Pagi hari kemabali datang dan Ardan masih belum pulang. Tentu saja hal itu semakin membuat pikiran Aruna kacau, rasa kesal karena masalah yang belum terselesaikan dan trasa mengganjal. Tapi, semua itu masih kalah dengan kecemasan Aruna karena resiko dan bahaya yang dijalanai oleh suaminya dalam menjalankan tugas. Sejak kejadian itu, terhitung Ardan sudah dua hari belum pulang.''Run! Ngomong apa kek... dari tadi gua kek ada di kuburan, sepi banget!'' seru Gavin yang kesal karena Aruna terus saja cemberut sejak bangun subuh tadi.''Lu nyalain aja kenceng-kenceng speaker di kamar lo... entar juga rame,'' jawab Aruna ketus.''Bukan gitu, kemaren... gue serasa ada di medan ranjau tahu enggak... gegara kelakuan lu bedua.''''Siapa?!'' seru Aruna bertanya dengan nada acuh.''Ya, elo ama Om gue... tegang banget dari kemaren...''''Kagak!'' seru Aruna menepis pernyataan Gavin, ''Biasa aja tuh...''''Pala' lu... ngomong no ama pantat panci!'' seru Gavin kesal menanggapi dalih Aruna, ''Makan si
**''Hai!'' seru Karissa sambil tersenyum semringah, saat itu juga, ketika Aruna membuka pintu.Aruna terkejut melihat tamu yang datang pagi-pagi ternyata adalah Karissa. Emosi yang sesaat lalu sempat tenang, sekarang kembali bergejolak melihat wanita yang mendeklarasikan dirinya sebagai calon istri suaminya muncul lagi di hadapannya.''Bang Ardan enggak ada, kak!'' seru Aruna langsung menyahut dengan nada sedikit ketus.''Enggak ada!'' jawab Karissa tanpa memperdulikan sikap Aruna, ''Kemana?''''Enggak tahu!'' seru Aruna, lagi-lagi masih dengan nada ketusnya walau tidak terlalu kentara, ''Belom pulang dari semalem...''''Owh, gitu!'' jawab Karissa sembari nyelonong masuk sebelum Aruna sempat mempersilahkannya, ''Ya udah, biarin, gue tunggu di dalem aja...''Karissa langsung duduk di sofa dengan lagak santainya, dia tidak mempedulikan Aruna yang mengernyit dahinya melihat sepak terjang dirinya.''Kenapa malah bengong disitu?! Sini, temenin gue!''Aruna terdiam memperhatikan Karissa ya
*****Hingga malam, Ardan masih belum juga pulang semenjak dia pergi dua hari yang lalu.''Run, harusnya elu lebih berani ngadepin dia!''Gavin mulai membuka obrolan sambil menikmati makan malamnya bersama Aruna.''Maksud lo apa?'' tanya Aruna yang polos, dia tidak mengerti maksud ucapan Gavin.''Mantan gebetan Om Ardan.''''Kak Karissa?!''''Iya, dia. Siapa lagi?!''''Berani gimana? Gua enggak ngerti maksud pertanyaan lo, ah...''''Run, lo biasanya enggak begini... Lo, tuh enggak ngusik orang makanya lo juga enggak suka diusik. Tapi, sama dia, lo ngalah banget... kalo mau ribut, ribut aja, ngapain lo tahan?!''''Vin, dimata lo kayanya gue beringas jadi cewek...''''Iya, tapi, dalam hal yang baik.''''Bokis lo!''''Serius, gue. Sumpah!''''Auk ah...''''Yee... kok, tanggepannya begitu?!''''Bingung gue, Vin...''''Bingung apa lagi?! Libas aja pelakor, mah!''''Ngaco lu! Pelakor apanya?!''''Lah, tuh cewek pede banget... di depan bininya, dia berani bilang kalau dia calon istri. Kenapa
Siang itu, Aruna yang sedang menyapu halaman rumah membersihkan got di depan rumahnya terkejut bukan kepalang. Suami yang ditunggu-tunggu karena sudah beberapa hari tidak pulang. Dia tiba-tiba turun dari mobil mewah bersama dengan wanita yang jadi pemicu kegalauan hatinya.Seiras dengan Aruna, Ardan juga terlihat agak terkejut walau dia masih berusaha santai. Tapi, sorot matanya terlihat redup menunjukkan penyesalannya saat bertemu mata dengan istri kecilnya.Tanpa menunggu aba-aba, Aruna meninggalkan pekerjaannya, dia segera masuk ke dalam rumah meninggalkan Ardan Karissa.''Riss, jangan masuk, udah sono pulang!''''Ihh... kok ngusir. Aku udah nganter kamu lho...''''lu maksa gue tadi. Sengaja, kan lu... make abang lu buat neken gue... sekarang udah gue turutin, balik sono lu.''''Indraaa...'' rengek Karissa yang menggelayut mesra di tangan Ardan.Beberapa pasang mata ternyata telah memperhatikan kejadian ''perselingkuhan'' itu dengan jelas, hanya tinggal tunggu waktu sampai semuanya
