Mengenai hubungan BJ dengan Lichelle, sepertinya tidak terlalu sulit menebak akhirnya. Jadian-nya mereka langsung diketahui banyak orang. Restu dari orangtua Lichelle sudah didapat bahkan sebelum mereka manggung. Restu paling besar datang dari Haryono yang begitu bersyukur karena kehadiran BJ yang – secara langsung atau tidak langsung – mengubah perilakunya untuk menjadi Papa yang lebih mengasihi puterinya yang selama ini beberapa kali ia sakiti.
Belakangan, momen ini juga jadi jalan mendekatkan hubungan mereka dengan orangtua BJ, khususnya Abah. Menurut BJ, Abah masih merasa tidak enak karena menolak pekerjaan sebagai interpreter di tempat kerja Haryono. Namun tentu saja hal ini bisa diterima dan tidak lagi dianggap sebagai kendala oleh Haryono.
Di hari H plus satu pertunjukan di panggung nan heboh, segalanya nampak berjalan sempurna bagi BJ. Gadis secantik Lichelle sudah resmi menjadi miliknya dan gadis itu sudah jelas-j
Ia menduduki rokok yang masih membara! Apip tidak berani bangkit dari duduknya karena pak Mintarja sudah keburu muncul. Kalau ia bangun, sudah pasti sang wali kelas akan memergoki dan ia harus siap dengan sanksi hukuman beliau. Terpaksa, walau mulai terasa perih, Apip memaksa diri untuk menduduki rokok itu. Tapi Pak Mintarja ternyata hanya lewat dan tak jadi masuk. Saipul menarik nafas. Lega karena beliau tidak jadi ke tempat itu. Namun saat ia menoleh ke Apip ia terkaget karena rekannya meringis, seolah menahan penderitaan. “Kenapa lu?“ “Lord Voldermort udah pergi?“ bisik Apip. “Pak Mintarja? Ya udah. Emang kenap...“ Belum selesai ucapan Saipul, Apip tiba-tiba terlompat dari duduknya sambil menjerit keras. “Awwwww!!!!“ Saipul melihati ulah Apip sambil terbengong. Apip bukan hanya terlompat dan berteriak. Ia juga mengebas-ngebas pantatnya. Saat menengok apa yang dikebas, Saipul tersadar.
Sampai di situ Pak Mintarja sudah tidak tahan lagi. Dengan geram ia muncul dari balik tikungan. Ia melihat keduanya berada di balik semak dan dengan murka meneriaki mereka. “Woy!!“ Melihat Pak Mintarja muncul lagi, Saipul ketakutan seperti melihat vampir. Akibat panik tingkat tinggi dan keseringan nonton film vampir spontan ia membuat tanda salib di mukanya. Sesaat Saipul lupa bahwa ia bukan penganut Katolik. Apip lain lagi. Bahkan entah karena terlalu panik, gugup atau idiot, dalam paniknya ia tetap saja menungging! Baru berdiri tegak lagi setelah Saipul menepok keras pantatnya. Aw!! “Bapak denger omongan-omongan kotor kalian. Ngapain kalian berdua di sini, hah?“ ‘Mampus gue,‘ Saipul membatin. Benar-benar tak mampu ia berucap sepatah kata pun. Pak Mintarja makin galak. Antara dirinya dan kedua anak itu ada semak lebat setinggi satu meter yang memisahkan mereka. “Ngapain kamu, Pip?“
Gerakan 3M dikumandangkan yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak. Lockdown yang di-Indonesia-kan sebagai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mulai diterapkan dimana-mana. Satu per satu mall mulai mengurangi aktifitas kegiatan. Toko dan gerai yang ada di dalamnya semakin membatasi diri. Jumlah karyawan yang bekerja semakin dibatasi. Tapi hal itu tidak bisa menghentikan pemutusan hubungan kerja. Beberapa sudah harus dirumahkan tanpa ada kepastian kapan akan mulai bekerja. Di pihak sekolah juga sudah mulai ada pengumuman resmi dari Kementerian terkait bahwa akan ada pembatasan belajar secara tatap muka. Sekolah dimana BJ cs bersekolah pun sudah dinyatakan bahwa dalam seminggu ke depan akan diliburkan dan bahwa semua siswa akan diberikan pembelajaran secara daring, dalam jaringan. * Abah diajak lagi untuk ke karaoke. Pesan itu muncul di ponselnya dan ter
