asmara," Jawab bidadari itu dengan yakin.
"Bagaimana kamu tahu?" Tanya Riki bingung.
"Bukan saatnya menjelaskan, aku akan mengunci roh Amor supaya tidak bisa di tarik dari jauh," Jawab Alena.
Dengan cepat Alena memegang ubun-ubun Amor dan segera menyalurkan kekuatan gaib bidadarinya yabg berupa sinar warna merah.
Sinar itu menyelubungi tubuh Amor cukup lama sebelum kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Amor.
Riki yang melihat apa yang dilakukan oleh Alena nampak terkesiap, mulutnya menganga tak percaya melihat apa yang dilakukan oleh wanita di depannya.
Ketika Alena mengangkat tangannya dari ubun-ubun Amor terdengar rintihan halus dari mulut Amor.
"Alena... Bantu aku...." Suara lemah keluar dari mulut Amor.
"Tenang saja aku akan membantu kamu, kamu istirahat sekarang sebab tidak akan ada yang bisa menarik roh kamu keluar," Jawab Alena yang di sambut anggukan lemah dari Amor.
Alena segera memutari tubuh Amor tiga kali untuk memagari tubuh itu dengan kekuatan gaib.
Ketika Alena selesai memutar tubuh Amor tiga kali dari arah pintu kamar masuk Bik Suti.
"Ini airnya non," Bik Suti berkata sambil menyodorkan airnya.
"Bik, apakah bisa di bawakan lima botol lagi air mineral seperti ini?" Tanya Alena kepada Bik Suti.
"Bisa non," Jawab Bik Suti cepat.
"Kalau begitu tolong ya bik, bawain sekarang," Kawab Alena.
Mendengar apa yang di minta Alena Bik Suti kembali dengan cepat menghilang ke balik pintu.
Alena tanpa menunggu lagi segera menyalurkan kembali kekuatan berwarna merah kedalam air mineral yang ada di dalam botol itu.
Sejenak air berubah menjadi merah semua sebelum kemudian perlahan-lahan berubah menjadi putih susu.
Alena langsung meminumkan air itu kepada Amor, walaupun lesuh Amor nampak meminum berapa teguk air yang di sodorkan oleh Alena.
"Sekarang kamu istirahat, biar aku yang menangani masalah ini," Alena berkata kepada Amor yang walaupun lesuh namun cahaya matanya sudah kembali.
"Bik tolong usapkan air ini ke seluruh tubuh Amor," Alena menyodorkan air di dalam botol kepada Bik Suti.
Kemudian tangannya mengambil lima botol air yang ada di tangan Bik Suti, walaupun tak mengerti maksudnya namun Bik Suti menurut saja apa yang di katakan oleh Alena.
Air yang baru dia ambil segera di salurkan kekuatan gaib melalui tangannya, namun kali ini air tersebut berbeda dengan yang pertama tadi.
Air di dalam botol bukan berubah menjadi putih susu melainkan berubah menjadi hitam pekat.
Setelah menyalurkan kekuatan pada air yang ada di dalam botol yang dia pegang, Alena segera menatap Riki yang masih memandangnya dengan takjub.
"Sekarang bukan waktunya bengong, kamu harus membantuku," Alena berkata yang membuat Riki menjadi tergagap.
"Iya, aku harus melakukan apa?" Tanya Riki yang bingung harus berbuat apa.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Alena kepada Riki.
"Jam setengah enam sore," Jawab Riki cepat.
"Bagus masih ada waktu, pertarungan gaib sebenarnya baru akan terjadi setelah matahari terbenam, jadi kita harus bersiap, kalau tidak di tuntaskan selamanya Amor akan terancam," Alena menjelaskan lagi kepada Riki.
"Siapa yang melakukan ini pada Amor?" Tanya Riki penasaran.
"Bukan saatnya bertanya, setelah kejadian malam ini aku akan menjelaskan semuanya," Jawab Alena lagi kepada Riki.
"Kalau begitu apa yang bisa aku lakukan untuk membantu?" Tanya Riki yang menjadi bersemangat.
"Kamu letakkan air ini pada empat sudut bagian dalam rumah ini, sementara yang ini letakkan tepat di tengah-tengah rumah," Jelas Alena kepada Riki.
Tanpa banyak tanya Riki segera melakukan apa yang dijelaskan oleh Alena.
"Sekarang apapun yang terjadi jangan ada yang berlari keluar rumah ini," Jelas Alena kepada Riki dan Bik Suti.
"Apa yang kita hadapi?" Tanya Riki penasaran.
"Makhluk yang berasal dari golongan jin, yang diperintahkan oleh seorang dukun atas permintaan seseorang," Jawab Bidadari terbuang itu dengan mantap.
Setelah itu dia berkeliling di dalam rumah itu sebanyak tiga keliling baru kemudian dia tegak tak jauh dari botol air yang ada di tengah ruangan.
Semua orang nampak tegang kecuali Alena yang masih duduk santai di sebuah kursi yang ada di dalam ruangan itu.
Tepat jam enam sore angin kencang berhembus di dalam rumah tempat mereka berada.
Mulut Alena menyunggingkan senyuman penuh misteri, namun di mata Riki senyum itu nampak menyeramkan.
"Akhirnya datang juga tamunya," Desis Alena.
Belum hilang desisan Alena di atas atap terdengar benturan keras yang membuat kaget semua orang kecuali Alena.
Brakkk!
######
Setelah bunyi ledakan keras di atap, air yang berada di dalam botol nampak bergoyang-goyang.Berapa tetes air ada yang tertumpah membasahi lantai rumah, melihat air yang ada di dalam botol bergoyang seperti mendidih, Alena yang dari tadi duduk santai berdiri dari duduknya.Tangan kanannya terangkat ke atas kemudian dengan cepat tangan yang terangkat ke atas itu menarik ke bawah.Bukkk!Terdengar bunyi tubuh tak kelihatan jatuh di hadapan mereka, setelah bunyi suara terjatuh kedua tangan Alena terbentang kesamping.Tangan itu bergerak bertemu di atas kepalanya seperti menepuk sesuatu, dari empat penjuru rumah secara ajaib air yang berada di dalam botol melesat cepat membentur tubuh tanpa wujud.Dalam sekejap di tempat itu terlihat satu sosok tubuh yang berdiri dengan raut muka seram dan seluruh tubuhnya berwarna hitam."Jin gompalda ternyata kalian tidak berubah, mas
Suasana yang hening di dalam kamar Amor tiba-tiba di hancurkan oleh suara kaki berjalan cepat di ikuti suara bantingan pintu kamar.BRAKKKK!Riki masuk ke dalam kamar dengan muka pucat, begitu sampai di dalam kamar dia langsung mengambil botol air mineral di meja dan menenggaknya."Ada apa?" Tanya Amor yang kaget melihat kelakuan Riki.Berbeda dengan Amor yang kaget di pihak lain Alena hanya tersenyum saja melihat kelakuan Riki.Seakan-akan dia sudah tahu apa yang menimpa dan di di alami oleh Riki yang tadi dia suruh menyiramkan air pada sebatang pohon."Api besar menghantam pohon," Jawab Riki dengan napas memburu."Biarkan saja, itu serangan balasan dari si dukun karena kekuatannya berhasil di patahkan, serangan itu membentur pohon tempat air di siramkan sebab air itu menjadi alamat rumah ini secara gaib," Jelas Alena.
Mendengar Bik Suti berteriak dengan kencang, Riki buru-buru memarkir mobil Amor yang dia kendarai.Begitu mobil berhenti Alena dan Amor langsung berlari mendekati Bik Suti yang meringkuk ketakutan di dekat pagar rumah.Dengan cepat tangan Alena mengusap kepala Bik Suti yang mengirimkan kekuatan yang bisa membuat Bik Suti merasa tenang."Ceritakan apa yang terjadi bik," Alena berkata lembut kepada Bik Suti."Anu non, di dalam ada keanehan yang Membuat bibik merasa takut," Jawab Bik Suti yang sudah merasa tenang."Keanehan bagai mana bik?" Tanya Alena lagi dengan lembut."Di dalam tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat di sertai suara seperti menggembor marah, namun bibik tidak melihat apapun, makanya bibi ketakutan dan berlari keluar rumah," Jawab Bik Suti dengan tubuh gemetar."Sudah sekarang bibik tenang saja," Jawab Amor yang
Siang yang terik di kota Palembang membuat siapa saja akan merasakan kepanasan.Begitu juga dengan beberapa pekerja konstruksi jalan, mereka bekerja dengan keringat bercucuran.Beberapa pekerja yang tugasnya memasang kayu cerucuk untuk pondasi jalan, bahu membahu pekerja itu menanamkan kayu-kayu tersebut.Namun sekelompok pekerja berhenti bekerja karena kayu yang mereka tanamkan membentur sesuatu yang keras."Panggil pengawas," Salah seorang pekerja berkata kepada kawannya.Mandor yang di panggil pekerja itu datang dengan terburu-buru, dia merupakan seorang lelaki muda yang merupakan sarjana arsitekstur.Begitu seorang pekerja melaporkan apa yang mereka temui dengan cepat dia mendatangi lokasi tempat para pekerja itu bekerja."Ada apa?" Tanya pengawas itu penasaran."Cerucuk yang kami tanamkan membentur benda keras," Jawab para pekerja dengan cepat.
