Di luar ruangannya, berdiri Liana yang tengah menunggunya. Matanya bertemu dengan Victor sesaat, namun ekspresi pria itu tetap dingin. Tanpa banyak basa-basi, ia melontarkan perintah tegas. "Aku ingin bicara. Masuklah ke ruanganku," ucapnya, suaranya terdengar datar namun penuh wibawa. Ia hanya me
Liana merasa seluruh tubuhnya bergetar. Ia mengalihkan pandangan dari layar, menatap Victor yang kini memandangnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Matanya tetap dingin. "Jawab pertanyaanku, mengapa kau berani menyentuh barang pribadiku?" desak Victor dengan suara rendah yang sarat dengan kemara
*** Takdir Tuhan memang penuh misteri, tak seorang pun mampu menebaknya. Ia datang seperti gelombang pasang, sering kali mengejutkan dan tak jarang membawa cerita yang jauh dari dugaan. Begitu pula kisah hidup seorang Victor Marson, pria yang pernah menjadi simbol kebengisan, kejahatan, dan kehampa
Dalam tiga bulan terakhir, mereka mempersiapkan segala sesuatu dengan hati-hati untuk momen istimewa ini. Mary, meski sering dihantui keraguan, tidak dapat menahan rasa haru setiap kali melihat Victor begitu antusias mengurus detail-detail kecil untuk hari besar mereka. Sang pria, yang dulu sering
Di sudut ruangan, Chiara, Lucy, dan Moretti menatap haru. Terutama Chiara, yang sangat memahami bagaimana perasaan Mary. “Sudah, jangan bersedih lagi. Ini adalah hari besarmu bersama Victor. Kamu harus tersenyum dan bahagia,” kata Jihan sambil mengurai pelukannya. Ia menatap sahabatnya dengan senyu
Keluarga Hilton, menjadi yang pertama maju untuk memberikan ucapan selamat serta doa untuk keduanya. Kehangatan semakin terasa ketika keluarga besar Alexander's maju. Keluarga ini datang khusus untuk Mary karena kedekatan wanita dengan Jihan, menantu mereka. Di tengah suasana hangat pesta, berdiri
*** Malam itu adalah malam yang istimewa bagi Victor dan Mary. Setelah pesta pernikahan yang penuh kebahagiaan dan tawa, keluarga besar kembali ke hotel tempat mereka menginap, membawa cerita dan kenangan dari hari yang tak terlupakan itu. Namun, yang pulang bersama Victor dan Mary ke rumah merek
Victor mendesah panjang, berusaha menahan ekspresi datar di wajahnya meskipun Mary jelas sedang bersenang-senang di atas kekikukannya. Lagian, ajakannya itu terdengar kaku sekali, bukan? Padahal sebenarnya mudah saja. Mary sudah di depan mata dan tinggal diseret ke ranjang, di kungkung lalu dihujam
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing