*** Tangan Victor dengan cekatan membuka simpulan jubah tidur Mary, lalu melepaskan kain tersebut dari tubuh moleknya, disusul oleh gaun tidur, dan kini semua kain itu berserakan di lantai. Yang tersisa sekarang hanyalah celana dalamnya karena Mary tidak memakai bra. Sejenak Victor menjauhkan waja
"Ughhh... sayang! Aahhh... ahhhhh... ahhhh!" Mary meremas sprei di bawah tubuhnya dengan sebelah tangan, sementara tangan yang satunya memegang perutnya yang terasa berguncang akibat gerakan liar Victor. "Arghhh, shit! Sshhh, ohhh Baby!" Victor menghentakkan pinggulnya berulang kali sambil mengeran
*** Pagi ini suasana tampak berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Mary, yang biasanya selalu tersenyum saat melayani Victor di walk-in closet, kini tampak kurang ceria. Ia hanya berbicara sedikit dan tersenyum jarang sekali. Di sisi lain, Victor menduga perubahan sikap Mary disebabkan oleh kejadian s
“Dia di markas karena aku memintanya untuk bertugas di sana setelah semalam kedapatan ada penyusup,” jawab Victor dengan terpaksa berbohong, karena dia tidak mungkin menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Mary— bahwa pria itu bukan sedang bertugas melainkan sudah di neraka. Mary mengangguk pe
Mereka menyambut Mary dengan ramah, membuatnya merasa nyaman dan diterima. Mary merasa senang bisa terhubung dengan mereka, tertawa bersama, dan belajar banyak dari cerita-cerita menarik yang mereka bagikan. “Mary, jangan lupa undang kami nanti di pernikahanmu ya,” ujar salah satu wanita yang sebay
*** Beberapa minggu kemudian... Di ruang kerjanya, Victor duduk dengan malas, menyandarkan punggung pada sandaran kursinya. Penampilannya sedikit berantakan; dasinya miring, dan rambutnya acak-acakan. Hari ini dia sangat lelah. Selain pekerjaan yang menumpuk di kantor, dia juga harus menghadiri b
"Kata siapa Anda tidak berhak? Makanya tadi saya sarankan agar Anda bicara dengan Tuan Victor, Nona. Kemarin ‘kan Tuan Victor bertanya dulu pada Anda, apakah Anda keberatan atau tidak kalau Nona Alea akan tinggal di sini. Itu artinya Tuan Victor menghargai Anda dan menganggap bahwa Anda juga berhak,
*** Victor melangkah dengan penuh semangat menuju teras, membawa bunga lili putih, bunga kesukaan Mary. Ia berhenti tepat di hadapan wanita cantik itu yang sedang menatapnya dengan lembut. "Untukmu," katanya sambil menyerahkan bunga lili putih itu kepada Mary. Mary menerima bunga tersebut dengan
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing