''DIAM DI TEMPAT!'' seru salah satu aparat yang datang menggerebek salah satu gudang yang disinyalir menjadi tempat transaksi ilegal.''Kalian sudah dikepung, menyerahlah!'' tambah aparat lain.Terbelalak mata mereka melihat para petugas datang dengan penuh persiapan mengelilingi mereka dalam berbagai posisi siaga.DUARBeberapa senjata akhirnya meletus, entah karena reflek karena panik atau memang di sengaja karena ingin mempertahankan diri.''Bos, polisi!'' seru mereka hampir bersamaan sekaligus segera mencari tempat perlindungan dari peluru-peluru yang telah meluncur dari sarangnya.''Cabut!'' seru Daming memberi perintah.''Kemana?! Kita udah di kepung...''''Mau kabur kemana?!''''Brengsek!''''Bangsat!''''Sialan! Gimana bisa jadi begini...''Beberapa yang lain menggerutu dengan kesal, karena mereka tidak bisa kemana-mana lagi.''Pasti ada pengkhianat!''''Kenapa ngeliat ke gue, mesti ini dari elu!''''Enggak mungkin, pasti kerjaan elu, ini.''Dua kubu gangster yang hendak di gr
Pagi hari kemabali datang dan Ardan masih belum pulang. Tentu saja hal itu semakin membuat pikiran Aruna kacau, rasa kesal karena masalah yang belum terselesaikan dan trasa mengganjal. Tapi, semua itu masih kalah dengan kecemasan Aruna karena resiko dan bahaya yang dijalanai oleh suaminya dalam menjalankan tugas. Sejak kejadian itu, terhitung Ardan sudah dua hari belum pulang.''Run! Ngomong apa kek... dari tadi gua kek ada di kuburan, sepi banget!'' seru Gavin yang kesal karena Aruna terus saja cemberut sejak bangun subuh tadi.''Lu nyalain aja kenceng-kenceng speaker di kamar lo... entar juga rame,'' jawab Aruna ketus.''Bukan gitu, kemaren... gue serasa ada di medan ranjau tahu enggak... gegara kelakuan lu bedua.''''Siapa?!'' seru Aruna bertanya dengan nada acuh.''Ya, elo ama Om gue... tegang banget dari kemaren...''''Kagak!'' seru Aruna menepis pernyataan Gavin, ''Biasa aja tuh...''''Pala' lu... ngomong no ama pantat panci!'' seru Gavin kesal menanggapi dalih Aruna, ''Makan si
**''Hai!'' seru Karissa sambil tersenyum semringah, saat itu juga, ketika Aruna membuka pintu.Aruna terkejut melihat tamu yang datang pagi-pagi ternyata adalah Karissa. Emosi yang sesaat lalu sempat tenang, sekarang kembali bergejolak melihat wanita yang mendeklarasikan dirinya sebagai calon istri suaminya muncul lagi di hadapannya.''Bang Ardan enggak ada, kak!'' seru Aruna langsung menyahut dengan nada sedikit ketus.''Enggak ada!'' jawab Karissa tanpa memperdulikan sikap Aruna, ''Kemana?''''Enggak tahu!'' seru Aruna, lagi-lagi masih dengan nada ketusnya walau tidak terlalu kentara, ''Belom pulang dari semalem...''''Owh, gitu!'' jawab Karissa sembari nyelonong masuk sebelum Aruna sempat mempersilahkannya, ''Ya udah, biarin, gue tunggu di dalem aja...''Karissa langsung duduk di sofa dengan lagak santainya, dia tidak mempedulikan Aruna yang mengernyit dahinya melihat sepak terjang dirinya.''Kenapa malah bengong disitu?! Sini, temenin gue!''Aruna terdiam memperhatikan Karissa ya
*****Hingga malam, Ardan masih belum juga pulang semenjak dia pergi dua hari yang lalu.''Run, harusnya elu lebih berani ngadepin dia!''Gavin mulai membuka obrolan sambil menikmati makan malamnya bersama Aruna.''Maksud lo apa?'' tanya Aruna yang polos, dia tidak mengerti maksud ucapan Gavin.''Mantan gebetan Om Ardan.''''Kak Karissa?!''''Iya, dia. Siapa lagi?!''''Berani gimana? Gua enggak ngerti maksud pertanyaan lo, ah...''''Run, lo biasanya enggak begini... Lo, tuh enggak ngusik orang makanya lo juga enggak suka diusik. Tapi, sama dia, lo ngalah banget... kalo mau ribut, ribut aja, ngapain lo tahan?!''''Vin, dimata lo kayanya gue beringas jadi cewek...''''Iya, tapi, dalam hal yang baik.''''Bokis lo!''''Serius, gue. Sumpah!''''Auk ah...''''Yee... kok, tanggepannya begitu?!''''Bingung gue, Vin...''''Bingung apa lagi?! Libas aja pelakor, mah!''''Ngaco lu! Pelakor apanya?!''''Lah, tuh cewek pede banget... di depan bininya, dia berani bilang kalau dia calon istri. Kenapa
Siang itu, Aruna yang sedang menyapu halaman rumah membersihkan got di depan rumahnya terkejut bukan kepalang. Suami yang ditunggu-tunggu karena sudah beberapa hari tidak pulang. Dia tiba-tiba turun dari mobil mewah bersama dengan wanita yang jadi pemicu kegalauan hatinya.Seiras dengan Aruna, Ardan juga terlihat agak terkejut walau dia masih berusaha santai. Tapi, sorot matanya terlihat redup menunjukkan penyesalannya saat bertemu mata dengan istri kecilnya.Tanpa menunggu aba-aba, Aruna meninggalkan pekerjaannya, dia segera masuk ke dalam rumah meninggalkan Ardan Karissa.''Riss, jangan masuk, udah sono pulang!''''Ihh... kok ngusir. Aku udah nganter kamu lho...''''lu maksa gue tadi. Sengaja, kan lu... make abang lu buat neken gue... sekarang udah gue turutin, balik sono lu.''''Indraaa...'' rengek Karissa yang menggelayut mesra di tangan Ardan.Beberapa pasang mata ternyata telah memperhatikan kejadian ''perselingkuhan'' itu dengan jelas, hanya tinggal tunggu waktu sampai semuanya
*****Gavin, Mpok Hasna, dan si kembar akhirnya pergi meninggalkan sepasang suami istri lintas generasi untuk segera menyelesaikan masalah yang tertunda selama beberapa hari hanya untuk sebuah penjelasan.''Run, udah dong!'' seru Ardan memamnggil merayu istri kecilnya, ''Kita ngobrol dulu...''''Penting gak?'' tanya Aruna dengan ekspresi menantang.''Eum... setengah penting, setengah gak juga,'' jawab Ardan dengan wajah di buat seperti sedang berpikir.''Kok Gitu?!'' seru Aruna bertanya dengan wajah serius.''Karena dua-duanya berkaitan,'' jawab Ardan sambil mengangkat alis.''Gak jelas!'' seru Aruna menyahut sambil memalingkan wajahnya.''Makanya biar jelas, kita ngobrol dulu!'' seru Ardan sambil duduk membanting badannya di atas tempat tidur sambil menarik tangan Aruna yang sedang berdiri tegap.''Mau kelarin kerjaan buru-buru,'' sahut Aruna sembari menahan tangannya agar tidak ikut duduk bersama Ardan, ''Runa baru aja ngangkatin jemuran, biar buru-buru rapih,'' tambah Aruna yang se
Ekspresi dan gaya Ardan tiba-tiba berubah jadi sangat serius, tapi dengan ekspresi angkuh, wajahnya jelas memperlihatkan percaya dirinya.''Masih nanya...'' sahut Aruna geram, ingin rasanya dia menggigit jari Ardan yang ada di dagunya.''Galak amat...''''Yang nanya, enggak peka!'' seru Aruna menyahut dengan semakin ketus.''Mau memperjelas?!'' seru Ardan bertanya menantang istri kecilnya.''Terserah deh,'' jawab Aruna semakin kesal.Aruna menepis tangan Ardan yang di dagunya, dia berbalik dengan kasar menghindari tangan Ardan. Tapi, Ardan dengan cepat mengambil tangan Aruna. Di cium oleh Ardan kedua punggung tangan Aruna dengan sangat lembut.''Please.... Hentikan marah kamu, semakin lama kamu marah, semakin berat pertanggung jawaban abang nanti...''Ardan bicara dengan menatap mata Aruna. Melihat wajah sendu Ardan, Aruna tidak tega untuk terus merajuk.''Kenapa?" tanya Aruna menyelidik dengan nada lembut, dia berhati-hati dengan ucapannya. ''Untuk yang ini, Runa berhak tahu...''''H
''Assalamu alaikum...'' sapa Kakek Wawan, dia datang berkunjung beberapa waktu setelah Ardan keluar mencari es cincau untuk Aruna.''Wa alaikum salam...'' jawab Aruna, ''Kakek!''''Run, kakek mau ngobrol dikit ama Ardan, mana tuh anak?!'' jawab Kakek Wawan dengan nada datar, walau tipis tapi terasa ada kekesalannya dari nada suaranya.''Lagi, keluar kek, ada apa?'' tanya Aruna penasaran, hatinya sudah merasa ada yang tidak kena dari Kakek Wawan.''Tamunya, udah pulang Run?''Terangkat naik alis Aruna mendengar pertanyaan Kakek Wawan, tapi, dia segera menanggapinya dengan sopan.''Udah kek...''''Terus Ardan? Kemana dia?'' tanya Kakek Wawan dengan nada suara sedikit ketus, ''Nganter tuh cewek?!''''Eh, Enggak kek, enggak!'' seru Aruna segera menjawab, ''Cuma lagi... nyari...''''Nyari apa Run?'' tanya Kakek Wawan memotong ucapan Aruna yang terbata-bata.Aruna merasakan rasa kesal Kakek Wawan, dia merasa kalau KakekWawan kesal dengan Ardan dan ada hubungannya dengan Karissa. Tapi, karen
Dion dan Rafli bertindak mengikuti improvisasi dari situasi yang mereka ciptakan setelah terdesak.Desakan para preman yang meminta mereka untuk menyerahkan kunci mobil membuat mereka kesulitan mengulur-ulur waktu. Tapi, kreativitas dengan modal nyali nekat sekaligus bukti bahwa diklat yang mereka jalani menunjukkan kepiawaian mereka dalam melaksanakan tugas.''Lah, mana ya?!'' sahut Dion sambil kasak-kusuk berlagak mencari kunci di saku pakaiannya, ''Fli, mana kunci?''''Lah, bukannya ama elu?!'' jawab Rafli mengikuti skenario dadakan di lapangan.''Pe'a, kagak ada di gua... ama lu, kan...''''Kagak, kagak ada... tuh, liat!'' seru Rafli sambil menarik kantong pakaiannya keluar.''Ngelawak lu bedua!'' pekik preman yang menunggu kunci mobil mereka untuk di serahkan dengan mata melotot.''Ka-kagak bang, beneran dah... cek aja... kagak ada i
''Di mana ini?!" pekik Aruna ketika tali yang mengikat mulutnya dibuka saat sudah berada di sebuah ruangan, ''Mau apa kalian?!''Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum sinis menanggapi kegelisahan Aruna dan Amira yang terkejut ketika tudung hoodie yang menutupi separuh wajah mereka dibuka, memperlihatkan suasana di sekeliling dengan lebih jelas sekarang.Salah seorang dari beberapa pria yang baru di lihat oleh Aruna dan Amira datang menghampiri.Pria itu mengangkat dagu Aruna dan Amira, memiringkannya ke kanan dan ke kiri, melihat mereka dengan seksama, menilai penampilan fisik mereka berdua.''Lumayan, biarpun enggak bisa laku mahal, tapi masih cukup ngejual,'' ujar Parta, pria paruh baya tapi punya aura mendominasi yang membuat Aruna dan Amira merasa sangat tidak nyaman, ''Enggak banyak duit yang bisa kamu dapet dari mereka berdua...'' tambah Parta seraya melirik kepada Karissa.
CKIITTTRem berdecit dan mobil yang dikendarai oleh para petugas yang mengikuti Karissa berhenti mendadak.''Dimana Pak Ardan?!" tanya Dion, salah satu petugas yang ditugaskan untuk mengawasi.''OTW,'' jawab Rafli yang jadi rekan bertugas Dion, ''Enggak jauh... dia pasti bentar lagi nyampe...''''Oke... keknya target udah sampe di tujuan. Gimana, kita lanjut masuk?''''Enggak tauk, tapi tempat ini sarang mafia, cuma kita bedua... ini mah nganter nyawa...''Dion dan Rafli berdiskusi tentang bagaimana langkah selanjutnya karena intruksi selanjutnya belum turun dari atasan mereka.''Terus gimana, target udah turun... iya kalo tujuan dia disini, kalo dia lanjut ke tempat laen... bakal repot...'' ujar Rafli dengan nada gemas.''Sialan!'' pekik Dion kesal, ''Gue juga bingung, kita cuma ditugasin buat ngintai... terjun langs
Ardan bergegas bergerak segera setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengawasi rumah Amira.''Dua orang di seret paksa... kenapa dua?!'' tanya Ardan di dalam hatinya, ''Apa mungkin bukan Runa?!''Tidak banyak laporan yang diberikan anak buahnya selama dua hari terakhir karena sama sekali sulit untuk menemukan celah guna mengintip lebih dekat untuk melihat situasi di dalam rumah Amira supaya lebih jelas.Ardan bahkan meminta pada Ibunya Lita untuk menghubungi Amira dan menanyakan apakah ada hal lain yang dibutuhkannya supaya ada kesempatan baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Amira. Tapi, sayangnya, karena baru saja mendapat pasokan, Amira menolak tawaran bibinya.''Terserah deh... liat yang ini aja dulu. Enggak tauk kenapa tapi feeling gue beda tentang yang ini. Entah kenapa semangat gue naik buat ngejar yang ini... mudah-mudahan enggak salah...'' gumam Ardan d
Ardan memberikan beberapa foto Karissa dari berbagai posisi sebagai referensi agar Lita tidak salah mengenali.''Maafkan saya pak, saya tidak begitu yakin karena saya hanya melihat sekilas. Tapi pak, Ini bukan hal yang biasa di lakukan Kak Amira... Meski Kak Amira yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Kak Amira tujuh tahun yang lalu. Tapi, tetap saja, saya merasa ada yang janggal...''Lita dengan jujur mengemukakan opininya karena dia juga tidak mau membohongi orang yang sedang kesulitan.''Saya tahu kalau ini tidak tepat,'' ujar ibu Lita menambahkan dengan wajah memelas menatap Ardan, ''Di saat bapak sedang susah saya malah merepotkan... tapi pak, bapak juga kan seorang petugas. Tolong bantu kami pak... Amira adalah anak baik yang ceria sebelumnya. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu tiba-tiba dia berubah... kami yakin ada sesuatu karena setelah tujuh tahun dia berdiam diri, tiba-tiba dia menghubungi kami.''&nb
Organisasi ilegal yang selama ini terselubung dengan bisnis taipan-taipan besar berjatuhan satu per satu. Pengacara-pengacara kecil mulai melejit naik menyaingi pengacara kondang yang telah penuh Schedule-nya karena banyak orang-orang berduit terciduk aparat. Semua itu bisa terjadi karena adanya efek domino dari penggerebekan-penggerebekan atas laporan dan data yang diberikan Ardan dan juga Rendra.Sudah sejak tujuh tahun terakhir satu per satu organisasi ilegal di jatuhkan Ardan secara diam-diam. Meski hanya organisasi kecil tapi sukses melemahkan pergerakan mereka sehingga mempersulit organisasi besar di atasnya untuk mengembangkan sayapnya. Karenanya, sejak Ardan menyusup tujuh tahun yang lalu, pergerakan organisasi ilegal yang meresahkan hingga merugikan negara berhasil di tekan seminimal mungkin.''Ardan, kita sudah mempersempit rute pelarian...'' ujar atasan Ardan, ''Kita akan segera menemukan istrimu, secepatnya...''
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
Alis mata Ardan nyaris menyatu dengan sorot mata tajam, giginya bergemeretak menahan emosi hingga membuat salah tingkah beberapa bawahannya ketika Ardan, Rendra dan yang lainnya tiba di TKP selang waktu 40 menit setelah mendapat laporan.Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulans bersahutan sebelum kedatangannya ke TKP. Kehebohan terjadi dengan beberapa mahasiswa terlihat tergeletak bertebaran dengan luka-luka di tubuh.Beberapa preman tertangkap dan babak belur, nyaris sekarat karena di hajar banyaknya warga kampus yang kesal apa lagi saat beberapa orang hampir tewas karena mini van yang nekat melaju menerjang kerumunan.''Vin, elu enggak apa-apa?!''''Dimananya?!'' jawab Gavin dengan nada ketus, ''Udah jelas bonyok begini...''''Baru bonyok...'' sahut Ardan sambil menepak dahi Gavin,''Nah bini gue, ilang lagi aja...''Ardan tampak tenang menanggapi Gavin,