Share

Bab 25B

Mama langsung sibuk memasak, dan sebelum jam dua belas, kami bertiga sudah duduk menghadapi meja makan. Bang Arga menolak bergabung, sejak pulang tadi bahkan dia tak lagi keluar kamar. Kurasa Bang Arga terpukul oleh keadaan Winda tadi. Sementara Mama, selalu makan siang jam satu.

"Mamamu pinter masak, ini enak banget." Raya mencoel lagi gurame asam manis dan memindahkannya ke piringnya sendiri."

"Ah, kamu mah semua makanan enak. Nggak ada yang nggak enak." Riana menertawainya

"Itu namanya aku pandai bersyukur." Ujarnya cuek. Aku tersenyum melihat mereka makan dengan lahap. Kata Riana, Raya anak kost. Jadi wajar saja dia jarang ketemu makanan enak. Aku memandangi mereka berdua yang entah sejak kapan tampak akrab. Ah, seandainya aku jatuh cinta pada orang biasa saja, bukan bos yang memegang dan mengendalikan perusahaan sebesar itu, bukak keluarga Sultan yang banyak aturan, tentu rasanya akan lebih menenangkan. Tapi, bisakah aku memilih akan jatuh cinta pada siapa?

Pak Arfan, apakah dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status