Siang yang terik di kota Palembang membuat siapa saja akan merasakan kepanasan.
Begitu juga dengan beberapa pekerja konstruksi jalan, mereka bekerja dengan keringat bercucuran.
Beberapa pekerja yang tugasnya memasang kayu cerucuk untuk pondasi jalan, bahu membahu pekerja itu menanamkan kayu-kayu tersebut.
Namun sekelompok pekerja berhenti bekerja karena kayu yang mereka tanamkan membentur sesuatu yang keras.
"Panggil pengawas," Salah seorang pekerja berkata kepada kawannya.
Mandor yang di panggil pekerja itu datang dengan terburu-buru, dia merupakan seorang lelaki muda yang merupakan sarjana arsitekstur.
Begitu seorang pekerja melaporkan apa yang mereka temui dengan cepat dia mendatangi lokasi tempat para pekerja itu bekerja.
"Ada apa?" Tanya pengawas itu penasaran.
"Cerucuk yang kami tanamkan membentur benda keras," Jawab para pekerja dengan cepat.
"Berapa kedalamannya?" Tanya pengawas konstruksi lagi.
"Sekitar setengah meter," Jelas para pekerja.
"Kalau begitu ambil alat kalian coba lihat ada apa di sana," Dengan cepat pengawas konstruksi itu berkata.
Tanpa bertanya lagi para pekerja langsung melaksanakan apa yang di perintahkan oleh pengawas pekerjaan.
Ketika tempat itu di gali mereka semua membelalakkan matanya karena yang mereka gali ternyata sebuah peti dengan ukiran yang halus.
Tanpa di beri komando para pekerja langsung mengangkat peti yang mereka temukan itu.
"Seperti peti mati," Pengawas berkata sembari mengernyitkan keningnya.
"Bisa jadi ini harta karun zaman dahulu," Jawab pekerja yang kelelahan menggali itu berandai-andai.
"Kita buka saja dahulu baru bisa mengetahuinya," Pengawas menimpali.
Begitu peti di buka semua pekerja berlari berhamburan, di dalam peti itu ternyata terdapat satu sosok tubuh lelaki muda dengan pakaian memakai sebuah baju langsung berwarna hitam.
"Peti mati siapa ini, kenapa ada di tempat ini?" Pengawas bertanya dengan nada bingung.
"Kurang tahu pak, mungkin saja ini peti mati orang zaman dahulu," Jawab para pekerja.
"Kalau begitu tutup lagi peti itu, kita pindahkan ke sisi lain!" Kembali perintah dari pengawas tersebut.
Seperti tadi para pekerja tidak ada yang membantahnya, mereka langsung menggali tanah dan mengubur peti mati tersebut.
Para pekerja itu sama sekali tidak mengingat mengenai peti mati itu, mereka kemudian melanjutkan pekerjaan yang mereka lakukan.
********
Besok pagi hari yang cerah sekelompok pekerja konstruksi yang mengerjakan proyek di tengah kota Palembang kembali bersiap bekerja.
Namun orang-orang yang bersiap bekerja itu menghentikan pekerjaannya karena mereka melihat salah satu pintu barak teman mereka tidak terbuka.
"Dasar pemalas, jam segini belum bangun kita dobrak saja pintunya!," Rutuk salah satu pekerja berkata.
Perkataan dari pekerja itu langsung diaminkan kawan-kawannya yang lain jadilah mereka semua beramai-ramai mendobrak pintu kamar barak itu.
Namun begitu pintu di buka semua orang yang mendobrak pintu menjadi bergidik ngeri.
Sebab di dalam kamar itu enam orang kawan mereka telah tidak bernapas lagi, namun terjadi keanehan pada mayat mereka yakni semua mayat itu kering kerontang.
Tidak ada sedikitpun cairan yang tersisa pada mayat-mayat itu seakan-akan ada yang menghisapnya.
Terjadi kehebohan pada tempat konstruksi itu karena para pekerja menjadi takut untuk meneruskan pekerjaan yang selama ini mereka lakukan.
"Jangan-jangan mereka menjadi tumbal buat perusahaan tempat kita bekerja ini," Salah satu pekerja mengambil asumsi.
Mendengar perkataan pekerja itu tidak ada yang berkata mereka terdiam dengan perasaan ketakutan.
Semua pekerja menjadi ketakutan mendengar kata tumbal yang di lontarkan kawannya.
*******
Gerimis yang menerpa Palembang tidak menyurutkan keinginan orang-orang untuk keluar rumah.
Silih berganti mobil yang melewati jalanan menunjukkan kalau orang-orang itu masih sibuk di luaran.
Amor yang keluar bersama Alena malam itu sedang duduk menikmati minuman di sebuah cafe.
Mereka menikmati malam penuh gerimis di kota Palembang dengan gelas kopi panas tersaji di depan mereka.
Saat mereka sedang bercengkrama tiba-tiba hanphone Amor berbunyi, terlihat nama Riki muncul di layar HP Amor.
"Ada apa rik?" Tanya Amor ketika mengangkat HPnya.
"kalian ada dimana?" Tanya Riki.
