Para bodyguard sontak saling melirik, penuh tanda tanya. "Baik, Tuan," sahut mereka serentak dan segera bergegas menuju mobil. Mereka pun meninggalkan rumah menuju markas bersama bos mereka. *** Begitu Victor tiba di markas, para anak buahnya yang berada di sana terkejut melihat kehadirannya. Nam
Victor merendahkan tubuhnya, berjongkok di samping tubuh bodyguard yang terkapar lemah dan tak berdaya. Matanya menatap tajam ke pria itu. "Jadi, kau menginginkan wanitaku?" tanyanya, suaranya seperti bisikan penuh kebencian. Victor menggenggam pisau yang masih tertancap di dada bodyguard itu. Tanp
*** Mary menggeliat di tempat tidur, menggerakkan tubuhnya dengan kedua mata yang masih tertutup rapat. Sebelah tangannya meraba-raba kasur di sampingnya. Tiba-tiba, keningnya berkerut, matanya terbuka lebar, dan ia langsung menoleh ke samping kanan. Kosong. "Ke mana Victor?" Pertanyaan itu seaka
"Terus, penyusupnya tertangkap dan kamu bunuh dia?" tanya Mary, seakan belum puas dengan penjelasan Victor. "Penyusupnya kabur dan dia melukai anak buahku. Lalu aku membawanya ke rumah sakit karena tangannya terluka dan mengeluarkan banyak darah. Darah di bajuku adalah darah dari tangannya yang ter
*** Tangan Victor dengan cekatan membuka simpulan jubah tidur Mary, lalu melepaskan kain tersebut dari tubuh moleknya, disusul oleh gaun tidur, dan kini semua kain itu berserakan di lantai. Yang tersisa sekarang hanyalah celana dalamnya karena Mary tidak memakai bra. Sejenak Victor menjauhkan waja
"Ughhh... sayang! Aahhh... ahhhhh... ahhhh!" Mary meremas sprei di bawah tubuhnya dengan sebelah tangan, sementara tangan yang satunya memegang perutnya yang terasa berguncang akibat gerakan liar Victor. "Arghhh, shit! Sshhh, ohhh Baby!" Victor menghentakkan pinggulnya berulang kali sambil mengeran
*** Pagi ini suasana tampak berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Mary, yang biasanya selalu tersenyum saat melayani Victor di walk-in closet, kini tampak kurang ceria. Ia hanya berbicara sedikit dan tersenyum jarang sekali. Di sisi lain, Victor menduga perubahan sikap Mary disebabkan oleh kejadian s
“Dia di markas karena aku memintanya untuk bertugas di sana setelah semalam kedapatan ada penyusup,” jawab Victor dengan terpaksa berbohong, karena dia tidak mungkin menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Mary— bahwa pria itu bukan sedang bertugas melainkan sudah di neraka. Mary mengangguk pe
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing