Share

Bab 27B

Penulis: Yazmin Aisyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Toko Mama selalu ramai, pengunjung datang silih berganti. Dua orang kasir, dan lima pelayan di setiap gerai. Dan puluhan lagi yang bekerja di tempat produksinya, di sebuah rumah besar di belakang toko utama. Sungguh luar biasa Mama mengendalikan ini semua, kadang hanya melalui telepon saja. Mencari orang yang loyal dan bisa dipercaya itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Mamamu bos yang baik. Kami sejahtera disini, tak ada alasan untuk curang."

Mbak Rani, kepala toko cabang utama menerimaku dengan senang hati.

"Saya sering bertanya pada Bu Indah, kapan Mbak Emily akan terjun langsung. Saya pikir, Mbak nggak berminat mengelola usaha ini."

Aku meringis, mengingat alasanku ada disini adalah karena aku menghindari dia. Aku tak mau bertemu dengan Pak Arfan setiap hari, lalu cinta yang sudah teramat dalam itu membuatku terperosok makin dalam.

"Saya juga mungkin tak bisa setiap hari datang, Mbak. Tapi saya minta bimbingan dari Mbak Rani. Saya belum tahu seluk beluk bisnis kue. Tahu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 28A

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 28"Tolong keluarkan dia dari sana, Mas. Winda nggak bersalah." Sungguh, rasanya agak geli memanggilnya Mas. Tapi sepertinya aku memang harus membiasakan diri. Dan aku juga akhirnya terpaksa menarik sendiri kata-kataku. Tadinya, aku tak ingin bertemu dengannya dulu. Tapi aku tak punya orang lain yang bisa kumintai tolong.Di hadapanku, Mas Arfan tampak terkejut."Maksudmu?""Bukan Winda pelakunya. Aku yakin sekali. Tolong, cari pelaku sesungguhnya supaya Winda bisa keluar dari sana. Aku… aku nggak tega melihatnya.""Kenapa kau bisa yakin sekali, Em. Lelaki itu yang mengatakan kalau Winda yang menyuruhnya. Dan ketika aku kesana, Winda mengakuinya.""Tapi kenapa di hadapanku dan Bang Arga, dia menolak? Dan kemarin, aku ke RSJ. Ada Mamanya disana."Aku lalu menceritakan apa yang kudengar dari balik pohon waktu itu. Mas Arfan mendengarkan ceritaku dengan seksama, tak sekalipun menyela."Kasihan Winda. Dia harus menanggung kesalahan yang tak dia lakukan."Mas Arfa

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 28B

    "Emi, ada teman kamu."Suara Mama muncul ketika aku tengah membaca buku di dalam kamar. Malam minggu, tumben sekali langit sangat cerah. Bang Arga baru saja berangkat dengan teman-teman band-nya. Sementara aku tak punya janji dengan siapapun."Teman? Riana ya?""Temannya Riana." Mama cemberut. "Emi, jangan memberi harapan pada lelaki jika kamu masih ingin main-main, Nak."Aku mengerutkan kening."Mantan bos kamu itu serius sekali sama kamu dan Mama mulai menyukainya. Bukan karena dia membelikanmu mobil, tapi dari caranya menjaga dirimu. Dan sekarang, datang cowok lain. Mama nggak suka anak Mama mempermainkan perasaan orang.""Cowok lain siapa sih, Ma?" Aku bangkit dari kasur dangan malas."Yang kemarin itu. Duh, masa anak Mama udah pikun sih? Yang kemarin kesini sama Nana, bawa buah pas kamu sakit.""Oh, Raya.""Ya. Indonesia Raya, atau jalan Raya. Entahlah Mama nggak tahu. Dia kesini itu punya maksud loh, Em. Seorang lelaki mengunjungi gadis di malam minggu. Ayolah cepat kamu keluar

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 29A

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 29Pov ARFANBukan tanpa alasan aku memilih Adit sebagai orang kepercayaanku. Wajahnya tampan, postur tubuh tegap sempurna, yang sepintas mirip aku. Dia bisa saja menjadi aktor atau model jika mau. Tapi dia tidak mau. Keterikatannya padaku bermula ketika suatu malam, aku menemukan dirinya nyaris mati karena menjadi samsak hidup para berandalan. Rupanya dia punya hutang yang cukup besar dan tak mampu membayar. Aku yang iba, dan juga tak bisa melihat satu orang tak berdaya dikeroyok oleh lima orang berbadan raksasa, menyelematkannya. Hutang sebesar dua ratus juta itu aku lunasi malam itu juga."Kalau nggak main keroyok, saya nggak mungkin babak belur gini, Bang." Ujarnya kemudian ketika kuajak dia ke klinik dua puluh empat jam untuk mengobati luka-lukanya. Dan ketika darah itu telah hilang dari wajahnya, aku terkesima mendapati wajah itu seharusnya berseliweran di layar televisi."Dan kenapa kau bisa berhutang sebanyak itu? Sebaiknya kau beri aku jawaban yang ba

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 29B

    PoV EMILYAku meletakkan beberapa kotak kue dan roti di atas jok sebelah kiri. Akhirnya, untuk pertama kalinya, aku mengendarai mobil baru ini. Agak deg-degan juga, karena sudah lama nggak nyetir. Dan sekalinya nyetir, malah mobil baru yang masih super mulus.Setelah semuanya beres, aku melaju ke kantor lama. Aku ingin bertemu Pak Ahmad, Mbak Astri dan teman-teman lamaku. Mobil meluncur mulus di aspal yang halus. Untung saja semalam tidak hujan, pagi menjelang siang ini cuaca cerah, seperti hatiku. Naik mobil baru, hendak menemui calon suami. Uhukk…Aku terbatuk sendiri ketika kosa kata itu melintas dalam pikiranku. Tiba-tiba merasa malu pada diriku sendiri karena sebelumnya, aku sempat berpikir untuk kabur dan menghindar darinya. Tapi Mas Arfan rupanya begitu cepat bergerak. Dia benar membuktikan bahwa dia mencintaiku. "Kalau sudah serius, suruh dia ngelamar kamu, Em. Mama nggak suka anak gadis Mama pacaran lama-lama.""Dih, aku nggak pacaran, Ma.""Nggak pacaran gimana kalau dia be

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 30A

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 30"KAMU!""Eh, kenapa? Jangan teriak-teriak, Mbak. Mana tahu ada kamera tersembunyi disini. Tau-tau viral lagi."Laura mendekat, kami nyaris saja bersentuhan. Yang kupikirkan dalam hati adalah, buset, mukanya licin banget. Kasihan nyamuk, pasti kepleset kalau nempel di sana."Kamu kau melawan saya ya?"Aku tertawa kecil."Nggak lah, Mbak. Ngapain? Saya nggak suka berantem, Mbak. Capek. Udah ya, Mbak. Saya mau nemuin calon suami dulu."Tanpa menunggu jawabannya, aku melenggang masuk ke dalam. Aku tidak akan membiarkan dia merusak mood-ku. Kubiarkan Laura memperhatikan punggungku hingga masuk ke dalam dengan tatapan kesal. Ugghh, awas dia. Mungkin benar kata Mama, kami harus cepat-cepat menikah. Ups."Emiii!" Mbak Astri langsung heboh. Suaranya membuat para karyawan lain ikut turun. Termasuk para OB dari pantry. Tak ketingala Riana dan Raya."Wow, bos bakery!"Dan mereka langsung berpesta, berceloteh tiada henti sambil makan roti dan kue yang kubawa. Mas Tono

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 30B

    "Emily, Dek! Kamu dimana?"Suara Bang Arga pagi-pagi sudah membuatku terkejut. Aku berlari dari halaman depan setelah melemparkan begitu saja selang air usai menyiram tanaman bunga Mama. Hari minggu, adalah jadwalku membantu Mama berkebun."Ada apa, Bang?"Bang Arga menyodorkan ponselnya dengan wajah tegang. Aku meraih ponsel itu dan melihat apa yang ditunjukkan oleh Bang Arga.Di sebuah akun gosip, ada video yang menampakkan sosok Laura yang tampak mabuk berat, berada dalam pelukan seorang lelaki yang tak terlihat wajahnya. Dan hebatnya, adegan itu ditampilkan dalam sebuah layar besar yang diputar di sebuah acara, sepertinya acara ulang tahun. Laura yang asli, memandang rekaman video itu dengan wajah pucat pasi."Goyang dong, Mas. Plis jangan kayak calon laki gue, dingin kayak es kutub." Dia tertawa keras keras. Lalu tangan si lelaki mempererat pelukan di tubuhnya. Laura yang dalam posisi telentang dengan pakaian minum, sibuk menarik narik sendiri bajunya supaya terbuka. Dapat kulih

