Bayu mencoba bersikap kepala dingin. Ia sadar bahwa teman-temannya makin berkurang. Lalu kalau itu yang terjadi maka pilihan – ketika ia tak mau mengubah sikap – hanya satu saja yaitu: ia perlu menyewa bodyguard alias pengawal alias tukang pukul.
Caranya, akan dipikirkan nanti.
Yang jelas uang bukanlah masalah. Kalau pun disebut masalah, itu hanya masalah yang amat kecil buat dirinya.
*
Dengan kecerdasan serta keluwesan BJ dalam bergaul, tidak butuh lama bagi dirinya untuk dengan cepat menguasai logat Jakarta. Di rumah yang berfungsi sebagai toko, setiap hari dijadikan momen untuk belajar. Saat membersihkan dan merapikan toko dimana ia banyak berinteraksi dengan pegawai toko Abah adalah salah satu momen itu. Sikap ini juga terlihat ketika ia dengan ramah melayani pelanggan maupun mitra kerja Abah.
Keluwesan bergaul ini membuat BJ jadi banyak tahu hal lain dan menjadi a good boy. Pemikirannya jadi jauh lebih terbuka dan adaptif terhadap perubahan zaman. Ia jadi banyak punya teman. Teman-teman BJ itu bertambah banyak dengan sangat cepat karena ia tidak membeda-bedakan orang, termasuk dengan para sopir yang mensuplai macam-macam barang. Dan mereka pun tidak segan mengajar BJ cara mengemudikan truk.
Sesuatu hal yang takkan pernah BJ sesali karena akan berdampak di suatu hari nanti.
*
Seolah sudah kodrat, di tiap sekolah pasti ada siswa yang jadi preman alias begundal yang suka mengacau banyak orang. Saipul dan Apip adalah sosok seperti itu. Di meja kantin, keduanya baru saja selesai menyantap makan siang. Dari sisa makanan di piring masing-masing bisa terlihat bahwa mereka makan dengan banyak sekali variasi menu.
Di depan mereka, duduk seseorang. Siswa kelas lain. Ia duduk mematung dengan kepala sedikit menunduk. Terlihat bahwa ia tidak nyaman berada di depan kedua orang tadi. Sikapnya dinilai pecundang oleh mereka berdua.
“Lu nanti bayarin semua makanan ini, ngerti?”
Orang itu mengangguk ragu.
“Minumannya juga.”
Ia diam.
“Kenapa diem? Takut sama gue?”
Siswa itu tak bereaksi. Namun tetap saja kesan takut begitu nyata. Wajahnya pucat serta nampak sedikit ketakutan.
“Bagi rokok dong.”
Pertanyaan Apip ditujukan pada Saipul. Ketika Saipul menggeleng, spontan ia berteriak pada pemilik kantin untuk membeli rokok. Tentu saja barang itu tak tersedia.
“Bego lu. Ini sekolah, mana mungkin jual rokok.”
“Itulah. Sekolah ini katro.”
Apip menyeruput es jeruk sebelum berkata lagi pada siswa tadi. “Lu ngerokok?”
Siswa itu menggeleng. Bel sekolah berbunyi.
“Ya udah. Yuk kita masuk kelas, Pul. Soal makanan ini biar si belegug ini yang bayarin,” dengan dagunya Apip menunjuk siswa di depan yang rupanya tengah mengalami pemerasan.
“Masuk kelas?” Saipul bertanya dengan nada meledek. “Sejak kapan lu doyan pelajaran Bahasa Indonesia?”
“Terus, lu mau nongkrong di sini terus?”
Benar juga. Saipul lantas bangkit dari bangku untuk mengikuti Apip yang sudah keluar terlebih dulu. Mereka pergi begitu saja. Meninggalkan pemilik kantin yang kesal karena ulah mereka dan sedih karena melihat korban mereka, siswa tadi, yang terlihat tidak berdaya akibat dikerjain Apip dan Saipul.
*
Indonesia geger. Kementerian Kesehatan akhirnya mengumumkan kabar kurang enak. Covid-19 udah resmi masuk ke Indonesia. Warga negara Indonesia yang terpapar virus alias sudah dinyatakan positif benar-benar ada dan langsung mendapat perawatan. Berita ini menyebar dengan cepat ke seluruh provinsi di Indonesia. Ada yang percaya, ada juga yang nggak percaya. Ada yang menanggapi serius, ada yang nanggapin dengan cara guyon seolah-olah segala sesuatu pantas dijadiin bahan tertawaan.
Sama halnya seperti di China, wacana untuk melakukan lockdown mulai digulirkan. Waktu pelaksanaan akan ditentuin belakangan. Melihat lockdown super ketat yang membuat warga sengsara, orang-orang jadi bingung. Apakah nantinya di Indonesia akan melakukan langkah yang sama. Kalau ya, alangkah sengsara rakyatnya karena dengan berkaca kasus lockdown di China, itu akan menimbulkan dampak sampingan yang tidak kecil alias serius.