*****Gavin, Mpok Hasna, dan si kembar akhirnya pergi meninggalkan sepasang suami istri lintas generasi untuk segera menyelesaikan masalah yang tertunda selama beberapa hari hanya untuk sebuah penjelasan.''Run, udah dong!'' seru Ardan memamnggil merayu istri kecilnya, ''Kita ngobrol dulu...''''Penting gak?'' tanya Aruna dengan ekspresi menantang.''Eum... setengah penting, setengah gak juga,'' jawab Ardan dengan wajah di buat seperti sedang berpikir.''Kok Gitu?!'' seru Aruna bertanya dengan wajah serius.''Karena dua-duanya berkaitan,'' jawab Ardan sambil mengangkat alis.''Gak jelas!'' seru Aruna menyahut sambil memalingkan wajahnya.''Makanya biar jelas, kita ngobrol dulu!'' seru Ardan sambil duduk membanting badannya di atas tempat tidur sambil menarik tangan Aruna yang sedang berdiri tegap.''Mau kelarin kerjaan buru-buru,'' sahut Aruna sembari menahan tangannya agar tidak ikut duduk bersama Ardan, ''Runa baru aja ngangkatin jemuran, biar buru-buru rapih,'' tambah Aruna yang se
Ekspresi dan gaya Ardan tiba-tiba berubah jadi sangat serius, tapi dengan ekspresi angkuh, wajahnya jelas memperlihatkan percaya dirinya.''Masih nanya...'' sahut Aruna geram, ingin rasanya dia menggigit jari Ardan yang ada di dagunya.''Galak amat...''''Yang nanya, enggak peka!'' seru Aruna menyahut dengan semakin ketus.''Mau memperjelas?!'' seru Ardan bertanya menantang istri kecilnya.''Terserah deh,'' jawab Aruna semakin kesal.Aruna menepis tangan Ardan yang di dagunya, dia berbalik dengan kasar menghindari tangan Ardan. Tapi, Ardan dengan cepat mengambil tangan Aruna. Di cium oleh Ardan kedua punggung tangan Aruna dengan sangat lembut.''Please.... Hentikan marah kamu, semakin lama kamu marah, semakin berat pertanggung jawaban abang nanti...''Ardan bicara dengan menatap mata Aruna. Melihat wajah sendu Ardan, Aruna tidak tega untuk terus merajuk.''Kenapa?" tanya Aruna menyelidik dengan nada lembut, dia berhati-hati dengan ucapannya. ''Untuk yang ini, Runa berhak tahu...''''H
''Assalamu alaikum...'' sapa Kakek Wawan, dia datang berkunjung beberapa waktu setelah Ardan keluar mencari es cincau untuk Aruna.''Wa alaikum salam...'' jawab Aruna, ''Kakek!''''Run, kakek mau ngobrol dikit ama Ardan, mana tuh anak?!'' jawab Kakek Wawan dengan nada datar, walau tipis tapi terasa ada kekesalannya dari nada suaranya.''Lagi, keluar kek, ada apa?'' tanya Aruna penasaran, hatinya sudah merasa ada yang tidak kena dari Kakek Wawan.''Tamunya, udah pulang Run?''Terangkat naik alis Aruna mendengar pertanyaan Kakek Wawan, tapi, dia segera menanggapinya dengan sopan.''Udah kek...''''Terus Ardan? Kemana dia?'' tanya Kakek Wawan dengan nada suara sedikit ketus, ''Nganter tuh cewek?!''''Eh, Enggak kek, enggak!'' seru Aruna segera menjawab, ''Cuma lagi... nyari...''''Nyari apa Run?'' tanya Kakek Wawan memotong ucapan Aruna yang terbata-bata.Aruna merasakan rasa kesal Kakek Wawan, dia merasa kalau KakekWawan kesal dengan Ardan dan ada hubungannya dengan Karissa. Tapi, karen
Aruna yang sejak awal mendengar semuanya juga ikut merasakan sedih. Kesedihan Ardan yang telah menyakiti hati paman yang selama ini merawatnya seperti anaknya sendiri.Aruna duduk di samping Ardan yang sedang tertekan memikirkan apa yang baru saja terjadi.''Encing pasti marah ama Abang... tadi mukanya, keliatan sedih banget...'' ujar Ardan dengan bibir bergetar.Kecuali menatap suaminya, Aruna tidak tahu harus melakukan apa. Dia hanya duduk di sampingnya tanpa berkata apa-apa.''Abang, banyak bikin salah ama mereka...'' ujar Ardan yang kembali meratapi kejadian barusan, ''Cing Limah pasti nangis denger ini.''Ardan merasakan dengan jelas kekhawatiran istrinya melihat suaminya yang frustrasi karena punya dua wajah.''Maafin abang...'' ujar Ardan kemudian dengan nada suara yang terdengar sangat berat, ''Pasti kamu juga terluka, kamu juga pasti sedih.''Aruna tidak menjawab ucapan Ardan, hatinya terenyuh dengan duka suaminya saat ini. Pada akhirnya, Aruna memberanikan diri mengambil tin