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab31A

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 31Kehebohan terjadi. Aku sebagai korban, akhirnya melaporkan ulang kejadian pelecehan yang kualami di kantor, dengan pengacara kondang yang tentu saja disediakan oleh Mas Arfan sebagai si pemilik kantor. Laura dijemput paksa dan Winda dibebaskan. Skandal itu menyebar dengan cepat, bagaimana orang tua Laura dan Winda, mengorbankan anak bungsunya demi anak sulungnya. Si lelaki pemerkosa ternyata tak pernah bertemu Laura. Dia menjalankan perintah melalui telepon, dan Laura, dengan kejamnya menyebut dirinya sebagai Winda."Apakah orang tua Winda tidak ada yang kesini?"Mama menatapku. Aku menggeleng, kami kemudian memandang Bang Arga yang duduk di depan ranjang Winda yang tertidur setelah dengan terpaksa disuntik obat tidur. Sepanjang perjalanan dari RSJ ke rumah sakit swasta terbaik ini, Winda histeris. Dia menjerit ketakutan, berusaha bersembunyi dimana saja. Bahkan di dalam mobil, dia tak mau duduk di jok. Dia meringkuk di lantai mobil, berusaha mengecilkan tu

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 31B

    Kami kini duduk di dalam mobil, setelah menempuh dua jam perjalanan ke tempat ini. Sebuah tempat dimana sejauh mata memandang, ada lautan yang luas, dengan ombak kecil yang tak lelah menepi ke pantai. Pantai ini ramai, dengan rombongan keluarga yang asyik bermain air, perahu-perahu kecil yang lalu lalang, dan di kejauhan, ada banana boat melaju kencang."Apa benar, Mamamu itu, bukan Ibu kandungmu, Mas?"Akhirnya, satu pertanyaan yang sejak tadi menganggu pikiranku itu berhasil kuucapkan.Mas Arfan tersenyum. Dia menggenggam tanganku."Benar. Karena itulah kamu nggak perlu khawatir, Em. Yang kubutuhkan adalah restu dari Papa.""Tapi, bukankah meski hanya Ibu tiri, dia telah merawatmu sejak kecil?"Kini dia tertawa, sembari melemparkan pandangannya pada lautan yang tampak biru."Bukan dia yang merawatku, tapi Bik Maryam. Yang dilakukan Mama selama ini hanya menikmati harta keluarga Papa. Itu tak masalah bagiku karena dia istri Papa dan Trisha benar-benar adik sedarahku meski tidak lahir

Bab terbaru

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 69 (ENDING)

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA (ENDING)musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 15PoV WINDAEnam bulan kemudian"Kak, kenapa sih Mama nggak sayang sama aku? Seperti Mama sayang sama Kakak?""Kata siapa? Mama sayang kok sama kamu.""Tapi Mama dikit-dikit marah. Kalau sama Kakak nggak."Kak Laura tersenyum, mengusap rambutku dengan lembut."Mama cuma lagi nggak enak badan. Kamu tenang aja ya, kan ada Kakak." Ujar Kak Laura sambil tersenyum manis. Dia mengulurkan perahu dari kertas yang baru saja dibuatnya.Aku ikut tersenyum, meraih perahu kertas itu dan berlari ke dalam kolam ikan di belakang rumah. Berdua kami melarungkan perahu itu disana, membuat ombak kecil dengan kedua tangan hingga perahu itu sesekali terombang-ambing. Ah, masa kecil yang indah. Kenapa orang harus menjadi dewasa jika masa kecil sudah membuat bahagia? Padahal dengan menjadi dewasa, ada banyak masalah yang mulai menghampiri."Sayang…"Aku menoleh, segala kenangan tentang masa kecil itu segera lenyap dari benakku. Mas Adit

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 68

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa TertinggalBab 14PoV ADITYAKeadaan rumah baik baik saja kecuali satu hal, kunci pintu depan yang dibuka paksa menggunakan sebuah alat. Itu artinya, Winda pergi kesana tidak dengan sukarela. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Winda bisa ada disana bersama si pembunuh? Dan suara Siapakah yang menjerit demikian pilu? Suara itu, seperti seseorang yang tengah merasakan sakit yang luar biasa.Aku memandang wajah istriku dengan gundah, sekaligus kesal karena aku tak tahu apa-apa, persis orang buta. Wajah itu masih pucat pasi saat kuletakkan di atas pembaringan. Tapi setidaknya dia tak menolak semua sentuhanku padanya. Sepanjang subuh hingga pagi itu, Winda tak juga mau melepaskan diri dari pelukanku. Belum pernah aku merasa se bingung ini. Aku tak tahu apa yang telah menimpanya, dan juga apa yang terjadi. Dan suara tembakan itu? Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku percaya Mas Arfan akan melakukan yang terbaik, seperti dia selalu mempercayaiku

