Di sisi lain, Mr. Blake tak henti-hentinya mendesah berat memikirkan dampak dari perbuatan putrinya ini. Victor tidak hanya akan semakin jauh dari genggamannya, tetapi kali ini pria itu pasti akan sangat murka, dan Mr. Blake tidak akan tahu kekejaman macam apa yang akan Victor lakukan pada putrinya
*** Suara letusan tembakan menggema di seluruh mansion, memenuhi udara dengan ketegangan yang mematikan. Dalam hitungan detik, tubuh kekar Hillos, salah satu orang kepercayaan Mr. Blake, tersungkur ke lantai. Darah mulai menggenang, mengalir dari luka tembak di dadanya yang ditembus timah panas d
“Victor—” Mr. Blake mencoba bicara, berharap bisa membujuk Victor, namun pria itu tak memberinya kesempatan. “Kau pasti sudah tahu apa kesalahan fatal yang dilakukan oleh putrimu, bukan?” Victor memotong dengan cepat, suaranya tajam. Tatapannya tak beranjak dari wajah Mr. Blake, sementara senjatany
Namun, Victor belum berhenti; dia berdiri di atas Mr. Blake yang kini meringkuk lemah, pandangan penuh dendam menyala di matanya. Tanpa ragu, Victor menendang tubuh pria itu, membuat Mr. Blake menggeliat kesakitan, merintih lemah sambil menutupi tubuhnya yang semakin babak belur. Victor tak menunju
Wajah Mr. Blake semakin pucat, matanya berkaca-kaca, dan rasa malu yang menghancurkan itu jelas tergambar di wajahnya. Pernyataan Victor mengiris harga dirinya, bukan hanya sebagai seorang pria, tetapi sebagai seorang Ayah. Namun, bahkan dalam situasi ini, Mr. Blake tak bisa membela diri; perasaan
*** Olso menghentikan laju mobilnya sejenak, matanya terpaku pada sebuah mobil hitam mengkilap yang meluncur keluar dari area Mansion Mr. Blake. Ekspresinya berubah; keningnya berkerut tajam. "Itu mobil Victor, kan?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar. Perasaan aneh menyelinap di dadany
Anak buahnya mengangguk, mulai memahami keputusan Victor. “Jadi, apa rencananya sekarang?” tanya salah satu dari mereka. “Kita tarik semua persiapan, pastikan barang-barang tidak bergerak ke pelabuhan, dan beri tahu tim di sana untuk menunda semua transaksi yang berkaitan dengan pengiriman ini. Kit
Dominic terdiam sejenak, mendengar Victor yang tersulut emosi di seberang telepon. Pria itu tahu betul karakter Victor—sangat loyal, namun tak mudah mempercayai siapapun di luar lingkarannya, apalagi nama-nama seperti Alexander's, Blaxton, atau Abrisam. Tapi Dominic juga tahu bahwa Mr. Blake kini me
Mary berdiri di tengah kamar, memandangi suasana yang berantakan—selimut yang tergeletak di lantai, bantal yang tak pada tempatnya, dan meja kecil yang dipenuhi barang-barang. Pandangannya sempat kosong, tetapi ia menarik napas panjang, memutuskan untuk mulai merapikan kamar. Ia mengambil selimut y
Lucy dan Olso duduk di sofa di ruang tengah, tampak kebingungan. Mereka saling pandang, mencoba membaca situasi, tetapi tidak berani bertanya apa-apa. Mereka tidak tahu apa-apa soal kecurigaan Mary terhadap Victor, apalagi mengenai keterlibatan suaminya dalam kecelakaan yang menewaskan Nathan. Yang
*** Tubuh Dominic seketika membeku, matanya melebar karena keterkejutan yang tak dapat ia sembunyikan. Ponsel di tangannya hampir saja terlepas, tapi Hannah dengan cepat menangkapnya sebelum benar-benar jatuh. “Sayang, ada apa?” tanya Hannah, suaranya penuh kekhawatiran saat ia melihat ekspresi Do
Taman itu dipenuhi tanaman hijau subur, bunga-bunga bermekaran dalam berbagai warna—menambah keindahan suasana. Sebuah set kursi dan meja rotan dengan bantalan empuk berada di tengah ruangan, tempat semua orang berkumpul dengan santai. Di atas meja, beberapa cangkir teh telah terisi penuh dengan te
*** Usai mandi, Mary dan Victor bergegas bersiap-siap tanpa membuang waktu. Begitu semuanya selesai, mereka meninggalkan kamar yang terlihat berantakan dan langsung turun ke lantai dasar. Tidak seperti biasanya, Mary sengaja tidak merapikan kamarnya lebih dulu. Ia tak ingin membuat Nyonya Zaria, C
Mary menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan perasaan yang perlahan meledak. Tetapi sentuhan Victor, ciumannya, dan suara napasnya yang dekat begitu menggoda, membuatnya sulit berpikir jernih. Napas Mary semakin berat, dan ia tahu Victor sengaja memperlambat waktu mereka. Tanpa berkata apa-
Lucy menghentikan kegiatannya sejenak dan beralih menatap Nyonya Zaria. Senyum ramah mengembang di wajahnya. "Tidak, Bibi," jawab Lucy sopan sambil menggeleng pelan. "Aku hanya menyiapkan sarapan untuk kita saja, yang ada di rumah ini." Mendengar percakapan itu, Chiara yang sedang mengawasi Zack di
“Bagaimana bisa?” pikir Daisy dengan sesak yang menyelimuti dadanya. Apakah semua yang mereka lalui hanyalah kebohongan? Apakah malam-malam panjang yang mereka habiskan bersama, tawa, pelukan, bahkan cinta mereka, tak ada artinya bagi Nathan? Ia merasa begitu kecil, seolah semua pengorbanannya sia-
*** London, UK... Di dalam kamar yang kacau balau, pakaian berserakan di lantai—sebuah dress merah yang tergeletak kusut, bra yang terlempar ke sudut ruangan, celana dalam, boxer, hingga jas pria yang terbuka kancingnya. Aroma pagi yang intens masih tercium samar, tetapi suasana di dalam kamar itu