Share

Panitia Pemilihan CR (4)

Penulis: Rizka hami
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Raina, Radit dan Yasmin sibuk mengobrol, Septian dan Adrian sibuk memilih makanan di menu, sedangkan Tama hanya bisa melihat semua teman seangkatannya yang akan selalu bersama-sama selama 4 tahun kedepan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sementara dia sedang berpikir keras bersama kertas dan pulpen dihadapannya, untuk membagi tugas selama masa residensi, tapi sepertinya semua temannya itu tidak ada yang perduli, batin Tama dalam hati. Belum lagi mereka juga sepertinya tidak ada yang perduli, padahal Mela belum juga datang.

"Ehem!!" Tama berdehem cukup keras, berusaha mendapatkan perhatian semua rekan-rekannya. Dia berhasil, semuanya berhenti dan mengalihkan perhatiannya. 

"Apa Mela sudah ada kabar?" Tanya Tama. Raina orang pertama yang langsung mencibir saat mendengar pertanyaan dari mulut pria yang baru saja dia beri julukan "kanebo kering". 

"Biar gue telpon" ucap Raina, langsung mengajukan diri untuk membantu menelpon, setidaknya bukan Tama yang langsung menghubungi, bisa-bisa Mela kena semprot karena terlambat, pikir Raina. Dia segera menghubungi temannya itu. 

"Mel, dimana?" Tanya Raina. 

"Sori Na, gue telat banget ini. Ban mobil gue kempes, tadi ke tambal ban dulu tapi ini udah deket kok" jelas Mela, memberikan alasan mengapa dia terlambat datang. 

"Oke, hati-hati ya, tenang enggak apa-apa, kita tungguin" balas Raina, dia jadi berubah khawatir mendengar alasan Mela. 

"Kenapa?" Tanya Tama langsung setelah Raina menutup telepon.

"Mela ban mobilnya kempes, makanya ke tambal ban dulu, sabar aja dulu deh, bahaya juga kalau dia minta diburu-buru, lagian katanya tadi udah deket." Jelas Raina. 

"Ini nih, kalau berangkat enggak lebih dulu" balas Tama. Raina hanya bisa mencibir mendengar keluhan dari Tama, benar-benar manusia tidak toleran, batin Raina dalam hati. 

"Mendingan lu pesen makan atau minum gitu? Dari pada ngedumel mulu" balas Raina, memutar bola matanya dengan malas. Sungguh lelaki ini menyebalkan sekali, batin Raina lagi sambil menyerahkan buku menu pada Tama. Yasmin dan Radit hampir tidak dapat menahan tawa mereka, begitu juga Adrian dan Septian yang duduk disamping Tama. 

"Jangan stress gitu Tam, seniornya juga belum nongol" sahut Adrian, mengamini kalimat Tama. Lelaki itu tidak menjawab, dia melirik sebentar ke arah Raina. Dasar gadis ini selalu saja membuat kesal, keluh Tama dalam hati. 

Sesuai janji, Mela datang sekitar 4 menit kemudian. Dia berjalan hampir berlari dengan napas terengah-engah. 

"Sori, sori banget semuanya, gue enggak sadar ban mobil kempes, jadi muter cari tambal ban dulu" ucap Mela dengan napas terengah-engah. 

"Duduk dulu" balas Radit, yang duduk paling dekat dengan posisi Mela berdiri. Dia beranjak dari kursinya, memberikan kursinya pada Mela dan pindah duduk ke samping Tama. Raina menatap dengan wajah terpukau, benar-benar seorang gentleman, beda sekali dengan si kanebo, batin Raina, melirik kesal ke arah Tama.

"Duduk, minum gih. Tadi udah gue pesanin duluan" balas Raina. Memberikan es teh manis yang sengaja dia pesan lebih untuk Mela. 

"Thanks Na, Ur the best" balas Mela, duduk dan meneguk habis es teh itu. 

"Oke, karena semua udah disini.." Tama sudah memulai kalimatnya, padahal Mela baru saja beberapa detik menarik napas setelah selesai menghabiskan teh manisnya. Raina kembali melirik dengan wajah sebal.

"God, please. Laki-laki ini keterlaluan" batin Raina dalam hati. Dia mengangkat tangan kanannya. Tama berhenti berbicara, menatap ke arah Raina. 

"Ya?" Tanya Tama.

"Sabar Tam, Mela baru aja napas," jawab Raina dengan santai. Yang lain tertawa mendengar dan melihat kelakuan Raina. Mela juga menyengir karena senang ada yang membela. 

"Oke, Mela, sudah selesai ambil napasnya? Bisa kita lanjutkan?" Tanya Tama lagi, menahan kedongkolannya. 

"Oh, iya. Maaf, udah kok" balas Mela.

"Oke, bisa dilanjutkan?" Tanya Tama kembali pada Raina. 

"Tentu" balas gadis itu, memasang wajah datar tanpa rasa bersalah. 

"Oke, kalau gitu gue lanjutkan ya, semoga enggak bakal ada interupsi lagi" balas Tama. Kalau ada gangguan lagi, rasamya lelaki itu akan meledakkan amarahnya. Raina mengangguk setuju, menutup rapat mulutnya. 

Tama mulai menjelaskan mengenai masalah pembagian kerja di grup, dia juga menjelaskan apa-apa saja yang dibutuhkan di tahun pertama residensi. Sekolah sebagai residen di tahun pertama tentu akan lebih berat dibanding tahun-tahun berikutnya. Biasanya tugas-tugas akan dibebankan lebih banyak pada residen di tahun pertama. Setelah selesai, dia membuat pembagian tugas kerja per orang, karena kelompok mereka termasuk kelompok dengan jumlah yang cukup sedikit, hanya 7 orang, tentu saja kerjaan akan lebih berat. Sekitar 20 menit lelaki itu menjelaskan semuanya, yang lain hanya manggut-manggut pertanda setuju, sementara Raina mengiyakan saja.

Seorang residen datang setelah Tama selesai menjelaskan. Seorang wanita bertubuh kurus, dengan baju dan kerudung sedikit kusut. Wajahnya tampak mengantuk dan sepertinya dia belum makan seharian. 

"Teh" sapa Tama. Wanita itu mengangguk. Tama langsung menyiapkan kursi dengan sopan. 

"Silakan Teh" ucap Tama sekali, lagi-lagi sangat sopan. Hmmm, pria ini memang selalu sopan dengan orang yang lebih tua atau senior, batin Raina. 

"Thanks. Anyway, sori ya, gue telat ya? Boleh gue pesen minum dulu?" Balas wanita itu. Tama mengiyakan dan memanggil pelayan. Wanita itu segera memesan minuman. Hanya dari raut wajahnya saja, Raina tahu sekali wanita ini kehausan. Dia menyodorkan air mineral dingin yang belum dia buka segelnya. 

"Haus ya Teh? Mau minum ini dulu sebelum pesanan Teteh datang?" Tawar Raina dengan sopan. 

"Oh, thanks banget. Siapa nama kamu?" Tanya wanita itu. 

"Raina Teh." Balas Raina sambil tersenyum.

"Oh iya, gue Devi ya" balas Devi, dia segera membuka segel air minuman dan meneguknya sampai habis. 

"Oke. Kita langsung bahas tugas ya" ucap Devi setelah menghabiskan langsung air mineral itu.

"Gue dan anak-anak semester 5 jadi panitia penanggung jawab acara pemilihan residen. Acaranya memang rutin diadakan setiap tahun. Biasanya sekalian gathering, sekalian kita makan malam bareng dan milih CR berikutnya. Acaranya di rumah senior semester 7. Beliau oke untuk masalah tempat, tapi dekor dan katering urusan kita. Gue minta tolong kalian untuk urusin dua masalah itu. Tapi ada masalah nih, katering yang biasa kita pesan tuh lagi fully booked. Gue telat banget pesan itu katering. Jadi itu dulu deh kalian urusin, kira-kira ada yang tahu katering enak, murah tapi masih bisa pesan makanan untuk sekitar 100 orang? Rencananya kita makannya prasmanan gitu, jadi kateringnya harus sediakan alat makan dan meja kursi" jelas Devi. Raina mengangkat tangannya. 

"Ibu saya usaha katering Teh, kebetulan untuk bulan ini masih bisa terima order. Kalau teteh mau nanti saya kasih teaternya sama paketnya yang mana aja, gimana Teh?" Tanya Raina. Dia langsung merasa senang. Ibu pasti akan bahagia karena dia mencarikan pelanggan baru untuk bisnis Ibunya. 