“Barusan ada kabar resmi dari presiden kalo virus corona udah resmi masuk Indonesia.“ Ucapan itu disampaikan BJ saat kumpul dengan rekan-rekannya, Charlie dan Happy.
“Haaahhh?“ Charlie terkejut.
“Waduh,” Happy ikut terkejut sebelum kemudian bertanya. “Emang apa sih itu?”
BJ mencoba menjawab pertanyaan tadi dengan sabar. “Corona muncul di Depok.”
“Emang asalnya dari Depok?”
“Dari Cina.”
“Cina Depok?”
“Corona itu dari Cina.”
“Tadi katanya dari Depok?”
“Maksudnya, dari Cina terus akhirnya masuk ke Depok.”
“Naik mobil Corona?”
Sementara BJ mencoba tenang, Charlie sudah langsung kehilangan kesabaran. Dia jadi tidak ingin ada Happy di sana.
“Happy, gue titip duit ke lu. Nih, tolong beliin permen sebungkus di Alfamart,” Charlie menyerahkan selembar dua puluh ribuan. “Kembaliannya buat lu.”
Selepas menerima lembaran uang, Happy dengan ceria dan semangat meninggalkan rekan-rekannya. Bayangan uang tip delapan hingga sepuluh ribu rupiah menari-nari di benaknya.
“Sampe di mana kita tadi?”
“Corona udah masuk di Depok.”
“Berkaca dari pengalaman negara Cina dan lainnya, berarti nggak lama lagi di Jabodetabek sini juga bakal ada lockdown. Begitu diterapin, repot dah kita.”
Dalam kagetnya, Charlie membetulkan kacamata yang melorot ke ujung hidung. “Iya juga. Gue nggak kepikiran sampe sejauh itu.”
Ucapan Charlie belum lama selesai ketika Happy mendadak muncul lagi di tengah mereka berdua.
“Sori ada yang lupa gue tanyain,” katanya sedikit terengah. “Alfarmart-nya yang di sini atau yang di Depok?”
*
Jauh dari situ, Lichelle ‘bete’. Ia kurang suka melihat postingan Facebook miliknya. Di laman FB itu, seorang pria, teman sekolahnya yang cukup dekat, sibuk memamerkan diri. Belasan foto multishot dengan wajah closeup dirinya dipajang di sana. Bagi Lichelle itu sepertinya pertanda kejiwaan. Ada spirit narsis, tidak percaya diri dan butuh pengakuan dari orang banyak akan keberadaan dirinya. Ketika bermain dengan medsos, hampir selalu ia menemukan wajah orang itu di sana. Termasuk juga ketika ia memajang sebagian kekayaan yang dimiliki berupa supercar, motor gede, gadget, lokasi wisata, serta restoran yang dikunjungi. Ada sifat pamer di situ dan Lichelle kurang suka. Ia sebal. Saat ia hendak berganti laman, ia melihat ada sebuah notifikasi bahwa seseorang melakukan postingan. Karena yang melakukan adalah ayahnya
Tawa Charlie sebetulnya terasa ‘garing’ alias kurang lucu bagi Dedot. Di kalimat terakhir malah tidak ada lucu-lucunya sama sekali. Agak heran juga Dedot. Apa yang membuat Charlie mudah sekali tertawa-tawa? “Lu dari tadi ketawa melulu, Lie. Nggak salah minum obat nih? Tau nggak, terus-terusan ketawa itu nggak bagus.” “Bisa dicap gila?”“Bukan cuma itu. Gue jadi keingetan nasib tetangga gue, namanya Engkong Ni’ih. Engkong ini sebetulnya lumayan kaya. Tapi dia jadi miskin gara-gara keseringan ketawa.” Dedot menyeruput lagi minumannya. “Keseringan ketawa ternyata bisa bawa musibah.”“Bo’ong ah. Dasar ilmiahnya di mana?”“Engkong itu murah senyum dan malahan gampang
“Siapa?““Nama aslinya sih Wendi, si Joker. Kalo yang cewek itu, Cat Woman, namanya Wenni.“Akibat terlalu fokus, kedua orang yang dijuluki sebagai penjahat musuh Batman itu tidak menyadari keberadaannya. BJ masih diam. Hendak menyaksikan ulah apa yang hendak mereka lakukan. Salah seorang kini berjongkok dan yang kedua dengan santainya berdiri di atas punggung orang pertama. Tangan orang kedua menjulurkan tas ke sebuah dahan pohon mangga yang kebetulan sedikit menjorok ke koridor dekat kelas.Paham sekarang bahwa tasnya hendak disembunyikan dengan cara digantung di dahan pohon, BJ tiba-tiba mendehem keras. Sontak keduanya menoleh dan langsung tersipu ketika melihat siapa yang tadi mendehem. Tapi walau sudah tertangkap basah sedang mengusili, tak seorang pun yang berniat membatalkan misi usil tersebut. Joker, yang ada di bawah, tersipu tapi tetap berjongkok. Yang di atas – gadis berjulukan Cat Woman &ndash