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 67

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2.SISA RASA TERTINGGAL.Bab 13Lika masih menjerit histeris, aku bisa memperkirakan bertapa kuat tenaga lelaki itu, apalagi dengan sepatu model boot yang keras dan berat menekan paha Lika. Jantungku berdebar sangat kencang. Aku tak sanggup, seandainya harus melihat seseorang disiksa si depan mataku. Lika memang bersalah, tapi bukan seperti ini hukuman yang kuinginkan untuknya. Dan lagi, adakah manusia yang punya hak melakukannya."Ya Allah… jangan! Tolong jangan! Lepaskan dia!"Mendengar suaraku, Lika berhenti menjerit. Dia memandangku sambil berurai air mata sementara si malaikat maut sama sekali tak menoleh. Dengan sebelah tangannya, dia mengulurkan pisau kecil membuka ikatan di kakiku, memutar kursiku dan kembali membuka ikatan di tanganku. Semua itu dia lakukan tanpa melepaskan kakinya dari paha Lika."Pergi Winda. Dan jangan sekali kali lapor polisi. Biarkan aku jadi hakim untuk mereka dan biarkan aku sendiri yang menanggung dosanya."Aku berdiri

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 66

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa tertinggalBab 12Dadaku langsung berdebar hebat membaca pesan itu. Aku refleks berdiri, memandang berkeliling. Aku sangat yakin lelaki itu tadinya ada disini. Sang malaikat maut yang telah menyiksa Kak Laura. Kak Laura sekarang tenang karena dia memutuskan pergi. Barulah kusadari arti kalimat Kak Laura selama ini : Dia ada disini! Ya. Setiap kali aku menjenguknya, ada kalanya Kak Laura tiba-tiba seperti melihat sesuatu dan dia ketakutan. Jadi, apakah selama lebih setahun ini, sebenarnya orang itu ada disini?"Ada apa?"Mas Adit memegang lenganku, menyuruhku berhenti. Dia merasakan gerakanku yang gelisah sedari tadi. Aku memberikan ponsel itu padanya. Dia mengamatinya sejenak, mengeluarkan ponselnya sendiri dan entah melakukan apa, mungkin melacak atau mencari tahu identitas si pengirim, entahlah. Ponsel pintarnya sepertinya bisa melakukan apa saja.Mas Adit melangkah sambil merangkul bahuku."Itu artinya, Kak Laura aman disini. Meski un

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 65

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 11Sepasang matanya yang dihiasi bulu mata tebal, juga pewarna dengan aksen smoke, memandangku tajam. Kami bertatapan sekian menit lamanya sementara si lelaki ikut mengamatiku. Entah apa yang kulakukan, nekat atau ceroboh, terserah. Aku telah membantunya malam itu, jadi pantaskah dia membalasnya dengan cara menggoda suamiku?"Suamimu tidak pernah menyimpan rahasia dariku. Dan aku jamin, dia tak akan pernah menyakiti hatiku. Jadi berhentilah berbuat bodoh. Silahkan mencari lelaki lain yang mau kau rayu. Tapi bukan suamiku."Lika diam saja mendengar aku memakinya. Aku berbalik dan berjalan dengan cepat menuju taksi online yang masih menunggu. Tiba di rumah, dengan nafas terengah-engah, aku merebahkan diri, teringat pada janin dalam perutku. Aku memejamkan mata. Apakah yang kulakukan tadi salah?Masih kuingat wajahnya yang tanpa ekspresi tadi. Entahlah, aku bukan Emily yang pandai membaca raut wajah orang lain. Aku hanya tahu b

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 64

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 10Aku belum pernah merasa marah dan cemburu sehebat ini. Bahkan dengan Bang Arga dulu, aku tak pernah merasa. Hubunganku dengannya terlalu mulus, tanpa sedikitpun gelombang. Bang Arga yang sangat mencintaiku, sama sekali tak pernah membuatku cemburu. Akibatnya, akulah yang sering membuat ulah hanya karena ingin menepis rasa bosan. Salah satunya, dekat dengan Mas Adit yang dulu jelas jelas hanya menggoda.Aku mengusap wajah. Kemarin, aku bahkan masih meragukan cintaku padanya. Tapi hari ini, membaca chat WA dari nomor tak dikenal, yang bahkan sama sekali belum dibaca oleh Mas Adit membuat dadaku berdebar hebat. Aku terbakar oleh amarah dan api cemburu.Tring!Pesan itu masuk lagi. Kali ini sebuah foto. Foto yang sangat vulgar. Dan aku semakin meradang mengetahui siapa yang mengirimkan foto itu.Lika!Dia berpose sensual, memakai baju dengan dua tali di pundak, tipis berenda-renda sehingga aku tahu dia tak memakai apa apa l

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 63

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAmusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 9Mas Adit, jika malam ini terjadi sesuatu padaku, aku minta maaf. Entah bagaimana caranya, aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu. Dan sama sekali tak lagi ada keraguan tentang itu.Krieett…Pintu terbuka, sesosok tubuh melangkah masuk, aku memejamkan sambil menjerit dan mengayunkan sapu lidi di tanganku."Aaaaaaaa…!"Bag bug bag bug…"Winda! Berhenti sayang. Ini aku!"Tanganku gemetar, rasanya telingaku kebas, tak mampu mengenali suara yang samar-samar kukenali itu. Kenapa dia memanggilku? Kenapa dia tahu namaku? Dan kenapa dia bahkan tak menghindari semua pukulanku?Tangan itu lalu sigap menangkap sapu lidi yang sudah beberapa kali menghantam tubuhnya, lalu melemparnya ke sembarang arah. Dengan paksa, dia memelukku, menarikku ke arah saklar lampu dan menghidupkan lampu. Seketika terang benderang, dan aku terpana memandang wajah yang telah membuatku menangis semalaman."Mas Adit?""Winda? Kamu kenapa Sayang? Ya Allah… ma

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 62

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 Sisa Rasa TertinggalBab 8PoV WINDA"Mas Arfan, Mas Aditya sebenarnya kemana? Sejak sore tadi WA ku ceklis satu."Mas Arfan tersenyum dengan wajah tenang. Kami baru saja selesai makan malam di rumah Emily. Makan malam yang nyaris tak dapat kutelan karena gelisah mengingat suamiku tak ada disini. Terlebih, aku harus satu meja dengan Bang Arga dan Riana. Meski Mama dan juga Emily ada didekatku, aku masih juga tak bisa membuang rasa canggung itu. Aku masih sering teringat bagaimana dulu Bang Arga begitu menyayangiku. Belum lagi mata Riana yang terus memperhatikan walau sembunyi-sembunyi. Tapi setidaknya aku sedikit lega, Riana tak seketus itu lagi. Entah apa yang Emily katakan padanya."Aditya melakukan sebuah pekerjaan rahasia Winda. Maaf, aku tak bisa memberi tahukan-nya padamu."Aku terdiam. Tugas rahasia. Aku tahu bahwa Mas Adit adalah orang kepercayaan Mas Arfan. Mereka telah bersama bahkan jauh sebelum aku dan Emily mengenalnya. Dan tentu saja a

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 61

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBAB 7PoV EMILYKami duduk di bangku taman belakang rumah sakit. Dimana beberapa buah bangku kayu dipasang permanen di atas semen-semen yang di cat warna warni. Pohon-pohon akasia yang rindang dan meneduhkan taman belakang ini adalah salah satu tempat favorit para perawat untuk mengawasi pasien. Pada jam-jam tertentu, mereka akan dibawa ke sini, berinteraksi dengan sesama pasien, meski lebih sering berakhir dengan kekacauan. Aku bergidik membayangkannya. Ah, betapa menyedihkannya hidup ketika sebagian kewarasan telah terenggut darimu."Kamu kesini sendirian?"Winda mengusap matanya yang basah, lalu mengangguk. Setelah banyak peristiwa menyedihkan terjadi dalam hidupnya, Winda yang dulu periang, perlahan berubah menjadi Winda yang pendiam dan dewasa. Jujur saja, aku merindukan dia yang dulu, yang sering membuatku jengkel, tapi juga kadang membuatku tertawa. Hidup memang serumit itu."Aku nggak bisa tidur dengan tenang, Em. Kamu p

DMCA.com Protection Status