Mama langsung sibuk memasak, dan sebelum jam dua belas, kami bertiga sudah duduk menghadapi meja makan. Bang Arga menolak bergabung, sejak pulang tadi bahkan dia tak lagi keluar kamar. Kurasa Bang Arga terpukul oleh keadaan Winda tadi. Sementara Mama, selalu makan siang jam satu."Mamamu pinter masak, ini enak banget." Raya mencoel lagi gurame asam manis dan memindahkannya ke piringnya sendiri.""Ah, kamu mah semua makanan enak. Nggak ada yang nggak enak." Riana menertawainya"Itu namanya aku pandai bersyukur." Ujarnya cuek. Aku tersenyum melihat mereka makan dengan lahap. Kata Riana, Raya anak kost. Jadi wajar saja dia jarang ketemu makanan enak. Aku memandangi mereka berdua yang entah sejak kapan tampak akrab. Ah, seandainya aku jatuh cinta pada orang biasa saja, bukan bos yang memegang dan mengendalikan perusahaan sebesar itu, bukak keluarga Sultan yang banyak aturan, tentu rasanya akan lebih menenangkan. Tapi, bisakah aku memilih akan jatuh cinta pada siapa?Pak Arfan, apakah dia
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 26"Selamat pagi, Pak. Saya datang untuk mengajukan surat pengunduran diri. Semua tugas dan laporan keuangan terakhir sampai tiga hari yang lalu sudah selesai dan ada di file komputer di meja saya, Pak. Nanti akan saya minta Riana mengirimkannya ke email Bapak.""Emily…"Aku meletakkan amplop itu di atas meja, berusaha tak memandang matanya. Aku takut, jika dia melihat mataku, maka cinta itu akan terlihat jelas. Sungguh memalukannya. Dia hanya menganggapku pacar pura-pura, tapi aku menganggapnya serius. Dia memang pernah membuat hatiku berbunga-bunga, tapi itu ternyata hanya bagian dari akting saja. Buktinya, setelah malam itu berlalu, dia pergi begitu saja usai mengucapkan kalimat yang terus membuatku galau hingga tak nafsu makan berhari-hari lamanya. Oh, sungguh tak adil. Dia mempermainkan perasaanku. Tapi apa yang bisa ku lakukan? "Saya berterima kasih telah diberi kesempatan bergabung bersama perusahaan Bapak. Semoga kedepannya, PT. Nada Pratama semakin m
Aku melangkah dengan ringan, keluar dari kantor usai berpamitan pada semua orang yang ada di ruangan. Riana dengan lebaynya menangis tersedu-sedu padahal pintu rumahku terbuka dua puluh empat jam untuknya."Yah, tega kamu Em. Nggak ada yang seger-seger lagi dong." Seru Pak Amir, kepala lapangan yang kebetulan belum tugas luar hari ini.Aku tertawa, menunjuk Riana."Ada Riana. Dibawah juga ada Mbak Astri.""Ah, mereka berdua itu judes dan galak."Riana menjulurkan lidah. Dia menggamit tanganku, ikut mengantarku ke lantai bawah. Aku tahu, Diam-diam, Raya mengikuti kami dari belakang. Di bawah, aku berpamitan pada Mbak Astri dan dua orang OB yang menunggu begitu berita bahwa aku resign tersebar. Ada rasa sedih meninggalkan tempat ini. Para karyawan disini sudah seperti keluarga sendiri."Emi, kenapa sih kamu resign? Nggak betah ya disini?"Aku menggeleng. Sebelum sempat menjawab, Riana sudah mendahuluiku."Emi mau dipingit. Dia sebentar lagi nikah?"Dua pasang mata terbelalak. Astri dan
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 27Ya Allah, apakah yang kulakukan selama ini salah? Aku hanya fokus pada Winda yang terus membuatku jengkel. Winda yang selalu meniru dan merebut barang-barang milikku. Aku tak mau berusaha mengenalnya lebih dekat. Aku tak ingin bertanya alasan dia melakukan semua itu.Berdiri di belakangnya, aku menatap rambut hitam lurusnya, yang entah kapan sudah dia potong juga persis seperti model rambutku. Warnanya kecoklatan, berkilau tertimpa cahaya matahari yang masuk dari sela daun-daun. Taman belakang rumah sakit adalah pohon-pohon yang rimbun. Mangga, rambutan, dan beberapa barang jambu air. Tempat ini teduh dan sejuk. Menatapnya seperti ini, aku seperti memandang diriku sendiri.Winda menunduk, meletakkan semut itu di atas rumput, menatap hewan kecil itu berlari. Dia tersenyum."Jangan lupa kasih tahu rajamu ya semut!"Oh Tuhan, jika disini terus, Winda bisa benar-benar gila. Bagaimana Sang Mama bisa tega melakukan ini padanya?Winda berdiri, lalu tanpa sengaja m
Toko Mama selalu ramai, pengunjung datang silih berganti. Dua orang kasir, dan lima pelayan di setiap gerai. Dan puluhan lagi yang bekerja di tempat produksinya, di sebuah rumah besar di belakang toko utama. Sungguh luar biasa Mama mengendalikan ini semua, kadang hanya melalui telepon saja. Mencari orang yang loyal dan bisa dipercaya itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. "Mamamu bos yang baik. Kami sejahtera disini, tak ada alasan untuk curang."Mbak Rani, kepala toko cabang utama menerimaku dengan senang hati."Saya sering bertanya pada Bu Indah, kapan Mbak Emily akan terjun langsung. Saya pikir, Mbak nggak berminat mengelola usaha ini."Aku meringis, mengingat alasanku ada disini adalah karena aku menghindari dia. Aku tak mau bertemu dengan Pak Arfan setiap hari, lalu cinta yang sudah teramat dalam itu membuatku terperosok makin dalam."Saya juga mungkin tak bisa setiap hari datang, Mbak. Tapi saya minta bimbingan dari Mbak Rani. Saya belum tahu seluk beluk bisnis kue. Tahu
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 28"Tolong keluarkan dia dari sana, Mas. Winda nggak bersalah." Sungguh, rasanya agak geli memanggilnya Mas. Tapi sepertinya aku memang harus membiasakan diri. Dan aku juga akhirnya terpaksa menarik sendiri kata-kataku. Tadinya, aku tak ingin bertemu dengannya dulu. Tapi aku tak punya orang lain yang bisa kumintai tolong.Di hadapanku, Mas Arfan tampak terkejut."Maksudmu?""Bukan Winda pelakunya. Aku yakin sekali. Tolong, cari pelaku sesungguhnya supaya Winda bisa keluar dari sana. Aku… aku nggak tega melihatnya.""Kenapa kau bisa yakin sekali, Em. Lelaki itu yang mengatakan kalau Winda yang menyuruhnya. Dan ketika aku kesana, Winda mengakuinya.""Tapi kenapa di hadapanku dan Bang Arga, dia menolak? Dan kemarin, aku ke RSJ. Ada Mamanya disana."Aku lalu menceritakan apa yang kudengar dari balik pohon waktu itu. Mas Arfan mendengarkan ceritaku dengan seksama, tak sekalipun menyela."Kasihan Winda. Dia harus menanggung kesalahan yang tak dia lakukan."Mas Arfa
"Emi, ada teman kamu."Suara Mama muncul ketika aku tengah membaca buku di dalam kamar. Malam minggu, tumben sekali langit sangat cerah. Bang Arga baru saja berangkat dengan teman-teman band-nya. Sementara aku tak punya janji dengan siapapun."Teman? Riana ya?""Temannya Riana." Mama cemberut. "Emi, jangan memberi harapan pada lelaki jika kamu masih ingin main-main, Nak."Aku mengerutkan kening."Mantan bos kamu itu serius sekali sama kamu dan Mama mulai menyukainya. Bukan karena dia membelikanmu mobil, tapi dari caranya menjaga dirimu. Dan sekarang, datang cowok lain. Mama nggak suka anak Mama mempermainkan perasaan orang.""Cowok lain siapa sih, Ma?" Aku bangkit dari kasur dangan malas."Yang kemarin itu. Duh, masa anak Mama udah pikun sih? Yang kemarin kesini sama Nana, bawa buah pas kamu sakit.""Oh, Raya.""Ya. Indonesia Raya, atau jalan Raya. Entahlah Mama nggak tahu. Dia kesini itu punya maksud loh, Em. Seorang lelaki mengunjungi gadis di malam minggu. Ayolah cepat kamu keluar
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 29Pov ARFANBukan tanpa alasan aku memilih Adit sebagai orang kepercayaanku. Wajahnya tampan, postur tubuh tegap sempurna, yang sepintas mirip aku. Dia bisa saja menjadi aktor atau model jika mau. Tapi dia tidak mau. Keterikatannya padaku bermula ketika suatu malam, aku menemukan dirinya nyaris mati karena menjadi samsak hidup para berandalan. Rupanya dia punya hutang yang cukup besar dan tak mampu membayar. Aku yang iba, dan juga tak bisa melihat satu orang tak berdaya dikeroyok oleh lima orang berbadan raksasa, menyelematkannya. Hutang sebesar dua ratus juta itu aku lunasi malam itu juga."Kalau nggak main keroyok, saya nggak mungkin babak belur gini, Bang." Ujarnya kemudian ketika kuajak dia ke klinik dua puluh empat jam untuk mengobati luka-lukanya. Dan ketika darah itu telah hilang dari wajahnya, aku terkesima mendapati wajah itu seharusnya berseliweran di layar televisi."Dan kenapa kau bisa berhutang sebanyak itu? Sebaiknya kau beri aku jawaban yang ba
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA (ENDING)musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 15PoV WINDAEnam bulan kemudian"Kak, kenapa sih Mama nggak sayang sama aku? Seperti Mama sayang sama Kakak?""Kata siapa? Mama sayang kok sama kamu.""Tapi Mama dikit-dikit marah. Kalau sama Kakak nggak."Kak Laura tersenyum, mengusap rambutku dengan lembut."Mama cuma lagi nggak enak badan. Kamu tenang aja ya, kan ada Kakak." Ujar Kak Laura sambil tersenyum manis. Dia mengulurkan perahu dari kertas yang baru saja dibuatnya.Aku ikut tersenyum, meraih perahu kertas itu dan berlari ke dalam kolam ikan di belakang rumah. Berdua kami melarungkan perahu itu disana, membuat ombak kecil dengan kedua tangan hingga perahu itu sesekali terombang-ambing. Ah, masa kecil yang indah. Kenapa orang harus menjadi dewasa jika masa kecil sudah membuat bahagia? Padahal dengan menjadi dewasa, ada banyak masalah yang mulai menghampiri."Sayang…"Aku menoleh, segala kenangan tentang masa kecil itu segera lenyap dari benakku. Mas Adit
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa TertinggalBab 14PoV ADITYAKeadaan rumah baik baik saja kecuali satu hal, kunci pintu depan yang dibuka paksa menggunakan sebuah alat. Itu artinya, Winda pergi kesana tidak dengan sukarela. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Winda bisa ada disana bersama si pembunuh? Dan suara Siapakah yang menjerit demikian pilu? Suara itu, seperti seseorang yang tengah merasakan sakit yang luar biasa.Aku memandang wajah istriku dengan gundah, sekaligus kesal karena aku tak tahu apa-apa, persis orang buta. Wajah itu masih pucat pasi saat kuletakkan di atas pembaringan. Tapi setidaknya dia tak menolak semua sentuhanku padanya. Sepanjang subuh hingga pagi itu, Winda tak juga mau melepaskan diri dari pelukanku. Belum pernah aku merasa se bingung ini. Aku tak tahu apa yang telah menimpanya, dan juga apa yang terjadi. Dan suara tembakan itu? Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku percaya Mas Arfan akan melakukan yang terbaik, seperti dia selalu mempercayaiku
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2.SISA RASA TERTINGGAL.Bab 13Lika masih menjerit histeris, aku bisa memperkirakan bertapa kuat tenaga lelaki itu, apalagi dengan sepatu model boot yang keras dan berat menekan paha Lika. Jantungku berdebar sangat kencang. Aku tak sanggup, seandainya harus melihat seseorang disiksa si depan mataku. Lika memang bersalah, tapi bukan seperti ini hukuman yang kuinginkan untuknya. Dan lagi, adakah manusia yang punya hak melakukannya."Ya Allah… jangan! Tolong jangan! Lepaskan dia!"Mendengar suaraku, Lika berhenti menjerit. Dia memandangku sambil berurai air mata sementara si malaikat maut sama sekali tak menoleh. Dengan sebelah tangannya, dia mengulurkan pisau kecil membuka ikatan di kakiku, memutar kursiku dan kembali membuka ikatan di tanganku. Semua itu dia lakukan tanpa melepaskan kakinya dari paha Lika."Pergi Winda. Dan jangan sekali kali lapor polisi. Biarkan aku jadi hakim untuk mereka dan biarkan aku sendiri yang menanggung dosanya."Aku berdiri
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa tertinggalBab 12Dadaku langsung berdebar hebat membaca pesan itu. Aku refleks berdiri, memandang berkeliling. Aku sangat yakin lelaki itu tadinya ada disini. Sang malaikat maut yang telah menyiksa Kak Laura. Kak Laura sekarang tenang karena dia memutuskan pergi. Barulah kusadari arti kalimat Kak Laura selama ini : Dia ada disini! Ya. Setiap kali aku menjenguknya, ada kalanya Kak Laura tiba-tiba seperti melihat sesuatu dan dia ketakutan. Jadi, apakah selama lebih setahun ini, sebenarnya orang itu ada disini?"Ada apa?"Mas Adit memegang lenganku, menyuruhku berhenti. Dia merasakan gerakanku yang gelisah sedari tadi. Aku memberikan ponsel itu padanya. Dia mengamatinya sejenak, mengeluarkan ponselnya sendiri dan entah melakukan apa, mungkin melacak atau mencari tahu identitas si pengirim, entahlah. Ponsel pintarnya sepertinya bisa melakukan apa saja.Mas Adit melangkah sambil merangkul bahuku."Itu artinya, Kak Laura aman disini. Meski un
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 11Sepasang matanya yang dihiasi bulu mata tebal, juga pewarna dengan aksen smoke, memandangku tajam. Kami bertatapan sekian menit lamanya sementara si lelaki ikut mengamatiku. Entah apa yang kulakukan, nekat atau ceroboh, terserah. Aku telah membantunya malam itu, jadi pantaskah dia membalasnya dengan cara menggoda suamiku?"Suamimu tidak pernah menyimpan rahasia dariku. Dan aku jamin, dia tak akan pernah menyakiti hatiku. Jadi berhentilah berbuat bodoh. Silahkan mencari lelaki lain yang mau kau rayu. Tapi bukan suamiku."Lika diam saja mendengar aku memakinya. Aku berbalik dan berjalan dengan cepat menuju taksi online yang masih menunggu. Tiba di rumah, dengan nafas terengah-engah, aku merebahkan diri, teringat pada janin dalam perutku. Aku memejamkan mata. Apakah yang kulakukan tadi salah?Masih kuingat wajahnya yang tanpa ekspresi tadi. Entahlah, aku bukan Emily yang pandai membaca raut wajah orang lain. Aku hanya tahu b
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 10Aku belum pernah merasa marah dan cemburu sehebat ini. Bahkan dengan Bang Arga dulu, aku tak pernah merasa. Hubunganku dengannya terlalu mulus, tanpa sedikitpun gelombang. Bang Arga yang sangat mencintaiku, sama sekali tak pernah membuatku cemburu. Akibatnya, akulah yang sering membuat ulah hanya karena ingin menepis rasa bosan. Salah satunya, dekat dengan Mas Adit yang dulu jelas jelas hanya menggoda.Aku mengusap wajah. Kemarin, aku bahkan masih meragukan cintaku padanya. Tapi hari ini, membaca chat WA dari nomor tak dikenal, yang bahkan sama sekali belum dibaca oleh Mas Adit membuat dadaku berdebar hebat. Aku terbakar oleh amarah dan api cemburu.Tring!Pesan itu masuk lagi. Kali ini sebuah foto. Foto yang sangat vulgar. Dan aku semakin meradang mengetahui siapa yang mengirimkan foto itu.Lika!Dia berpose sensual, memakai baju dengan dua tali di pundak, tipis berenda-renda sehingga aku tahu dia tak memakai apa apa l
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAmusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 9Mas Adit, jika malam ini terjadi sesuatu padaku, aku minta maaf. Entah bagaimana caranya, aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu. Dan sama sekali tak lagi ada keraguan tentang itu.Krieett…Pintu terbuka, sesosok tubuh melangkah masuk, aku memejamkan sambil menjerit dan mengayunkan sapu lidi di tanganku."Aaaaaaaa…!"Bag bug bag bug…"Winda! Berhenti sayang. Ini aku!"Tanganku gemetar, rasanya telingaku kebas, tak mampu mengenali suara yang samar-samar kukenali itu. Kenapa dia memanggilku? Kenapa dia tahu namaku? Dan kenapa dia bahkan tak menghindari semua pukulanku?Tangan itu lalu sigap menangkap sapu lidi yang sudah beberapa kali menghantam tubuhnya, lalu melemparnya ke sembarang arah. Dengan paksa, dia memelukku, menarikku ke arah saklar lampu dan menghidupkan lampu. Seketika terang benderang, dan aku terpana memandang wajah yang telah membuatku menangis semalaman."Mas Adit?""Winda? Kamu kenapa Sayang? Ya Allah… ma
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 Sisa Rasa TertinggalBab 8PoV WINDA"Mas Arfan, Mas Aditya sebenarnya kemana? Sejak sore tadi WA ku ceklis satu."Mas Arfan tersenyum dengan wajah tenang. Kami baru saja selesai makan malam di rumah Emily. Makan malam yang nyaris tak dapat kutelan karena gelisah mengingat suamiku tak ada disini. Terlebih, aku harus satu meja dengan Bang Arga dan Riana. Meski Mama dan juga Emily ada didekatku, aku masih juga tak bisa membuang rasa canggung itu. Aku masih sering teringat bagaimana dulu Bang Arga begitu menyayangiku. Belum lagi mata Riana yang terus memperhatikan walau sembunyi-sembunyi. Tapi setidaknya aku sedikit lega, Riana tak seketus itu lagi. Entah apa yang Emily katakan padanya."Aditya melakukan sebuah pekerjaan rahasia Winda. Maaf, aku tak bisa memberi tahukan-nya padamu."Aku terdiam. Tugas rahasia. Aku tahu bahwa Mas Adit adalah orang kepercayaan Mas Arfan. Mereka telah bersama bahkan jauh sebelum aku dan Emily mengenalnya. Dan tentu saja a
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBAB 7PoV EMILYKami duduk di bangku taman belakang rumah sakit. Dimana beberapa buah bangku kayu dipasang permanen di atas semen-semen yang di cat warna warni. Pohon-pohon akasia yang rindang dan meneduhkan taman belakang ini adalah salah satu tempat favorit para perawat untuk mengawasi pasien. Pada jam-jam tertentu, mereka akan dibawa ke sini, berinteraksi dengan sesama pasien, meski lebih sering berakhir dengan kekacauan. Aku bergidik membayangkannya. Ah, betapa menyedihkannya hidup ketika sebagian kewarasan telah terenggut darimu."Kamu kesini sendirian?"Winda mengusap matanya yang basah, lalu mengangguk. Setelah banyak peristiwa menyedihkan terjadi dalam hidupnya, Winda yang dulu periang, perlahan berubah menjadi Winda yang pendiam dan dewasa. Jujur saja, aku merindukan dia yang dulu, yang sering membuatku jengkel, tapi juga kadang membuatku tertawa. Hidup memang serumit itu."Aku nggak bisa tidur dengan tenang, Em. Kamu p