Saat ditegur seperti itu kemarahan Bayu muncul. Ia balik mendamprat orang-orang yang tadi menegur. Situas tentu saja menjad ramai. Kasir d konter memberi isyarat agar petugas keamanan mendamaikan. Begitu petugas itu datang ke lokasi konter, situasi sudah lebih panas karena Bayu tidak terima ditegur seperti itu. Tak ayal hal ini membuat orang-orang yang antri tadi jadi tak tahan untuk tidak mengumpat. Bayu semakin marah dan akibatnya perang mulut pun tak terhindarkan. Dalam suatu kesempatan ia menghina tetangga yang tadi disalip. “Jadi orang kaya jangan sombong.“ “Kalo aku sombong emang kenapa? Itu hak aku kalo nyombongin diri bahwa aku kaya. Kenapa jadi kamu yang repot? Bilang aja kamu sirik nggak bokap tajir melintir seperti aku.“&n
“Iya.”BJ menoleh ke kanan-kiri sebelum berbisik. “Ini buat… Ariel? Cewek lu?”“Dasar dodol! Ariel itu bokapnya gue!”“Masa’ panggil bokap cuma nama langsung?”“Yah, bokap gue bertahun-tahun maunya dipanggil begitu. Suka-suka dia dong,” jawab Charlie tandas.“O.”Mata Charlie kini terpicing dan menatap BJ dengan galak. “Emang sebelumnya waktu lu pikir Ariel itu cewek gue, alat cukur itu buat cukur apaan?”“Bulu jem…. uhukkk…” BJ terbatuk lagi.“Jangan pura-pura batuk. Hayo mau omong bulu apa lu!”“Bulu jem-ari.”“O, kirain. Hehe…”“Kirain apa?”“Kirain lu mau ngomong bulu jem-pol.”* Kepala sekolah bikin rapat darurat. A
Sebagai asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja, Mbak Wati kenal baik tabiat Lichelle. Sekilas, bagi yang kurang mengenalnya, Lichelle itu dianggap sombong, angkuh, pemarah. Ia menjaga jarak dengan banyak orang dan banyak pula yang ketika berbuat baik padanya akan ditanggapi dengan penuh kecurigaan. Lichelle terkadang pantas dikasihani. Itu menurutnya. Alasannya, sifat pemarah, angkuh, dan dingin dalam dirinya bukannya tanpa sebab. Ayahnya begitu sibuk berbisnis sehingga jarang pulang ke rumah untuk bercengkerama dengan isteri dan anaknya. Situasi makin diperparah karena kecurigaan bahwa Papa, sang ayah, sepertinya memiliki wanita lain. Itu tuduhan yang mengada-ada sebetulnya tapi sudah ‘sukses’ menjadikan puteri mereka menjadi gadis pemarah.
“Nonton di Youtube malah jadi bingung. Resepnya banyak banget. Lichelle jadi nggak tau mau ikut yang mana.““Kamu bikin buat apa?““Iseng aja. Tapi yang ini pasti enak koq,“ ia meyakinkan. “Pasti yummy karena Lichelle udah cicipin adonannya.““Ngomong-ngomong soal adonan. Sebelumnya Mbak tau kamu udah bikin adonan. Berarti ini kamu bikin adonan baru kan? Hayo ngaku. Terus adonan lama mana?“Malu-malu, Lichelle menjawab. “Dibuang.““Nggak enak?““Ya iyalah. Kalo enak masa‘ dibuang.““Yang bikin gak enak apa?““Lichelle salah ambil tepung. Salah comot. Nyebelin. Bener-bener nyebelin banget deh. Idih...““Koq ngedumel. Gimana ceritanya bisa salah comot?““Di dekat dapur ada plastik kiloan isinya bubuk putih. Lichelle pikir itu tepung terigu. Eh, ternyata bukan. Hhhhh, ngejeng
Kasihan mereka yang dari golongan ekonomi lemah karena ketika hendak membeli untuk kebutuhan sehari-hari barang menjadi langka. Dan hukum ekonomi pasar pun terjadi. Rakyat kecil tercekik karena kelangkaan barang berarti membuat harga makin terkerek naik. Di kota Jakarta, kasus warga yang terkena virus atau istilah ilmiahnya ‘positivity rate’ semakin bertambah. Beberapa negara sudah ancang-ancang untuk menutup pintu perbatasan dengan Indonesia. Indonesia memang tidak menjadi kacau. Fundamental ekonomi yang kuat membuat negara tetap bertahan. Namun seperti biasa dimana dalam keadaan kurang mengenakan selalu saja muncul kaum oportunis. Pihak-pihak yang memanfaatkan keadaan seperti itu untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Di bidang politik pun seperti itu. &n