"Kami sedang di cafe gening, memang ada apa?" Tanya Amor lagi.
"Kalau bisa aku mau minta kalian berdua ke kilometer dua belas, ada kejadian aneh di sini," Jawab Riki dari seberang.
"Kejadian aneh, memang ada apa?" Tanya Amor.
"Kalian kesini saja dahulu," Jawab Riki.
Amor menatap Alena yang duduk di hadapannya sambil memainkan gelas kopi yang ada di meja.
"Kita menuju ke kilometer dua belas, Riki tadi telpon di sana ada kejadian aneh," Amor berkata kepada Alena.
"Kejadian aneh seperti apa?" Tanya Alena penasaran.
"Aku juga belum tahu, kita kesana sekarang aku merasa ini berkenaan dengan hal-hal gaib," Jawab Amor.
Alena menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Amor, sudah pasti itu berkenaan dengan hal gaib.
Bisa jadi Riki sedang menelusuri bahan untuk tulisan yang sedang dia buat, makanya dia bersentuhan dengan hal gaib.
Mobil yang di kendarai Amor bersama Alena memasuki kawasan kilometer dua belas, Amor yang mengendarai mobil memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang ramai orang berkerumun.
Begitu turun Alena langsung berlari menuju pintu rumah itu, tepat di saat Riki keluar dari dalam rumah.
"Ada kejadian apa rik?" Tanya Alena kepada Riki.
"Ada kejadian aneh di sini, polisi menemukan mayat seorang pria di kontrakannya, namun manyat itu dalam kondisi kering seperti sudah mengalami kematian selama ratusan tahun", jelas Riki secara panjang lebar.
" Kalau begitu aku coba lihat dulu ke dalam," Jawab Alena yang langsung masuk kedalam rumah.
Begitu melihat mayat yang ada di dalam rumah, mata Alena menjadi terbelalak tubuhnya tersurut mundur tak percaya dengan apa yang dia lihat.
#####
Riki melihat badan Alena tersentak mundur segera menghampiri Alena."Ada apa?" tanya Riki penasaran.Alena menarik napas berulang kali untuk menenangkan gejolak yang merasuki hatinya."Aku yakin ini perbuatan dari makhluk yang berasal dari alam gaib, melihat dari bentuk jenazah ini hampir mirip dengan kematian yang pernah terjadi pada zaman dahulu yang di sebabkan oleh Iblis Kematian," jawab Alena."Iblis kematian, makhluk apa itu?" tanya Amor yang sudah berdiri di dekat mereka."Makhluk ini merupakan makhluk jahat, namun setahu yang aku ketahui kekuatannya sudah di segel oleh Dewa Keabadian sementara badannya sudah di masukkan ke dalam peti mati dan di kunci di sebuah tempat," jelas Alena kembali."Kalau kekuatannya sudah di segel kenapa sekarang bisa bangkit lagi?" tanya Riki yang juga bingung."Aku tidak tahu kenapa dia bisa bangkit la
"Bidadari Merah, makhluk itu sudah menyerap seluruh elemen alam semesta ini di samping itu juga dia menjadi lebih berbahaya karena membawa kemarahan dari masa lalu, untuk itu kebangkitannya sekarang akan sangat berbahaya," Jawab Dewa Keabadian dengan muka khawatir."Walaupun begitu aku yakin pasti ada cara untuk mengalahkannya?" Tanya Alena sembari menatap Dewa yang ada di depannya."Walaupun begitu ada satu rahasia yang terlupakan oleh Iblis Kematian, dia sudah menyerap unsur alam raya ini namun dia melupakan satu unsur untuk di serap yakni unsur besi, iblis itu akan mampu di hancurkan dengan memakai besi ladam kuda," Jawab Dewa Keabadian dengan mimik muka serius."Baiklah aku akan mencari ladam kuda untuk mengalahkannya, namun yang menjadi masalah untuk mencari keberadaan Iblis Kematian akan sangat sulit, apakah kamu mempunyai petunjuk untuk mencarinya?" Tanya Alena kembali."Ini merupakan satu hal yang sulit seba
Alena yang sedang tidur di kamarnya tersentak bangun begitu mendengar suara gedoran di pintu."Iya tunggu," Jawab Alena dengan malas dari dalam kamar.Begitu pintu kamar di buka dia melihat muka Amor sudah nongol di depan pintu dengan senyuman yang manis."Ada apa?" tanya Alena kepada Amor."Ada tamu yang datang bersama Riki dia minta bantuan karena dia merasa ada keanehan dari tubuhnya," Jawab Amor menjelaskan."Iya tunggu," jawab Alena Singkat.Alena yang baru bangun tidur berjalan ke ruang tamu di sana dia melihat tamu seorang laki-laki yang sudah duduk di sana dengan muka ketakutan.Di hadapan laki-laki itu ada Riki yang memang menemani lelaki itu untuk datang ketempat ini."Alena kenalkan ini Mahmud dia merupakan kawanku yang tinggal di Daerah Jakabaring, mau minta bantuan kepada kamu sebab dia mengalami beberapa teror di dalam keluarganya," Je
"Kemana perginya jin itu?" Tanya Mahmud masih dengan nada ketakutan."Jangan takut dia sudah aku kembalikan ke alamnya, sekarang kita harus ke rumah kamu untuk membantu anak kamu," Jawab Alena dengan santai."Baik-baik ayo kita pergi aku takut anakku sudah di bunuh oleh jin itu," Jawab Mahmud yang kelihatannya sudah tenang."Aku akan mandi dulu, tak usah terlalu khawatir karena dalam penglihatanku raja jin yang ada di dalam badan anak kamu baru selepas malam akan melaksanakan tugasnya karena dia menunggu perintah dari dukun yang mengirimnya," Jawab Alena sembari menatap Mahmud."Riki, aku sekalian mau mengajak kamu dan Amor untuk menemaniku," Alena berkata kepada Riki.Riki dan Amor hanya menganggukkan kepalanya saja mendengar perkataan dari Alena.*******Malam itu di rumah Ki Jintan dari sore su
Malam yang disertai gerimis jatuh menimpa Kota Palembang, Alena yang duduk di teras rumah memandang keluar rumah ke arah langit yang mencurahkan airnya.Di luar pagar rumah Alena melihat seorang wanita muda yang menggedor-gedor pagar rumah."Toollooonnggg... toollooonnggg!" teriak wanita itu memelas.Alena buru-buru mendatangi wanita yang berdiri di luar pagar dengan muka ketakutan, badan wanita itu gemetar seperti melihat hantu."Ada apa?" tanya Alena begitu melihat muka panik dari wanita itu."Tolong aku, aku sedang di kejar orang!" teriak wanita itu dengan muka memelas."Tenang dulu, mari masuk kita berbicara di dalam, kamu aman berada di sini," Alena berkata menenangkan wanita yang ketakutan itu."Siapa nama kamu?, sekarang kamu ceritakan apa yang kamu alami, kenapa kamu sangat takut seperti di kejar-kejar sesuatu yang menyeramkan?" A
"Yang kita hadapi sekarang merupakan kekuatan jahat yang di bangkitkan dari harapan manusia yang putus asa, aku melihat sebuah jenglot yang di jadikan manusia sebagai tempat meminta, mereka tak sadar kalau sebenarnya patung itu berisi kutukan, apapun yang mereka minta akan terjadi namun di barengi dengan kutukan kematian setelah si peminta merasakan jika permintaannya di kabulkan," Jelas Alena sambil menarik napas berat."Berarti ada kemungkinan ratusan korban selanjutnya yang ada di luar?" Kapten Polisi itu bertanya dengan nada panik."Bahkan lebih dari itu, sebelum terlambat kita harus menghancurkan patung itu, hanya Sinta yang bisa di jadikan petunjuk, sebab untuk saat ini dia satu-satunya saksi mata yang selamat," Jawab Alena lagi."Kalau begitu kita harus segera menanyainya sebelum semuanya menjadi terlambat," Kapten Polisi itu berkata tegas.Alena mengikutinya di bel
"Aku tidak pernah meminta para manusia untuk memohon kepadaku, namun mereka saja yang datang sendiri kepadaku supaya aku memberikan keinginan mereka, mereka semua pada dasarnya memahami resiko meminta kepadaku namun mereka tidak memperdulikan resiko tersebut, jadi selama keinginan dan ambisi masih mengalahkan akal sehat mereka aku pastikan akan banyak yang lain yang mengalami kematian dan akhirnya menjadi pajangan pada istanaku ini... hahaha," Jenglot itu menjawab dengan penuh sesumbar."Apapun alasan yang kamu katakan, aku perintahkan untuk menghentikan perbuatan yang kamu lakukan!" Bentak Alena lagi."Tidak akan aku hentikan!" Jenglot itu menjawab tak kalah sengit."Kalau begitu aku akan menggunakan cara lain untuk menghentikan perbuatan kamu!" Bentak Alena tak kalah sengit."Hahaha.... manusia kerdil kemampuan apa yang kamu punya untuk menghentikan aku!" Ejek Jenglot itu dengan sombongSebelum gema suara Jenglot itu hilang, dari t
Alena yang sedang mengendarai mobil bersama Amor tiba-tiba menghentikan mobilnya di tepi jalan.Tubuhnya spontan memandang langit sebab dia melihat sebuah titik hitam yang makin lama makin membesar melesat cepat menuju ke bumi.Setelah titik hitam itu hilang dari pandangan kemudian terdengar ledakan keras seolah-olah muncul dari delapan penjuru angin.Alena bersama Amor merasakan seperti telinga mereka tuli sebentar mendengar suara yang sangat keras itu.Cukup lama telinga mereka bergema akibat suara ledakan yang keras mengguncang Kota Palembang.Bumi seperti di landa gempa yang cukup keras, setelah suasana kembali tenang baru Alena keluar dari mobil dan memandang ke arah benda itu terjatuh."Suara apaan itu?" tanya Amor yang keluar mobil mendekati Alena."Entahlah aku merasa ada kekuatan yang sangat besar yang menuju ke bumi dan akan mem
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.