Bak mendengar alarm kebakaran, buru-buru BJ, Happy dan Charlie berlari ke luar gedung. Di antara tempat parkir dan taman mereka melihat Dedot didamprat si pemilik studio. Ketiganya merubungi Dedot untuk mengetahui apa yang terjadi. Melihat itu si pemilik studio langsung menanyai Happy.
“O jadi ternyata kalian temennya orang ini?”
Happy sebetulnya tidak mau mengaku. Tapi percuma karena BJ dan Charlie sudah terburu mengiyakan.
“Kalo gitu kalian nggak usah latihan di sini! Pergi! Cari aja tempat lain!"
"Lho?" Charlie, BJ dan Happy terperanjat. Dedot hanya menunduk.
"Tadi kan bapak setu
Mendengar kata-kata penyemangat BJ malah sebal mendengarnya. Kalimat itu adalah ucapan penguatan yang BJ sampaikan sendiri sewaktu mereka masih di halte. Artinya, Happy sebetulnya sedang menyindir dirinya! “Sialan. Lu nyindir?“ BJ tertantang dan berdiri di bagian depan sehingga posisinya kini bisa terlihat hampir semua orang di dalam kabin bis. “Gue buktiin sekarang juga.““Buktiin apa?““Di depan semua orang yang ada, gue mau buktiin kejantanan gue.““Jangaaaan!“ Happy keceplosan berbicara keras. Saat tersadar ia kembali menurunkan volume suara. “Lu buktiin keberanian aja.““Emang itu maksud gue. Lu kira apaan?““Ups.“BJ seka
Sewaktu ulang tahun ketujuhbelasnya hampir setahun lalu, ayahnya Charlie menghadiahi anaknya dengan mobil mereka, Si Doyok. Mulanya Charlie senang tapi lama-kelamaan ia tahu bahwa pemberian itu hanya modus agar Charlie bisa dimintai tolong antar dan jemput barang.Tapi tak apa, Charlie enjoy saja. Bagi dia tetap lebih banyak manfaat mengendarai mobil sendiri daripada kemana-mana naik motor, angkot, atau taksi daring. Ia tak peduli dengan penampilan. Manfaat, itu jauh lebih penting. Masalah penyok di depan kap mobil itu nomor dua.Dan keputusan itu ternyata bijak. Di saat kondisi sekarang dimana sebagai Tim CD ia harus kreatif mencari tambahan dana, Si Doyok pun dioptimalkan. Pengertian dioptimalkan pun tentu dilakukan dalam batasan tertentu karena mobil itu harus diperlakukan hati-hati. Selama berbulan-bulan mengemudikannya, Charlie jadi tahu sendiri beberapa pantangan yang harus diperhatikan. Ketika melewati jalan berlubang, bergel
“Namanya juga pengalaman pertama. Dimaklumin dong.”“Sekarang kita cari bis buat pulang tapi sekalian ngamen. Itu akan jadi ngamen terakhir hari ini.”BJ sepakat. Baru saja duduk di bangku halte terlihat tiga bis Mayasari berwarna hijau secara sekaligus mendekat ke halte. Dua di antaranya adalah bis yang bisa mereka tumpangi untuk pulang.“Itu bisnya dateng.”“Tapi bisnya penuh semua,” Happy bangun dari bangkunya. “Gue masuk lewat pintu belakang, lu lewat pintu depan. Cepat buruan masuk!”Tanpa menunggu aba-aba lagi BJ langsung lari ke bagian depan bis sedangkan Happy ke bagian belakang. Langkah mereka sempat terhalang akibat banyak juga orang yang turun dan naik bersamaan. Tapi berhubung BJ cukup gesit, bisa juga dia menyelinap ke dalam bis.“Selamat siang para penumpang bis yang kami hormati,” BJ langsung memulai dengan kalimat pembukaan saat sudah berdiri di bagian de