Riki melihat badan Alena tersentak mundur segera menghampiri Alena."Ada apa?" tanya Riki penasaran.Alena menarik napas berulang kali untuk menenangkan gejolak yang merasuki hatinya."Aku yakin ini perbuatan dari makhluk yang berasal dari alam gaib, melihat dari bentuk jenazah ini hampir mirip dengan kematian yang pernah terjadi pada zaman dahulu yang di sebabkan oleh Iblis Kematian," jawab Alena."Iblis kematian, makhluk apa itu?" tanya Amor yang sudah berdiri di dekat mereka."Makhluk ini merupakan makhluk jahat, namun setahu yang aku ketahui kekuatannya sudah di segel oleh Dewa Keabadian sementara badannya sudah di masukkan ke dalam peti mati dan di kunci di sebuah tempat," jelas Alena kembali."Kalau kekuatannya sudah di segel kenapa sekarang bisa bangkit lagi?" tanya Riki yang juga bingung."Aku tidak tahu kenapa dia bisa bangkit la
"Bidadari Merah, makhluk itu sudah menyerap seluruh elemen alam semesta ini di samping itu juga dia menjadi lebih berbahaya karena membawa kemarahan dari masa lalu, untuk itu kebangkitannya sekarang akan sangat berbahaya," Jawab Dewa Keabadian dengan muka khawatir."Walaupun begitu aku yakin pasti ada cara untuk mengalahkannya?" Tanya Alena sembari menatap Dewa yang ada di depannya."Walaupun begitu ada satu rahasia yang terlupakan oleh Iblis Kematian, dia sudah menyerap unsur alam raya ini namun dia melupakan satu unsur untuk di serap yakni unsur besi, iblis itu akan mampu di hancurkan dengan memakai besi ladam kuda," Jawab Dewa Keabadian dengan mimik muka serius."Baiklah aku akan mencari ladam kuda untuk mengalahkannya, namun yang menjadi masalah untuk mencari keberadaan Iblis Kematian akan sangat sulit, apakah kamu mempunyai petunjuk untuk mencarinya?" Tanya Alena kembali."Ini merupakan satu hal yang sulit seba
Alena yang sedang tidur di kamarnya tersentak bangun begitu mendengar suara gedoran di pintu."Iya tunggu," Jawab Alena dengan malas dari dalam kamar.Begitu pintu kamar di buka dia melihat muka Amor sudah nongol di depan pintu dengan senyuman yang manis."Ada apa?" tanya Alena kepada Amor."Ada tamu yang datang bersama Riki dia minta bantuan karena dia merasa ada keanehan dari tubuhnya," Jawab Amor menjelaskan."Iya tunggu," jawab Alena Singkat.Alena yang baru bangun tidur berjalan ke ruang tamu di sana dia melihat tamu seorang laki-laki yang sudah duduk di sana dengan muka ketakutan.Di hadapan laki-laki itu ada Riki yang memang menemani lelaki itu untuk datang ketempat ini."Alena kenalkan ini Mahmud dia merupakan kawanku yang tinggal di Daerah Jakabaring, mau minta bantuan kepada kamu sebab dia mengalami beberapa teror di dalam keluarganya," Je
"Kemana perginya jin itu?" Tanya Mahmud masih dengan nada ketakutan."Jangan takut dia sudah aku kembalikan ke alamnya, sekarang kita harus ke rumah kamu untuk membantu anak kamu," Jawab Alena dengan santai."Baik-baik ayo kita pergi aku takut anakku sudah di bunuh oleh jin itu," Jawab Mahmud yang kelihatannya sudah tenang."Aku akan mandi dulu, tak usah terlalu khawatir karena dalam penglihatanku raja jin yang ada di dalam badan anak kamu baru selepas malam akan melaksanakan tugasnya karena dia menunggu perintah dari dukun yang mengirimnya," Jawab Alena sembari menatap Mahmud."Riki, aku sekalian mau mengajak kamu dan Amor untuk menemaniku," Alena berkata kepada Riki.Riki dan Amor hanya menganggukkan kepalanya saja mendengar perkataan dari Alena.*******Malam itu di rumah Ki Jintan dari sore su
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.