Sehabis acara makan malam di rumah, rencananya BJ dan Lichelle hendak jalan bersama. Lichelle sudah siap mengeluarkan kendaraan ketika BJ menyarankan untuk mereka pergi dengan taksi daring yang tentu saja dilakukan Lichelle tanpa keberatan sedikit pun. “Aku nggak keberatan tapi.... kenapa?” “Aku mau ajak kamu malam ini nelusurin jalan-jalan di Jakarta.” “Oh, mau kemana persisnya?” “Kita naik kereta commuter. Mau?” Lichelle terakhir menaiki kereta commuter mungkin enam bulan lalu. Sudah lama ia tidak menaiki kereta yang berjejalan dengan masyarakat umum. “Keretanya nggak padat koq. Ini jam kosong,” cetus BJ seolah bisa membaca pikiran Lichelle. Dan gadis itu pun akhirnya setuju. Itulah yang menjadi agenda malam itu. Naik taksi online ke stasiun kereta commuter terdekat, pergi ke suatu tempat, balik lagi dengan kereta yang sama. Semua hanya demi membunuh waktu untuk bers
“Kondisi pandemi membuat banyak orang marah pada negaraku. Mereka menuduh kami adalah negara pembuat virus corona. Dunia menuduh terjadi kebocoran di lab Wuhan dan mereka menyalahkan pemerintah negeri kami. Aku sendiri tidak tahu mau percaya pada yang mana karena pemerintah negara kami sendiri sangat tertutup dan tidak mau terbuka. Aku malu mengatakan bahwa pemerintah kami sangat represif. Aku berasal dari Wuhan, Hendi. Kota asal muasal bencana berlangsung. Aku beruntung bahwa sebelum lockdown atas kota itu aku sudah ada di sini. Tapi aku punya keluarga di sana yang sekarang hidup dalam ketakutan.” Abah mendengarkan dengan prihatin. Ia selama ini kurang menyimak apa yang terjadi di pandemi covid-19 ini. Dan apa yang disampaikan oleh warga dari negara asal-muasal virus membuatnya melihat dari sudut pandang berbeda. Abah sama sekali tidak menduga bahwa timbul ketakutan yang besar dari warga di sana yang dibarengi dengan kepercayaan pada pemerintah yang memudar.
“Aku nggak seperti aku,” katanya dengan intonasi jauh lebih rendah. “Sama sekali nggak ada pikiran seperti itu.” “Kalo nggak seperti itu ayo buktiin!” Sebuah rangkaian kereta api datang dengan salah satu gerbong kini berada persis di depan mereka berdua. BJ dan Lichelle tidak masuk ke dalamnya karena itu bukan kereta yang mereka tunggu. “Aku mencintaimu, Lichelle. Kamu tahu itu dan.... aku....” BJ tak bisa melanjutkan ucapan untuk sesaat. “Kita berdua punya ketakutan berbeda. Ketakutan aku adalah takut tidak bisa membahagiakan dirimu. Benar-benar takut. Pernikahan puteri bangsawan dengan rakyat jelata hanya ada di dongeng, bukan di zaman milenial seperti sekarang ini.” Telapak tangan Lichelle kini menumpuk di telapak tangan BJ. “Ini tantangan awal. Kita akan hadapi bersama tantangan yang ada. Kamu nggak perlu nuntut aku, sama seperti aku juga nggak perlu nuntut kamu. Kita akan jalan bersama d
Ada yang mengatakan bahwa isteri itu bagai detektor. Ia mudah sekali mendeteksi jika ada sesuatu yang salah atau berbeda dalam tingkah laku suaminya. Dan sepertinya itulah yang terjadi pada diri Emak. Usaha toko yang mereka kelola masih belum banyak memberikan hasil. Betul bahwa ada kontrak bisnis kayu dengan mitra dagang mereka. Tapi sebagaimana lazimnya dalam bisnis setiap kali pembayaran tentu ada termin waktu pembayaran. Dengan kondisi yang ada per hari itu, pembayaran baru akan dilakukan satu setengah bulan lagi dan kalau pun mundur bisa sampai dua bulanan. Lantas waktu selama penantian itu yang sekarang membuat Abah dan keluarganya galau karena selama itu ada perut yang harus diisi. Ada listrik yang harus diisi tokennya. Ada gadget yanh harus diisi paket datanya. Dengan kondisi ekonomi yang lampu kuning, semestinya pengeluaran harus dihemat di berbagai bidang termasuk dalam hal biaya transport. Tapi Emak heran mengapa Abah jadi suk
Spontan tiba-tiba saja Bayu tersedak dan ingin muntah. Sesaat berikutnya ia terjatuh dengan kedua lutut dan kemudian tubuhnya terpuruk ke lantai. Melihat itu tentu saja Apip bingung apa yang terjadi. Ia makin panik ketika melihat Bayu kemudian kejang-kejang. Saat itulah Saipul yang baru kembali dari kamar kecil datang ke lokasi kejadian. “Kenapa dia?” “Nggak tau?” kata Apip panik. “Lu nggak ngapa-apain dia kan?” “Nggaaaak!” jawab Apip sambil berusaha memegangi tubuh Bayu. “Terus kenapa dia jadi begini?” kejar Saipul yang juga kini panik melihat apa yang terjadi. “Kayaknya dia kejang sehabis ngehirup botol minyak kayu putih lu, Pul.” Mendengar itu Saipul kaget. Ia kini melihat bahwa botol minyak kayu putih miliknya yang tadi ada di tas pinggangnya kini sudah ada di dekat Bayu. Dengan segera ia mengetahui apa yang telah terjadi. Bayu seolah kini kena karma dan mengalami apa yang Saipul sebelumnya per
“Lagu kamu udah selesai, Je?” “Ssshhhh,” BJ meminta Lichelle diam dan menikmati saja lagu riang, menghentak, yang memang diciptakan BJ untuk gadis itu. Purnama, tahukah dirimu. Mentari, sadarkah engkau. Ada api cinta yang membara tiap hari Ku ingin kalian tahu Lichelle terperangah. Hasil akhir ini dibuat lebih indah dari sebelumnya karena penuh dengan improvisasi. Dengar curhatku wahai alam Bantulah aku wahai semesta Karena mabuk aku dalam romansa Beriku kekuatan saat ku ekspresikan cinta Lichelle menggenggam telapak tangan BJ yang berada di tuas kopling. Sebuah remasan lembut dilakukan BJ menanggapi sentuhan tadi persis ketika musik memasuki reffrain. Dalam serenada cinta kulantun lagu ini Because everytime I see you I fall in love all over again Tapaki waktu bersamamu itu rinduku Dalam serenada cinta kulantun tembang ini Together with you, Lichelle Is my favorite place to be Gapai masa depan bersamamu itu rinduku Lagu itu hanya berdurasi tiga menit lebih sekian de
Tidak ada pekerjaan untuk nyambi yang bisa menghasilkan uang yang sebelumnya mereka bisa dapatkan dari Bayu membuat Saipul dan Apip cekak. Tidak punya uang sama sekali. Ini menyengsarakan buat mereka yang sudah mulai boros dan orangtua mereka pun bukan orang berada. “Lu ada rokok? Mulut gue asem nih,” kata Apip sambil menadah tangan pada Saipul. “Dasar mental gretong lu. Gue ada tapi itu buat akika sendiri, tauk!” “Masa’ gak ada sebatang lagi?” “Cacamarica aja sendiri.” “Tadi gue liat di kantong lu ada tiga batang Surya.” “Surya? Itu rokok maharani, akika gak sanggup beli.” “Nggak lah, masa’ Surya kemahalan.” “Ember. Lagi susah begindang, beli Surya. Gilingan banget dah.” Apip menggaruk kening. “Nasib oh nasib. Kenapa kita jadi cekak begini ya?” “Akika ada sih duit goceng. Belalang aja dua batang gih.” “Beli dua batang? Hhh malu-maluin.” “Capcus. Mau
Seperti biasa BJ memesankan makanan untuk dibungkus. Tapi Adhul menolak. Sepertinya ia sungkan karena BJ terus-terusan berbaik hati padanya. Dari saku celananya ia mengeluarkan ponsel candybar sederhana miliknya dan menunjukkan pada BJ. “Adhul gak usah dibeliin kak. Tadi pak Rokib, tetangga, nelpon minta Adhul cepetan pulang ke rumah sebelum maghrib.” “Maghribnya kan masih lama. Udah gak apa-apa biar kakak pesanin mie buat kamu.” Adhul terlihat malu sebelum kemudian mengangguk. “Mau yang goreng atau kuah?” “Yang kuah.” “Pake sambel?” “Iya tapi dikit aja.” Belum lagi kalimat itu usai, terdengar dering feedback dari panggung yang berada tak jauh dari lokasi mereka berada. Sepertinya manajeman pusat grosir sedang menyiapkan sebuah acara yang akan digelar beberapa jam lagi. Standing mike sudah terpasang beberapa unit berikut ampli dan terminalnya. Testing audio menyebabkan dengin
Lichelle memegangi pipi BJ. “And I trust you.” Petir menyambar, disusul gemuruh membahana. Hujan menderas. Sangat deras. Air dari langit tercurah begitu dahsyat, membentuk rinai air yang pekat dan tebal. Seolah menutup pemandangan yang terjadi di teras, antara dua sosok remaja ketika bibir keduanya bertautan. * Urusan melayani seorang pembeli yang membeli kayu reng sudah selesai dilakukan BJ. Ia baru mau menyerahkan Minel yang sejak tadi digendong ke Emak ketika Lichelle mendadak muncul di depannya. “Ada apa?” Pertanyaan BJ tak segera dijawab. Dengan gemas Lichelle menggendong Minel. Seorang bocah berumur tiga tahun sebetulnya bobotnya sudah agak berat dan berpotensi bikin pegal. Tapi postur Minel yang mungil membuat ia masih bisa dengan gampang digendong oleh Lichelle. Melihat Lichelle yang pandai dan luwes menggendong, seketika ingatan BJ teringat pada perist
Bagi Abah, kehilangan pekerjaan sebagai interpreter memang agak disayangkan. Tapi keutuhan rumah tangganya adalah di atas segalanya. Pandangan itu diaminkan Emak. Kesulitan sehari cukuplah untuk sehari. Ke depannya tantangan akan seperti apa pasti mereka berdua bisa atasi ketika keduanya saling sepakat, saling tolong, dan saling mendukung. Hanya memang ada satu masalah kecil. Keciiiiiil sekali. Biasanya Abah bangun pagi. Tapi tidak kali ini. Emak sudah berusaha bangunkan suaminya. Sekali, dua kali, dan baru di usaha ketiga Abah baru terbangun. Ia sempat membuka mata, mengobrol sebentar dengan isterinya. Hanya saja ketika Emak ‘lengah’ dan melakukan hal lain, Abah berbaring lagi. Mendengkur malah. “Lho kenapa tidur lagi?” Emak mengomel sembari membangunkan Abah. Bukanya menjawab, Abah malah mengambil bantal guling, memeluknya dan melanjutkan tidur. “Hey, bangun.” “Masih ngantuk
“Enak kan?” “Inhi enhak karhena akhu lhapar....” Lichelle tidak mau mengalah. Ia berucap dengan mulut penuh terisi makanan. “Ini adalah gado-gado terenak se-Jakarta. Kamu pergi kemana pun nggak ada gado-gado seenak ini. Bumbu kacangnya lembut dan ada aroma jeruk nipis. Wuih mantap,” BJ lantas menyuap sesendok untuk mulutnya sendiri. Tak lama ia mengambil secarik tisyu dari box-nya di atas meja dan menyapu mulut Lichelle yang terkena noda bumbu kacang. “Aku maunya ini terakhir ya kita makan di tempat kaya gini soalnya...” “Aaaaaa....” Ucapan Lichelle lagi-lagi tak terselesaikan ketika BJ menyuap satu sendok lagi. Makanan pesanan Lichelle kini datang. Sepiring kwetiau goreng dengan taburan bawang goreng yang menawan. Melihat bentuknya yang menggairahkan Lichelle tergoda untuk segera menikmati. Makanan itu sebetulnya dipesankan oleh BJ untuknya. Dan Lichelle harus mengaku
“Terima kasih,” kata Abah lirih setelah mereka melepas pelukan. “Malam ini, Abah jangan disuruh tidur di sofa ya? Sofa tua itu udah makin nggak enak. Pakunya mulai nusuk-nusuk pantat Abah kalo lagi tidur.” Emak tak tahu mau menangis atau tertawa atau kasihan mendengar ucapan jujur suaminya. Satu hal yang pasti, malam ini bisa jadi malam yang sama indahnya dengan honeymoon mereka dulu. * Dibantu temannya yaitu Charlie, Happy mulai mewujudkan pengembangan bisnisnya. Mumpung banyak waktu di rumah, sudah beberapa hari ini di dekat tempat tambal ban milik ayahnya ia juga membuka usaha tambahan yaitu penjualan mie instan berikut layanan memasak, menyediakan aneka kopi lengkap beserta air panas, serta menjual telur, dan biskuit. Semua untuk orang-orang yang menunggui ketika ban mobil mereka ditambal. Charlie juga datang dan menawarkan masker untuk dijual di sana dengan potongan harga.
“Bijeeee, cute banget sih lo.”Dalam gemas dan sayang Lichelle mencubit manja pinggang BJ.Makna hidup. Dua kata yang terakhir tadi diucapkan BJ teringat lagi. Bagi Lichelle, BJ tidak perlu berpepatah-petitih. Contoh kecil yang baru saja ditunjukkan dengan membantu seorang kakek menyeberang sudah memberikan sejuta makna. Itulah makna hidup dan BJ sedang menanamkan nilai itu kepadanya.*Abah tidak macam-macam. Abah tetap menjadi suami setia sebagaimana ia sudah terangkan pada BJ. Itu seharusnya disampaikan BJ kepada Emak. Atau Abah sendiri yang sampaikan. Tapi kesalahpahaman membuat baik Abah maupun BJ berasumsi. Abah merasa BJ sudah menyampaikan pada Emak, sebaliknya BJ merasa bahwa Abah pastinya sudah menyampaikan pada Emak. Akibatnya, Emak masih tetap dalam marahnya. Terlebih semalam ia memang tidak pulang ke rumah karena berkaitan dengan tugasnya sebagai interpreter yang
Kebutuhan uang memang masih besar. Namun bagi Abah, keutuhan keluarga adalah di atas segalanya. Permasalahan sikap Winda adalah perkara penting yang perlu ditangani segera. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan sikap Winda. Yang salah adalah bahwa ia melakukannya di waktu dan orang yang tidak tepat. Atas dasar itulah dengan berat hati pada siang itu Hendri menyempatkan diri menemui Haryono di kantornya. “Sepertinya aku gak bisa melanjutkan tugas. Aku nggak bisa lagi jadi interpreter.” Itu adalah inti pesannya. Sebuah pesan yang tentu saja membuat Haryono terkaget dan sempat menduga bahwa Hendri kurang puas dengan kesepakatan gaji. Ada waku bermenit-menit yang ia tanyakan dan semua dijawab secara lugas dan tuntas oleh Abah. Ada juga waktu satu jam sendiri ketika mereka saling bersilang pendapat. Sekali lagi, sebuah keputusan acapkali dihasilkan dengan tanpa membahagiakan seluruh pihak. Haryono mencoba memahami kega