"Oh ya?" Tanya Devi, wajahnya tersenyum. Dia benar-benar tidak punya waktu banyak untuk ini. Bantuan dari semester 1 tentu akan sangat berarti. 

"Iya Teh. Saya boleh minta email Teteh? Nanti saya email katalog menu nya, kalau tester, gimana Teteh sempat aja" balas Raina lagi. Devi mengangguk setuju. Raina menyodorkan sebuah kertas dan pena kepada Devi, senior semester 5 itu langsung menuliskan alamat emailnya dan menyerahkan kembali kepada Raina. 

"Thanks banget" balas Devi. 

"Nah, untuk masalah dekorasi, enggak perlu yang rumit dan ribet, kalian atur aja ya. Asal jangan norak ya." Lanjut Devi lagi. Perhatiannya terusik karena pelayan datang membawa minuman pesanannya. Wanita itu, tanpa menunggu lama, langsung meneguk sampai habis. Baru beberapa detik ponselnya sudah berbunyi. Dia menjawab sebentar dan langsung menutup ponselnya. 

"Semuanya, sori. Gue mesti balik lagi ke rumah sakit, thanks ya" balas Devi, mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu sambil beranjak dari duduknya. 

"Kembaliannya kalian pakai aja ya" ucap Devi, melambaikan tangannya dan pergi.

"Oke, karena tugas konsumsi sudah dengan sukarela dipegang oleh Raina, berarti untuk dekorasi gue pilih Radit dan Yasmin, untuk transportasi Mela, Septian dan Adrian. Lu sama gue, kita urus masalah konsumsi ya" balas Tama, melirik ke arah Raina. Ternyata wanita ini ada fungsinya juga, batin Tama. Awalnya dia kesal setengah mati, tapi melihat Raina yang memberi ide masalah konsumsi, kekesalan Tama memudar.

"Apa?" Tanya Raina, terkejut dan langsung ingin protes. 

"Ya, acara pemilihan ini lu kerja sama gue, yang lain setuju?" Tanya Tama. Raina spontan melirik Radit. Berharap lelaki itu tidak setuju dan ingin mengerjakan tugas bersama dirinya, atau Yasmin. Lebih menyenangkan bekerja bersama seseorang yang sudah dia kenal. Tapi  harapan Raina pupus sudah, Radit dan Yasmin sudah saling bersalaman dengan wajah sumringah, sepertinya mereka senang karena hanya bekerja di hari H saja, begitu juga dengan ketiga teman lainnya. 

"Lu ada file menu kateringnya? Bisa kirim ke gue juga?" Tanya Tama. Raina hanya bisa menghembuskan napas dengan berat. Mau tidak mau dia harus bekerja sama dengan lelaki kaku yang mirip kanebo kering ini, batin hatinya. 

___________

Sesuai janji, up baru

Ditunggu komentar dan review nya ya

Jangan lupa follow IG saya yang baru ya

rizka_author, jangan IG yang lama ya

Happy reading

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Reno Vera
aq msh ngikutin alur aja thor.. soalnya masih blom ada konflik yg greget antara Raina, Radit dan kanebo kering..eh.. Tama maksudnya..??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Panitia Pemilihan CR (5)

    "Bu, katering masih bisa terima pesanan kan?" Tanya Raina pada Ibu segera setelah sampai ke rumah. Hari ini Radit tidak mengantarkan dirinya pulang, katanya ada keperluan dengan temannya, terpaksa Raina pulang dengan Yasmin sampai di tengah jalan dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan kota karena Yasmin harus menjemput pacarnya. Hal ini membuat hati Raina bertambah kesal."Buat kapan?" Tanya Ibu, sedikit heran, jarang sekali anak gadisnya ini menanyakan masalah usaha kateringnya."Ada acara dua minggu lagi Bu. Acara pemilihan CR, tadi aku tawarin katering Ibu buat konsumsinya, lumayan Bu untuk sekitar 100 porsi" jelas Raina."Dua minggu lagi?" Tanya Ibu ulang. Raina mengangguk."Bisa" jawab Ibu, wajahnya berubah cerah, kateringnya dapat kerjaan lagi, batin ibu senang."Tapi senior minta tester masakan Bu" lanjut Raina lagi."Boleh, mau kapan?" Balas Ibu. Riana menaikkan bahunya tanda tidak tahu, dia harus me

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Pemilihan CR (1)

    "Udah pastiin kan makanan bakal sampe jam 2 teng?" Tanya Tama. Pria itu memegang sebuah kertas checklist khasnya di tangan kiri dan pensil di tangan kanan. Sedari tadi Tama sibuk mengecek satu per satu persiapan yang sudah tertulis rapi di kertasnya itu. Raina tidak menjawab, dia hanya mengangguk."Udah kasih tahu alamat jelasnya? Kemarin kan kita salah jalan tuh, lu udah pastikan mereka enggak salah pilih jalan kan? Kalau salah jalan, bakal ribet dan lama, ini paling penting, enggak boleh sampe terlambat datang" Lanjut Tama lagi. Raina kembali mengangguk, mengiyakan. Tentu saja dia sudah memastikan para karyawan katering ibu tahu jalan menuju rumah senior mereka itu. Itu hal pertama yang Raina pastikan, setelah memastikan menu yang mereka pesan."Udah pastikan juga kan tempat untuk makanan prasmanannya? Meja prasmanan lumayan gede, belum lagi side dish-nya juga lumayan banyak kan? Semuanya udah cocok tempatnya? Jangan sampai malah enggak cukup, lu tahu kan,

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Pemilihan CR (2)

    "Loh, kok kita kesini Yas?" Tanya Raina, terkejut melihat ternyata Yasmin malah mengajak dirinya ke tempat pemilihan CR besok, bukannya mengajak makan. Kalau seperti ini, tentu saja dia akan bertemu si kanebo kering lagi, batin Raina, tidak suka. Yasmin tidak pergi ke tempat yang dia inginkan."Loh, kok malah kaget sih?" Yasmin bertanya balik kepada Raina. Jelas-jelas dia tidak memberikan janji pada Raina."Bukannya kita mau makan?" Tanya Raina, mulai merengut karena merasa sahabatnya ini membohongi dirinya."Emang gue bilang gitu?" Balas Yasmin sambil tertawa. Memang sahabatnya ini mudah sekali tertipu."Enggak sih, tapi.., bukannya pas gue bilang makan, elu iya aja" balas Raina lagi, wajahnya semakin cemberut."Aduh, nona besar.. Kan gue mesti anterin banner ini dulu buat acara besok, masa gue langsung temenin makan, ini lebih penting" jelas Yasmin. Tangannya menunjukkan ke arah gulungan berwarna putih yang dia letakkan d

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Pemilihan CR (3)

    Tepat pukul 2 siang, makanan dari katering Ibu Raina datang. Seluruh angkatan Raina juga sudah berkumpul, kecuali yang bertugas di bagian transportasi, beberapa senior meminta untuk dijemput. Merepotkan sekali sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, mereka adalah residen paling junior, sama sekali tidak bisa menolak. Raina sudah mulai mengatur tempat bersama Yasmin, Tama dan Radit juga ikut membantu. Saat katering datang, mereka berempat bahkan lebih sibuk. Beruntung, hari ini Tama sangat penurut, tidak ada kegaduhan atau adu pendapat antara Tama dan Raina. Semua berlangsung tenang. "Tumben Tom and Jerry rukun" goda Yasmin pada Raina. "Jelas aja rukun, dia takut gue nekat. Kalau macem-macem, gue tinggalin aja," balas Raina dengan wajah tenang. Dia yakin Tama pasti panik dan kebakaran jenggot kalau dia tinggalkan hari ini. Lelaki itu tidak mungkin mengurus semua kegiatan hari ini sendirian tanpa

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Pemilihan CR (4)

    Setelah keributan "memperebutkan" Tama saat pembagian surat suara. Kali ini para fans baru Tama itu kembali "ribut" saat mulai mengumpulkan surat suara. "Tama, sini Tama!" Teriak senior perempuan di sudut ruangan. Rekannya ikut bersahut-sahutan memanggil nama Tama. Raina hanya bisa menahan tawanya. Dia melirik wajah Tama sekilas. Wajah lelaki itu masam sekali dan memaksakan senyumnya. Tanpa bertanya pun Raina sudah bisa memprediksi suasana hati Tama. "Yas, lihat tuh!" Bisik Raina, menyenggol lengan Yasmin sambil menunjuk ke arah Tama dan fansnya. "Bantuin Na" balas Yasmin, dia sendiri sedang sibuk mempersiapkan media untuk penghitungan suara nanti, sedangkan Raina sudah selesai membagikan dan mengambil surat suara sedari tadi. "Ogah ah. Pada kepengennya sama si kanebo" balas Ra

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Bohong

    "Lama banget sih?" Kalimat itu langsung diucapkan oleh Irna saat melihat sosok Radit datang. Wajah gadis itu cemberut. Dia sudah menunggu kekasihnya itu selama 1 jam lebih. Tentu saja dia kesal setengah mati. Hari ini Irna sudah berdandan cantik demi pergi kencan dengan kekasihnya. Dalam bayangannya hari ini dia akan menghabiskan malam romantis bersama Radit. Tapi, siapa yang bisa menyangka akhirnya lain. Satu jam menunggu dia merasa riasannya bahkan sepertinya sudah luntur, ditambah wajah masam karena kekesalan hatinya. Selamat tinggal kencan romantis, Irna bersyukur kalau hari ini tidak ada pertengkaran. "Maaf ya Sayang. Kan aku udah bilang kalau tadi antar senior dulu" balas Radit. Tersenyum selebar mungkin. Lelaki itu merasa sangat bersalah karena berbohong pada Irna hari ini. Apalagi dia bersama dengan Raina sebelumnya. "Tapi ini udah satu jam aku tung

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Perhatian

    Di tempat lain, Raina baru saja turun dari angkutan kota. Hari sedikit mendung, langit kota Bandung semakin menggelap. Raina berjalan lebih cepat, takut hujan akan turun sebelum dia sampai di rumah karena dia tidak membawa payung apalagi jas hujan. Sebuah bunyi klakson dari arah samping mengagetkan dirinya. "Astaga!" Pekik Raina, nyaris terpeleset karena saking terkejutnya. Nyaris saja Raina akan mengumpat, mengeluarkan semua sumpah serapah si pengemudi mobil yang membunyikan klakson itu, beruntung pengemudi itu langsung turun, dan membuat Raina tambah terkejut saat melihat sosoknya. "Tama?" Sapa Raina saat menyadari ternyata pengemudi mobil itu adalah Tama. Lelaki itu berjalan mendekati Raina. Seperti biasanya, ekspresinya tetap datar, seolah-olah dia tidak bersalah. "Sori, gue buat kaget ya?" Tanya Tama, nada suaranya dan raut wajahnya terlihat tidak tulus meminta maaf.&nb

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Teman Kos (1)

    Raina baru saja terbangun subuh ini. Dia meregangkan seluruh sendi di tubuhnya. Terasa pegal dan lelah sekali. Seharian bekerja mengurusi acara pemilihan CR, ditambah kehujanan sedikit semalam, membuat tidurnya lelap sekali. Gadis itu mengambil ponselnya yang dia lempar sembarangan semalam. Hari ini dia berencana untuk melihat tempat kos yang letaknya di dekat rumah sakit. Raina sengaja menyewa tempat kos, karena jarak rumahnya dengan rumah sakit tempat dia belajar nanti cukup jauh. Akan sulit bila ada keperluan mendadak nanti. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, telepon masuk dari Yasmin. "Halo" sapa Raina cepat. Suaranya masih serak khas orang bangun pagi. "Udah bangun lu? Hari ini jadi kita lihat kos-kosan?" Tanya Yasmin, menyadari Raina yang baru bangun tidur. "Em" balas Raina, matanya masih setengah terpejam. Badannya yang pegal memintanya untuk kembali bangun

Bab terbaru

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Sebagai Pelampiasan

    "Hmmm, pemandangan yang indah, film yang bagus, makanan yang enak dan teman yang menyenangkan. Ini malam minggu terbaik" celetuk Radit, mengalihkan pandangannya kepada Raina."Eh?" Raina bergumam tanpa sadar. Tapi dia segera menutup mulut nakalnya."Ya, rasanya kita bisa malam mingguan lagi kapan-kapan" balas Radit."Malam mingguan lagi?" Tanya Raina ulang. Jantungnya berdetak cepat. Apa ini berarti Radit mengajaknya berkencan lagi? Ingin rasanya Raina menari saking girangnya."Ya, mungkin lain kali kita bisa nonton lagi.." balas Radit, sedikit menggantungkan kalimatnya. Radit menyadari wajah terkejut dari Raina. Apa gadis ini menjadi sedikit salah mengerti mendengar dia menyebutkan kalimat tadi, pikir Radit."Sekalian mengajak Yasmin, Tama dan teman angkatan kita lainnya" Radit cepat-cepat melanjutkan kalimatnya. Khawatir Raina semakin salah sangka.&nbs

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan (3)

    "Akhirnya tenang juga" ucap Raina, menarik napas dalam-dalam sambil menutup mata. Mereka saat ini sedang berada di gedung bioskop dan sedang mengantre memesan tiket nonton. Bioskop memang ramai, tapi tidak berdesakan seperti kafe tempat makan mereka sebelumnya. Raina merasa jauh lebih lega. "Kafe tadi terlalu berisik ya?" tanya Radit, dia baru sadar kalau Raina merasa tidak nyaman sebelumnya, sedikit merasa bersalah karena dia yang memaksa untuk makan disana, padahal jelas-jelas kafe tadi padat pengunjung. "Oh, enggak, hanya. Emm, sedikit penuh saja, kita enggak bisa ngobrol enak" balas Raina langsung, khawatir Radit merasa tidak enak hati. Bukan masalah kafe tadi penuh dan sesak oleh pengunjung, tapi letak masalahnya ada pada Rian dan Mischa. "Masih lama waktu nonton, mau minum kopi? Atau makan makanan kecil lain sebelum nonton?" tawar Radit. Rasa bersalah membuat dia menawari Raina untuk ke tempat lain

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan (2)

    "Makan disini enggak apa-apa?" Tanya Radit. Mereka saat ini masuk di sebuah kafe yang berada di dalam mall. Kafe itu memang terlihat padat pengunjung. Wajar saja karena kota Bandung di akhir pekan tidak mungkin tidak ramai. Selain itu, kafe ini juga sedang naik daun di media sosial. Raina sedikit mengernyitkan keningnya, sedikit tidak setuju karena terlalu ramai. Raina tidak terlalu penyuka keramaian. Dia lebih suka suasana yang sepi, karena dia bisa makan dan mengobrol dengan tenang. Apalagi ini kali pertama dia bisa berduaan dengan Radit, Raina ingin suasana yang tenang, tidak riuh seperti ini. "Kalau enggak mau juga enggak apa, kita cari lagi tempat lain" balas Radit setelah melihat wajah enggan dari Raina. "Enggak apa-apa, disini aja Dit" tolak Raina cepat. Dia melirik wajah Radit dan melihat kalau lelaki itu sepertinya ingin sekali makan di tempat ini. Walaupun

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan

    Akhir pekan akhirnya datang. Kata orang hari-hari di akhir pekan adalah siksaan untuk orang yang baru saja putus. Radit baru tahu rasanya sekarang. Sabtu ini dia tidak punya janji apapun dengan siapapun. "Hah, membosankan sekali" gumam Radit. Sepanjang pagi dia hanya menyetel televisi dan menonton dengan pikiran kosong. Dia mengambil ponselnya dan mulai melihat-lihat film apa yang sedang diputar minggu ini di bioskop. "Apa ajak jalan anak kosan ya?" Radit mulai menemukan ide di kepalanya saat melihat film action yang terlihat cukup seru sudah tayang mulai minggu ini. Radit segera melihat jadwal jaga, baik Yasmin, Tama maupun Raina tidak ada yang jaga hari ini. Lelaki itu segera keluar dari kamar untuk mencari teman kosnya. Saat baru menuruni tangga, Radit bertemu dengan Raina. Gadis itu berjalan ke arah kulkas yang terletak di dapur kos dengan mata setengah terpejam, rambut berantakan dan dia mas

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (4)

