Setelah bunyi ledakan keras di atap, air yang berada di dalam botol nampak bergoyang-goyang.
Berapa tetes air ada yang tertumpah membasahi lantai rumah, melihat air yang ada di dalam botol bergoyang seperti mendidih, Alena yang dari tadi duduk santai berdiri dari duduknya.
Tangan kanannya terangkat ke atas kemudian dengan cepat tangan yang terangkat ke atas itu menarik ke bawah.
Bukkk!
Terdengar bunyi tubuh tak kelihatan jatuh di hadapan mereka, setelah bunyi suara terjatuh kedua tangan Alena terbentang kesamping.
Tangan itu bergerak bertemu di atas kepalanya seperti menepuk sesuatu, dari empat penjuru rumah secara ajaib air yang berada di dalam botol melesat cepat membentur tubuh tanpa wujud.
Dalam sekejap di tempat itu terlihat satu sosok tubuh yang berdiri dengan raut muka seram dan seluruh tubuhnya berwarna hitam.
"Jin gompalda ternyata kalian tidak berubah, masih saja bodoh dan ingin di peralat oleh manusia," Alena berkata mengejek kepada Makhluk di depannya.
"Siapa kamu yang berani menghina golongan kami?" Tanya Jin Gompalda dengan suara menggembor marah.
"Kau akan bunuh diri jika tahu siapa aku," Jawab Alena dengan sinis.
"Dasar sombong, kau belum tahu kemarahan kami," Bentak Jin Gompalda merasa di permainkan.
Dengan cepat tubuh tinggi besar itu menerjang Alena, namun setengah jalan tubuh itu bergerak sebuah sinar merah yang keluar dari tangan Alena menerjang tubuh makhluk itu membuatnya terjengkang kebelakang.
Dari mulut makhluk hitam itu keluar suara raungan beserta makian tak karuan saking marahnya.
Walaupun bagian tubuhnya merasakan sakit namun Jin itu berlaku nekat kembali menerjang tubuh Alena.
"Gompalda, ternyata tubuh kalian saja yang besar namun otak kalian terlalu kecil untuk berpikir," Ejek Alena lagi.
Ketika tubuh jin itu meluruk menyerangnya kembali dengan cepat dari ujung jari Alena melesat kedua sinar bersilangan.
Sinar yang melesat bersilangan itu dengan cepat menerjang tubuh Jin Gompalda membuat tubuh makhluk itu kembali terjengkang ke belakamg.
Ketika makhluk itu bangkit dari sela bibirnya keluar taring yang sangat panjang dengan kukunya juga berubah panjang.
"Kau sudah keterlaluan, berani menentang Jin Gompalda!" Geram Jin Gompalda dengan mata mencorong merah menatap Alena.
Dengan kondisi tubuh yang sudah berubah itu Jin Gompalda kembali menyerang Alena.
Kali ini Alena sengaja tidak mengirimkan pukulan berbentuk sinar namun setengah jalan tubuh Jin itu bergerak menyerangnya, seluruh tubuh Alena keluar cahaya seperti api berwarna merah.
Dari kepala Alena juga terlilit sebuah Mahkota berwarna merah dengan batu putih besar terpasang di keningnya.
Melihat perubahan tubuh Alena gerakan Jin Gompalda yang tadi menyerang tersurut sejauh lima langkah kebelakang.
Alena melangkahkan kakinya maju mendekati tubuh Jin Gompalda yang berubah ketakutan.
"Bidadari Merah ampuni aku, tolong jangan hancurkan tubuhku aku menyesal sudah berani melawan kamu," Jin itu berkata ketakutan dengan cepat kepalanya langsung bersujud di hadapan Alena.
"Baik aku tidak akan membunuh kamu asal kau mematuhi apa yang aku katakan," Alena berkata dengan lemah lembut namun di telinga Jin Gompalda seperti sebuah bentakan keras.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Jin Gompalda ketakutan.
"Kau jawab pertanyaanku, siapa yang mengirim kamu dan kenapa dia mengirim kamu?" Tanya Alena kepada jin yang ada di depannya itu.
"Aku di kirim oleh seorang dukun untuk mengambil sukma Amor, dukun itu melakukannya atas permintaan seorang laki-laki bernama Ardi," Jelas Jin Gompalda ketakutan.
"Baiklah, mulai sekarang kamu aku tugaskan melindungi rumah ini, sebelum itu kau berangkatlah ke tempat dukun yang mengirim kamu dan hancurkan pendupaan yang ada di depannya!" Perintah Alena.
"Baik, aku akan lakukan," Jawab Jin Gompalda singkat.
"Sekarang juga kamu pergi!" Perintah Alena kepada Jin Gompalda lagi.
Dengan cepat Jin Gompalda melesat pergi dari sana, badannya hanya tinggal jalur hitam saja.
Bersama dengan menghilangnya Jin Gompalda badan Alena yang tadinya di penuhi cahaya merah juga sudah kembali normal.
Riki dan Bik Suti yang dari tadi tegang menarik napas panjang melepas ketegangan mereka.
"Sekarang ambil air yang tersisa di dalam botol di tengah ruangan, jangan lupa siram air itu pada sebuah pohon yang lumayan jauh dari sini, supaya kalau ada kiriman lagi dia tidak bisa menemukan alamat ini," Alena berkata kepada Riki.
Dengan gerakan yang gesit Riki mengambil air yang ada di dalam botol dan pergi dari sana.
Alena masuk kedalam kamar Amor yang sekarang tidak hanya matanya sudah bercahaya melainkan wajahnya juga sudah kembali memerah.
"Apa yang terjadi denganku?" Tanya Amor melihat Alena masuk ke dalam kamar.
"Kamu terkena Santet Asmara, jika tidak di bantu aku pastikan kamu akan menjadi objek pemuas nafsu yang di kendalikan oleh si pengirim," Jelas Alena.
"Siapa yang melakukannya kepadaku?" Tanya Amor kepada Alena.
"Aku pernah bercerita mengenai dua orang pria, nah salah satu dari pria inilah yang meminta bantuan dukun untuk mengirimkan santet asmara, supaya kamu bisa bertekuk lutut kepadanya," Jelas Alena kepada Amor.
"Ardi.... Kenapa orang dia ingin menaklukkan aku, bukankah masih banyak orang lain kalau dia mau taklukkan," Jawab Amor bingung.
"Keluarga orang ini merupakan pengamal sebuah cabang keilmuan, namun untuk memperkuat dirinya mereka menumbalkan nyawa, untuk itulah dia memilih kamu untuk di jadikan tumbal kekuatan dan kekayaannya," Jelas Alena kepada Amor.
Mendengar penjelasan dari Alena mata Amor membelalak lebar memandang kepada Alena.
"Kurang ajar sekali orang dia, bagaimana caranya perbuatan yang dia lakukan harus di balas," Dengus Amor kesal.
Alena tersenyum mendengar kemarahan dari Amor, dia tersenyum dengan sangat manis melihat kemarahan Amor.
"Tidak usah di balas, besok kamu akan mendengar berita kematiannya, namun ingat walaupun orangnya mati tapi bahaya masih akan mengintai," Jawab Alena.
"Kenapa dia bisa mati besok?" Desis Amor.
"Lihat saja besok," Jawab Alena yang duduk di pinggir ranjang tempat Amora berbaring.
******
Sementara itu jauh di luar Kota Palembang, seorang dukun santet yang di kenal warga dengan nama Mbah Purwo sedang konsentrasi di kamarnya.
Mulut Mbah Purwo tiada henti komat-kamit sambil sesekali tangannya menaburkan kemenyan ke dalam pendupaan menyala di depannya.
Mbah Purwo merupakan dukun terkenal yang sering di minta bantuan oleh warga untuk mengatasi urusan mereka mulai dari jodoh, karir sampai menyantet orang.
Malam itu pekerjaan serius sepertinya sedang di lakukan oleh Mbah Purwo, seluruh pakaiannya yang serba hitam sudah basah oleh keringat.
Asap kemenyan yang mengepul dari pendupaan di depannya terus membubung tinggi memenuhi kamar tempat dia melakukan ritual.
Bersama dengan membubungnya asap kemenyan, badan Mbah Purwo juga bergoyang-goyang.
Sementara racauan yang keluar dari mulutnya juga tiada henti justru semakin cepat.
Namun di tengah racauan mantera yang dia baca, tiba-tiba pendupaan di hadapan Mbah Purwo meledak keras.
Ledakan itu membuat sebagian arang pendupaan berhamburan bahkan ada yang sampai mengenai muka dan tubuh Mbah Purwo yang telentang.
"Kurang ajar, kekuatan siapa yang berani mengganggu pekerjaanku!" Bentak Mbah Purwo marah besar.
Tangannya tanpa merasa panas kemudian mengambil beberapa bara yang tercecer di lantai.
Mulutnya komat-kamit membaca matera pada bara api yang dia genggam, setelah itu bara api yang dia genggam dia lemparkan ke udara.
Bara itu melesat ke atas rumah, begitu menyentuh udara tinggi Bara itu berubah menjadi nyala api yang sangat besar, nyala api itu melesat cepat menuju ke Tengah Kota Palembang.
#####
Suasana yang hening di dalam kamar Amor tiba-tiba di hancurkan oleh suara kaki berjalan cepat di ikuti suara bantingan pintu kamar.BRAKKKK!Riki masuk ke dalam kamar dengan muka pucat, begitu sampai di dalam kamar dia langsung mengambil botol air mineral di meja dan menenggaknya."Ada apa?" Tanya Amor yang kaget melihat kelakuan Riki.Berbeda dengan Amor yang kaget di pihak lain Alena hanya tersenyum saja melihat kelakuan Riki.Seakan-akan dia sudah tahu apa yang menimpa dan di di alami oleh Riki yang tadi dia suruh menyiramkan air pada sebatang pohon."Api besar menghantam pohon," Jawab Riki dengan napas memburu."Biarkan saja, itu serangan balasan dari si dukun karena kekuatannya berhasil di patahkan, serangan itu membentur pohon tempat air di siramkan sebab air itu menjadi alamat rumah ini secara gaib," Jelas Alena.
Mendengar Bik Suti berteriak dengan kencang, Riki buru-buru memarkir mobil Amor yang dia kendarai.Begitu mobil berhenti Alena dan Amor langsung berlari mendekati Bik Suti yang meringkuk ketakutan di dekat pagar rumah.Dengan cepat tangan Alena mengusap kepala Bik Suti yang mengirimkan kekuatan yang bisa membuat Bik Suti merasa tenang."Ceritakan apa yang terjadi bik," Alena berkata lembut kepada Bik Suti."Anu non, di dalam ada keanehan yang Membuat bibik merasa takut," Jawab Bik Suti yang sudah merasa tenang."Keanehan bagai mana bik?" Tanya Alena lagi dengan lembut."Di dalam tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat di sertai suara seperti menggembor marah, namun bibik tidak melihat apapun, makanya bibi ketakutan dan berlari keluar rumah," Jawab Bik Suti dengan tubuh gemetar."Sudah sekarang bibik tenang saja," Jawab Amor yang
Siang yang terik di kota Palembang membuat siapa saja akan merasakan kepanasan.Begitu juga dengan beberapa pekerja konstruksi jalan, mereka bekerja dengan keringat bercucuran.Beberapa pekerja yang tugasnya memasang kayu cerucuk untuk pondasi jalan, bahu membahu pekerja itu menanamkan kayu-kayu tersebut.Namun sekelompok pekerja berhenti bekerja karena kayu yang mereka tanamkan membentur sesuatu yang keras."Panggil pengawas," Salah seorang pekerja berkata kepada kawannya.Mandor yang di panggil pekerja itu datang dengan terburu-buru, dia merupakan seorang lelaki muda yang merupakan sarjana arsitekstur.Begitu seorang pekerja melaporkan apa yang mereka temui dengan cepat dia mendatangi lokasi tempat para pekerja itu bekerja."Ada apa?" Tanya pengawas itu penasaran."Cerucuk yang kami tanamkan membentur benda keras," Jawab para pekerja dengan cepat.
Riki melihat badan Alena tersentak mundur segera menghampiri Alena."Ada apa?" tanya Riki penasaran.Alena menarik napas berulang kali untuk menenangkan gejolak yang merasuki hatinya."Aku yakin ini perbuatan dari makhluk yang berasal dari alam gaib, melihat dari bentuk jenazah ini hampir mirip dengan kematian yang pernah terjadi pada zaman dahulu yang di sebabkan oleh Iblis Kematian," jawab Alena."Iblis kematian, makhluk apa itu?" tanya Amor yang sudah berdiri di dekat mereka."Makhluk ini merupakan makhluk jahat, namun setahu yang aku ketahui kekuatannya sudah di segel oleh Dewa Keabadian sementara badannya sudah di masukkan ke dalam peti mati dan di kunci di sebuah tempat," jelas Alena kembali."Kalau kekuatannya sudah di segel kenapa sekarang bisa bangkit lagi?" tanya Riki yang juga bingung."Aku tidak tahu kenapa dia bisa bangkit la
"Bidadari Merah, makhluk itu sudah menyerap seluruh elemen alam semesta ini di samping itu juga dia menjadi lebih berbahaya karena membawa kemarahan dari masa lalu, untuk itu kebangkitannya sekarang akan sangat berbahaya," Jawab Dewa Keabadian dengan muka khawatir."Walaupun begitu aku yakin pasti ada cara untuk mengalahkannya?" Tanya Alena sembari menatap Dewa yang ada di depannya."Walaupun begitu ada satu rahasia yang terlupakan oleh Iblis Kematian, dia sudah menyerap unsur alam raya ini namun dia melupakan satu unsur untuk di serap yakni unsur besi, iblis itu akan mampu di hancurkan dengan memakai besi ladam kuda," Jawab Dewa Keabadian dengan mimik muka serius."Baiklah aku akan mencari ladam kuda untuk mengalahkannya, namun yang menjadi masalah untuk mencari keberadaan Iblis Kematian akan sangat sulit, apakah kamu mempunyai petunjuk untuk mencarinya?" Tanya Alena kembali."Ini merupakan satu hal yang sulit seba
Alena yang sedang tidur di kamarnya tersentak bangun begitu mendengar suara gedoran di pintu."Iya tunggu," Jawab Alena dengan malas dari dalam kamar.Begitu pintu kamar di buka dia melihat muka Amor sudah nongol di depan pintu dengan senyuman yang manis."Ada apa?" tanya Alena kepada Amor."Ada tamu yang datang bersama Riki dia minta bantuan karena dia merasa ada keanehan dari tubuhnya," Jawab Amor menjelaskan."Iya tunggu," jawab Alena Singkat.Alena yang baru bangun tidur berjalan ke ruang tamu di sana dia melihat tamu seorang laki-laki yang sudah duduk di sana dengan muka ketakutan.Di hadapan laki-laki itu ada Riki yang memang menemani lelaki itu untuk datang ketempat ini."Alena kenalkan ini Mahmud dia merupakan kawanku yang tinggal di Daerah Jakabaring, mau minta bantuan kepada kamu sebab dia mengalami beberapa teror di dalam keluarganya," Je
"Kemana perginya jin itu?" Tanya Mahmud masih dengan nada ketakutan."Jangan takut dia sudah aku kembalikan ke alamnya, sekarang kita harus ke rumah kamu untuk membantu anak kamu," Jawab Alena dengan santai."Baik-baik ayo kita pergi aku takut anakku sudah di bunuh oleh jin itu," Jawab Mahmud yang kelihatannya sudah tenang."Aku akan mandi dulu, tak usah terlalu khawatir karena dalam penglihatanku raja jin yang ada di dalam badan anak kamu baru selepas malam akan melaksanakan tugasnya karena dia menunggu perintah dari dukun yang mengirimnya," Jawab Alena sembari menatap Mahmud."Riki, aku sekalian mau mengajak kamu dan Amor untuk menemaniku," Alena berkata kepada Riki.Riki dan Amor hanya menganggukkan kepalanya saja mendengar perkataan dari Alena.*******Malam itu di rumah Ki Jintan dari sore su
Malam yang disertai gerimis jatuh menimpa Kota Palembang, Alena yang duduk di teras rumah memandang keluar rumah ke arah langit yang mencurahkan airnya.Di luar pagar rumah Alena melihat seorang wanita muda yang menggedor-gedor pagar rumah."Toollooonnggg... toollooonnggg!" teriak wanita itu memelas.Alena buru-buru mendatangi wanita yang berdiri di luar pagar dengan muka ketakutan, badan wanita itu gemetar seperti melihat hantu."Ada apa?" tanya Alena begitu melihat muka panik dari wanita itu."Tolong aku, aku sedang di kejar orang!" teriak wanita itu dengan muka memelas."Tenang dulu, mari masuk kita berbicara di dalam, kamu aman berada di sini," Alena berkata menenangkan wanita yang ketakutan itu."Siapa nama kamu?, sekarang kamu ceritakan apa yang kamu alami, kenapa kamu sangat takut seperti di kejar-kejar sesuatu yang menyeramkan?" A
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.