“Cari waktu dan studio untuk latihan yang baik. Jangan sampe terlalu mengganggu kegiatan sekolah. Kalo pas mau latihan pikir baik-baik kapan hari dan jamnya.” BJ kembali menanggapi dengan ‘ya’ kecil. “Tau nggak, gue dapet info nama channel lu di Youtube. Kereeen. Jadi kebuka deh semua,” Lichelle berceloteh dengan semangat. “Kapan-kapan lu gue mau kenalin sama oom gue. Dia pemegang saham hotel. Siapa tau lu bisa tampil di live music di sana.” Lagi-lagi BJ hanya menanggapi dengan satu kata. Merasa ada yang berbeda, Lichelle bertanya. “Lu keliatan gak semangat, J. Sakit?” “Nggak. Eh, iya.” “Tau nggak. Happy tadi itu bilang terima kasih karena bue bersedia jadi vokalis. OMG, muka BJ mendadak pucat. “Jadi begitulah, J. Here I am… gue terima soal tawaran kalian.” BJ shocked. “Aku juga udah cerita join-nya aku ini ke Mama, Papa, sama beberapa teman lain” BJ speechles
Sadar bahwa puteranya telah beranjak makin dewasa, Emak sadar ia perlu berkata sejujurnya. “Kamu benar. Kita emang lagi super hemat.”“Apa ini akibat surat kontrak yang robek?”Emak memang kemarin akhirnya menceritakan kasus itu kepada dirinya. Kasus yang membuat ketakutan BJ menjadi kenyataan. Bahwa mereka sekeluarga kini terancam mengalami kesulitan ekonomi untuk beberapa bulan ke depan.“Tadi ada kabar. Entah ini baik atau buruk. Surat kontrak untuk usaha Abah mau diperbarui sama yang beli.”“Bagus dong. Kenapa Emak bilang bisa baik bisa buruk? Buruknya di mana?”“Si pembeli minta agar Abah kirim kayu lagi.”“Berapa truk?”“Siko.”“Satu? Satu apa? Satu truk engkel?”“Iya.”“Kalo hanya satu truk engkel, apakah Abah punya dana cukup?”“Cukup. Pas. Tapi kalo itu dilaku
“Kita kan masih Kelas 11. Masih ada waktu setahun buat persiapan diri.”“Itu sih gue juga tua. Tapi gue ngarep banget setamat dari sini bisa ngelanjutin ke sana biarpun gue sadar peluangnya tipis atau mungkin nggak ada.”“Dedot, kenapa jadi apatis?”“Gue punya kelemahan yang pasti bikin gue ditolak kalo ngotot masuk TNI,” jawab Dedot dengan nada memelas.“Kelemahan apa?”“Gue suka ngigo.”Happy merasa tidak sependapat. Bagaimana mungkin seorang calon taruna ditolak masuk TNI hanya karena ia suka mengigau. “Lebay. Gimana ceritanya tuh?”“Gue mikirnya begini. Kalo umpama gue sama temen sekompi dikirim ke tengah hutan untuk misi pengintaian pasti kacau hasilnya. Giliran gue piket jaga sih gapapa. Tapi kalo giliran gue tidur pasti ketauan musuh waktu gue ngigo.”“Iya juga ya. Elo bisa mati bukan karena musuh tapi akib
Charlie masih protes tapi Happy dan Dedot betul-betul tegas dengan tidak mengizinkan Charlie pergi. Setelah dirasa tenang BJ kemudian menceritakan inti pertemuan diadakan. Diawali dengan permintaan maaf sedalam-dalamnya, BJ kemudian bercerita. Mengaku salah, tepatnya, karena telah melakukan dosa yaitu tanpa sepengetahun rekan lain telah dengan sengaja menolak keinginan Lichelle untuk menjadi vokalis. BJ dalam hal ini sadar bahwa ia belum bisa membukakan alasan blackmail yang dilakukan Bayu terhadap dirinya. Alasannya, jika ia membuka hal itu akan merembet ke terbongkarnya dosa BJ di masa lalu terhadap Abah.Dampaknya, pengakuan dosa itu membuat ketiga rekannya tercengang.“Astaga J, koq bisa sih lu bikin begitu sama Lichelle?”“Lichelle itu vokalis paling sempurna dari segala sudut pandangan kita semua.”“Lu nolak Lichelle sama aja satu kebodohan luar biasa.”“Lu ngambil keputusan sep
“BJ hanya nggak ingin Abah dapat kesulitan lagi.”Mata Abah berkaca-kaca. “Abah bangga sama kamu. Abah tau kamu anak yang sangat berbakti. Tapi tindakan kamu tadi sudah keterlaluan bahayanya. Kamu pertaruhkan nyawa. Abah ndak akan memaafkan diri sendiri kalo terjadi apa-apa sama kamu. Buat Abah, kamu jauh lebih berharga dari mobil apapun.”BJ menanggapi dengan anggukan. Abah kemudian mengajak puteranya untuk masuk ke dalam toko merangkap rumah mereka. Melihat begitu sayangnya Abah, sebersit pikiran melintas di benak BJ. Ia merasa ini waktu yang sangat tepat untuk mengutarkan sesuatu yang selama ini kerap mengusik hatinya.“Abah,” panggil BJ ketika mereka baru berjalan beberapa langkah. “Boleh minta waktu sebentar?”“Soal truk?”BJ menggeleng. “BJ ingin kita ngobrol… sebagai orangtua dan anak”Firasat kebapakan Abah s
“Lagu kamu udah selesai, Je?” “Ssshhhh,” BJ meminta Lichelle diam dan menikmati saja lagu riang, menghentak, yang memang diciptakan BJ untuk gadis itu. Purnama, tahukah dirimu. Mentari, sadarkah engkau. Ada api cinta yang membara tiap hari Ku ingin kalian tahu Lichelle terperangah. Hasil akhir ini dibuat lebih indah dari sebelumnya karena penuh dengan improvisasi. Dengar curhatku wahai alam Bantulah aku wahai semesta Karena mabuk aku dalam romansa Beriku kekuatan saat ku ekspresikan cinta Lichelle menggenggam telapak tangan BJ yang berada di tuas kopling. Sebuah remasan lembut dilakukan BJ menanggapi sentuhan tadi persis ketika musik memasuki reffrain. Dalam serenada cinta kulantun lagu ini Because everytime I see you I fall in love all over again Tapaki waktu bersamamu itu rinduku Dalam serenada cinta kulantun tembang ini Together with you, Lichelle Is my favorite place to be Gapai masa depan bersamamu itu rinduku Lagu itu hanya berdurasi tiga menit lebih sekian de
Tidak ada pekerjaan untuk nyambi yang bisa menghasilkan uang yang sebelumnya mereka bisa dapatkan dari Bayu membuat Saipul dan Apip cekak. Tidak punya uang sama sekali. Ini menyengsarakan buat mereka yang sudah mulai boros dan orangtua mereka pun bukan orang berada. “Lu ada rokok? Mulut gue asem nih,” kata Apip sambil menadah tangan pada Saipul. “Dasar mental gretong lu. Gue ada tapi itu buat akika sendiri, tauk!” “Masa’ gak ada sebatang lagi?” “Cacamarica aja sendiri.” “Tadi gue liat di kantong lu ada tiga batang Surya.” “Surya? Itu rokok maharani, akika gak sanggup beli.” “Nggak lah, masa’ Surya kemahalan.” “Ember. Lagi susah begindang, beli Surya. Gilingan banget dah.” Apip menggaruk kening. “Nasib oh nasib. Kenapa kita jadi cekak begini ya?” “Akika ada sih duit goceng. Belalang aja dua batang gih.” “Beli dua batang? Hhh malu-maluin.” “Capcus. Mau
Seperti biasa BJ memesankan makanan untuk dibungkus. Tapi Adhul menolak. Sepertinya ia sungkan karena BJ terus-terusan berbaik hati padanya. Dari saku celananya ia mengeluarkan ponsel candybar sederhana miliknya dan menunjukkan pada BJ. “Adhul gak usah dibeliin kak. Tadi pak Rokib, tetangga, nelpon minta Adhul cepetan pulang ke rumah sebelum maghrib.” “Maghribnya kan masih lama. Udah gak apa-apa biar kakak pesanin mie buat kamu.” Adhul terlihat malu sebelum kemudian mengangguk. “Mau yang goreng atau kuah?” “Yang kuah.” “Pake sambel?” “Iya tapi dikit aja.” Belum lagi kalimat itu usai, terdengar dering feedback dari panggung yang berada tak jauh dari lokasi mereka berada. Sepertinya manajeman pusat grosir sedang menyiapkan sebuah acara yang akan digelar beberapa jam lagi. Standing mike sudah terpasang beberapa unit berikut ampli dan terminalnya. Testing audio menyebabkan dengin
Lichelle memegangi pipi BJ. “And I trust you.” Petir menyambar, disusul gemuruh membahana. Hujan menderas. Sangat deras. Air dari langit tercurah begitu dahsyat, membentuk rinai air yang pekat dan tebal. Seolah menutup pemandangan yang terjadi di teras, antara dua sosok remaja ketika bibir keduanya bertautan. * Urusan melayani seorang pembeli yang membeli kayu reng sudah selesai dilakukan BJ. Ia baru mau menyerahkan Minel yang sejak tadi digendong ke Emak ketika Lichelle mendadak muncul di depannya. “Ada apa?” Pertanyaan BJ tak segera dijawab. Dengan gemas Lichelle menggendong Minel. Seorang bocah berumur tiga tahun sebetulnya bobotnya sudah agak berat dan berpotensi bikin pegal. Tapi postur Minel yang mungil membuat ia masih bisa dengan gampang digendong oleh Lichelle. Melihat Lichelle yang pandai dan luwes menggendong, seketika ingatan BJ teringat pada perist
Bagi Abah, kehilangan pekerjaan sebagai interpreter memang agak disayangkan. Tapi keutuhan rumah tangganya adalah di atas segalanya. Pandangan itu diaminkan Emak. Kesulitan sehari cukuplah untuk sehari. Ke depannya tantangan akan seperti apa pasti mereka berdua bisa atasi ketika keduanya saling sepakat, saling tolong, dan saling mendukung. Hanya memang ada satu masalah kecil. Keciiiiiil sekali. Biasanya Abah bangun pagi. Tapi tidak kali ini. Emak sudah berusaha bangunkan suaminya. Sekali, dua kali, dan baru di usaha ketiga Abah baru terbangun. Ia sempat membuka mata, mengobrol sebentar dengan isterinya. Hanya saja ketika Emak ‘lengah’ dan melakukan hal lain, Abah berbaring lagi. Mendengkur malah. “Lho kenapa tidur lagi?” Emak mengomel sembari membangunkan Abah. Bukanya menjawab, Abah malah mengambil bantal guling, memeluknya dan melanjutkan tidur. “Hey, bangun.” “Masih ngantuk
“Enak kan?” “Inhi enhak karhena akhu lhapar....” Lichelle tidak mau mengalah. Ia berucap dengan mulut penuh terisi makanan. “Ini adalah gado-gado terenak se-Jakarta. Kamu pergi kemana pun nggak ada gado-gado seenak ini. Bumbu kacangnya lembut dan ada aroma jeruk nipis. Wuih mantap,” BJ lantas menyuap sesendok untuk mulutnya sendiri. Tak lama ia mengambil secarik tisyu dari box-nya di atas meja dan menyapu mulut Lichelle yang terkena noda bumbu kacang. “Aku maunya ini terakhir ya kita makan di tempat kaya gini soalnya...” “Aaaaaa....” Ucapan Lichelle lagi-lagi tak terselesaikan ketika BJ menyuap satu sendok lagi. Makanan pesanan Lichelle kini datang. Sepiring kwetiau goreng dengan taburan bawang goreng yang menawan. Melihat bentuknya yang menggairahkan Lichelle tergoda untuk segera menikmati. Makanan itu sebetulnya dipesankan oleh BJ untuknya. Dan Lichelle harus mengaku
“Terima kasih,” kata Abah lirih setelah mereka melepas pelukan. “Malam ini, Abah jangan disuruh tidur di sofa ya? Sofa tua itu udah makin nggak enak. Pakunya mulai nusuk-nusuk pantat Abah kalo lagi tidur.” Emak tak tahu mau menangis atau tertawa atau kasihan mendengar ucapan jujur suaminya. Satu hal yang pasti, malam ini bisa jadi malam yang sama indahnya dengan honeymoon mereka dulu. * Dibantu temannya yaitu Charlie, Happy mulai mewujudkan pengembangan bisnisnya. Mumpung banyak waktu di rumah, sudah beberapa hari ini di dekat tempat tambal ban milik ayahnya ia juga membuka usaha tambahan yaitu penjualan mie instan berikut layanan memasak, menyediakan aneka kopi lengkap beserta air panas, serta menjual telur, dan biskuit. Semua untuk orang-orang yang menunggui ketika ban mobil mereka ditambal. Charlie juga datang dan menawarkan masker untuk dijual di sana dengan potongan harga.
“Bijeeee, cute banget sih lo.”Dalam gemas dan sayang Lichelle mencubit manja pinggang BJ.Makna hidup. Dua kata yang terakhir tadi diucapkan BJ teringat lagi. Bagi Lichelle, BJ tidak perlu berpepatah-petitih. Contoh kecil yang baru saja ditunjukkan dengan membantu seorang kakek menyeberang sudah memberikan sejuta makna. Itulah makna hidup dan BJ sedang menanamkan nilai itu kepadanya.*Abah tidak macam-macam. Abah tetap menjadi suami setia sebagaimana ia sudah terangkan pada BJ. Itu seharusnya disampaikan BJ kepada Emak. Atau Abah sendiri yang sampaikan. Tapi kesalahpahaman membuat baik Abah maupun BJ berasumsi. Abah merasa BJ sudah menyampaikan pada Emak, sebaliknya BJ merasa bahwa Abah pastinya sudah menyampaikan pada Emak. Akibatnya, Emak masih tetap dalam marahnya. Terlebih semalam ia memang tidak pulang ke rumah karena berkaitan dengan tugasnya sebagai interpreter yang
Kebutuhan uang memang masih besar. Namun bagi Abah, keutuhan keluarga adalah di atas segalanya. Permasalahan sikap Winda adalah perkara penting yang perlu ditangani segera. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan sikap Winda. Yang salah adalah bahwa ia melakukannya di waktu dan orang yang tidak tepat. Atas dasar itulah dengan berat hati pada siang itu Hendri menyempatkan diri menemui Haryono di kantornya. “Sepertinya aku gak bisa melanjutkan tugas. Aku nggak bisa lagi jadi interpreter.” Itu adalah inti pesannya. Sebuah pesan yang tentu saja membuat Haryono terkaget dan sempat menduga bahwa Hendri kurang puas dengan kesepakatan gaji. Ada waku bermenit-menit yang ia tanyakan dan semua dijawab secara lugas dan tuntas oleh Abah. Ada juga waktu satu jam sendiri ketika mereka saling bersilang pendapat. Sekali lagi, sebuah keputusan acapkali dihasilkan dengan tanpa membahagiakan seluruh pihak. Haryono mencoba memahami kega