    "Apa Kakak enggak kangen sama aku? Setelah putus Kakak sama sekali enggak pernah hubungi aku," keluh Irna. Dia merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Radit padanya setelah putus. Irna pikir Radit akan mengejar-ngejar dirinya setelah dia meminta putus, tapi kenyataannya justru Radit malah mendiamkan dirinya dan sama sekali tidak pernah menghubungi dirinya. "Aku rasa, kita butuh momen untuk sama-sama sendiri, supaya kita bisa pikirkan bagaimana hubungan kita selama ini" balas Radit. Dia masih sangat menyukai Irna, tapi kembali menjadi kekasih Irna masih sedikit sulit bagi Radit. Lelaki itu masih butuh waktu untuk memikirkan hubungan mereka yang dia rasa mulai tidak sehat. "Aku kangen Kakak" ucap Irna tiba-tiba. Dia merasa harus jujur tentang hal ini. "Rindu?" ucap Radit dalam hati, dia cukup terkejut dengan kejujuran Irna. Detak jantung Radit menjadi cepat saat mendengar ucapan mantan kek

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (3)

    Entah Raina harus bahagia atau justru waspada dengan keadaan yang saat ini dia hadapi, yang pasti selama Radit putus dari kekasihnya, lelaki itu selalu menempel pada Raina, dimana pun dan kapan pun. Tidak terasa sudah dua minggu Radit putus dari Irna. Dalam hati Radit merasa sangat nyaman, tidak ada lagi yang mengatur dengan kejam semua kehidupannya. Dia bisa menjalani kehidupan residensi dengan nyaman. Semakin hari keduanya semakin lengket, dimana ada Raina pasti ada Radit disana. "Na, selesai dari rumah sakit, kita makan dulu ya sebelum pulang ke kos" ajak Radit disela-sela acara ilmiah. "Em" balas Raina langsung mengiyakan tanpa pikir panjang, dia bahkan lupa kalau hari ini orang tuanya datang untuk melihat kamar kosnya. Sudah dua minggu Raina belum juga mengizinkan ayah ibunya untuk datang. "Oke!" balas Raina dengan bersemangat sambil mengacungkan jempolnya. Dia selalu senang setiap diajak makan

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (2)

    (3 menit sebelumnya) "Gue jawab telepon dulu ya, agak berisik disini" ucap Radit, beranjak pergi menuju sudut di luar bioskop. "Gue jawab telepon dulu ya, agak berisik disini" ucap Radit berdiri, dia tidak bisa menjawab telepon Irna di tengah suasana gaduh begini. Pasti kekasihnya itu akan bertambah kesal. "Jangan lama-lama, bentar lagi teaternya mau buka" balas Raina, mengingatkan. Radit mengangguj sambil melambaikan tangannya. "Ada yang mau beli minum?" Tanya Yasmin, Raina langsung mengiyakan. "Gue enggak, enggak seru nonton sambil makan minum, terlalu mengganggu" balas Tama, menggeleng. Dia lebih suka menikmati film tanpa gangguan makan dan minum. Sayang sekali kal

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (1)

    "Oke, Raina ikut juga" ucap Radit. "Oh, oke" balas Yasmin, melirik Raina sambil tersenyum geli. Bukan Yasmin namanya kalau tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang paling drama itu."Oke, Raina ikut juga" ucap Radit. "Oh, oke" balas Yasmin, melirik Raina sambil tersenyum geli. Bukan Yasmin namanya kalau tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang paling drama itu. Beberapa detik kemudian Tama terlihat menuruni tangga. Raina yang pertama menyadari, dia langsung melirik kesal ke arah Tama. "Buat apa si kanebo kering itu ikut-ikutan?" Batin Raina dalam hati.

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Menumpang (3)

    "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin. "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin. Yasmin teringat cerita Radit beberapa hari terakhir. Radit cukup nyaman untuk berkeluh kesah dengan Yasmin, mungkin karena Radit tahu Yasmin punya hubungan serius dengan kekasih Yasmin dan gaya berpacaran Yasmin dan kekasihnya dewasa sekali. Radit mengagumi itu, berbeda dengan gaya pacaran dirinya dan Irna. Kekasihnya masih manja, seenaknya dan jauh dari kata dewasa. Setiap hari selalu ada saja bahan untuk bertengkar. Radit kadang merasa lelah sendiri menghadapi sikap kekanakan dari Irna.

DMCA.com Protection Status