*** Setelah cumbuan singkat tadi, Victor melanjutkan persiapannya dengan bantuan Mary. Seperti biasa, setiap hari Victor pergi ke kantor, kecuali pada akhir pekan— meskipun kadang-kadang ia masih tetap bekerja. Entah itu di ruang kerjanya yang berada di rumah atau pergi ke markas— meskipun hanya
Inilah sebabnya dia memutuskan untuk memperketat pengawasan di sekitar rumah, menempatkan orang-orang terpercayanya—mereka yang dia tahu akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk melindungi apa yang paling berharga baginya. Victor menarik pandangannya dari para bodyguard—ia menoleh, memper
*** Victor menatap kosong ke tumpukan berkas di meja kerjanya, pikirannya terus berputar mencari jalan keluar dari masalah yang semakin hari semakin menjerat. Keputusan besar menantinya, dan waktu terus berdetak, menambah beban di pundaknya. Pembatalan pengiriman besar kemarin telah mengguncang po
Aldrich terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis, menunjukkan bahwa ia menikmati permainan ini. "Kau benar, kami menguasai pasar internasional dengan barang-barang seperti itu. Kami bisa memastikan bahwa setiap kirimanmu tidak akan terganggu oleh pihak berwajib atau pesaing. Kami memiliki jalur yang am
Mary lalu beranjak meninggalkan Lucy di ruang TV. Ia melangkah ringan menuju pintu depan. Setibanya di sana, ia berhenti sejenak di teras, memperhatikan para bodyguard yang selalu siaga. Ketika melihat kehadirannya, mereka semua langsung mengalihkan pandangan ke arah lain, kecuali satu orang yang t
*** Mary mengambil alih tas kerja Victor dari tangan pria itu. "Ternyata kamu pulang cepat hari ini. Artinya, kita jadi pergi ke butik?" tanyanya sambil melirik sekilas pada Victor, lalu menuju meja dan menyimpan tas kerja pria itu di sana. "Iya, kita pergi ke butik sore ini. Supaya besok seharia
Beberapa menit kemudian… "Aku mau gaun yang ini saja," kata Mary, yang kini tengah berdiri di depan cermin dengan Victor di belakangnya. Pria itu menatap kagum pantulan wanita itu dalam cermin. Lalu Mary menoleh, "Bagus tidak?" tanyanya pada Victor. "Hmm," jawabnya dengan dehem singkat sambil mena
Para bodyguard sontak saling melirik, penuh tanda tanya. "Baik, Tuan," sahut mereka serentak dan segera bergegas menuju mobil. Mereka pun meninggalkan rumah menuju markas bersama bos mereka. *** Begitu Victor tiba di markas, para anak buahnya yang berada di sana terkejut melihat kehadirannya. Nam
Mary berdiri di tengah kamar, memandangi suasana yang berantakan—selimut yang tergeletak di lantai, bantal yang tak pada tempatnya, dan meja kecil yang dipenuhi barang-barang. Pandangannya sempat kosong, tetapi ia menarik napas panjang, memutuskan untuk mulai merapikan kamar. Ia mengambil selimut y
Lucy dan Olso duduk di sofa di ruang tengah, tampak kebingungan. Mereka saling pandang, mencoba membaca situasi, tetapi tidak berani bertanya apa-apa. Mereka tidak tahu apa-apa soal kecurigaan Mary terhadap Victor, apalagi mengenai keterlibatan suaminya dalam kecelakaan yang menewaskan Nathan. Yang
*** Tubuh Dominic seketika membeku, matanya melebar karena keterkejutan yang tak dapat ia sembunyikan. Ponsel di tangannya hampir saja terlepas, tapi Hannah dengan cepat menangkapnya sebelum benar-benar jatuh. “Sayang, ada apa?” tanya Hannah, suaranya penuh kekhawatiran saat ia melihat ekspresi Do
Taman itu dipenuhi tanaman hijau subur, bunga-bunga bermekaran dalam berbagai warna—menambah keindahan suasana. Sebuah set kursi dan meja rotan dengan bantalan empuk berada di tengah ruangan, tempat semua orang berkumpul dengan santai. Di atas meja, beberapa cangkir teh telah terisi penuh dengan te
*** Usai mandi, Mary dan Victor bergegas bersiap-siap tanpa membuang waktu. Begitu semuanya selesai, mereka meninggalkan kamar yang terlihat berantakan dan langsung turun ke lantai dasar. Tidak seperti biasanya, Mary sengaja tidak merapikan kamarnya lebih dulu. Ia tak ingin membuat Nyonya Zaria, C
Mary menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan perasaan yang perlahan meledak. Tetapi sentuhan Victor, ciumannya, dan suara napasnya yang dekat begitu menggoda, membuatnya sulit berpikir jernih. Napas Mary semakin berat, dan ia tahu Victor sengaja memperlambat waktu mereka. Tanpa berkata apa-
Lucy menghentikan kegiatannya sejenak dan beralih menatap Nyonya Zaria. Senyum ramah mengembang di wajahnya. "Tidak, Bibi," jawab Lucy sopan sambil menggeleng pelan. "Aku hanya menyiapkan sarapan untuk kita saja, yang ada di rumah ini." Mendengar percakapan itu, Chiara yang sedang mengawasi Zack di
“Bagaimana bisa?” pikir Daisy dengan sesak yang menyelimuti dadanya. Apakah semua yang mereka lalui hanyalah kebohongan? Apakah malam-malam panjang yang mereka habiskan bersama, tawa, pelukan, bahkan cinta mereka, tak ada artinya bagi Nathan? Ia merasa begitu kecil, seolah semua pengorbanannya sia-
*** London, UK... Di dalam kamar yang kacau balau, pakaian berserakan di lantai—sebuah dress merah yang tergeletak kusut, bra yang terlempar ke sudut ruangan, celana dalam, boxer, hingga jas pria yang terbuka kancingnya. Aroma pagi yang intens masih tercium samar, tetapi suasana di dalam kamar itu