Selang beberapa menit, Victor menyudahi sentuhan di dada Mary dan beralih menatap wajahnya yang sayu penuh gairah. "Ayo, Baby, angkat pinggulmu dan masukkan dia," perintahnya dengan suara serak yang khas. Mary terlihat ragu, namun tetap mengikuti instruksi pria itu dengan mengangkat pinggulnya. Sem
"Ahhhh... Victor!" Mary mendesah dengan suara yang terdengar bergetar. "Kau lelah?" tanya Victor sambil meremas-remas payudara yang bergerak liar di depan wajahnya. Mary menurunkan pandangan hingga tatapannya bertemu dengan tatapan sayu penuh gairah Victor. Ia mengangguk pelan sebagai jawaban. "Uh
*** Pagi itu, Mary perlahan menggeliat di balik selimut putih tebal yang menyelimutinya. Tubuh polosnya terasa hangat di bawah kain lembut, namun gerakannya sedikit terbatas karena Victor masih memeluknya erat dari belakang. Lengan kekar pria itu nyaman dijadikan bantalan oleh Mary, sementara tang
Entahlah. Kylie menggelengkan kepala, ia tidak peduli walaupun Victor masih ada di rumah. Wanita itu tetap nekat masuk ke dalam rumah. Ia melangkah buru-buru bertujuan menuju lantai atas, tempat kamar Victor berada. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti sejenak ketika melihat Mary dari lantai atas.
“Lucy, ikut bersama kami.” Lucy mengangguk dengan sigap. Mereka bergegas keluar dan menuju mobil. Sepanjang perjalanan, Victor tidak henti-hentinya melirik kaca spion diatasnya untuk melihat Mary yang terbaring lemah di kursi belakang, ditemani Lucy yang berusaha memberikan ketenangan padanya. T
*** Di ruang perawatan Mary, wanita itu hanya berdua dengan Lucy setelah kepergian Victor tadi. "Perut Anda masih terasa sakit, tidak?" tanya Lucy sambil mengupas jeruk untuk diberikan kepada Mary. Ia duduk di sebuah kursi dekat ranjang Mary. Mary menggelengkan kepala. "Puji Tuhan, sudah tidak sa
Di sisi lain, Mr. Blake tak henti-hentinya mendesah berat memikirkan dampak dari perbuatan putrinya ini. Victor tidak hanya akan semakin jauh dari genggamannya, tetapi kali ini pria itu pasti akan sangat murka, dan Mr. Blake tidak akan tahu kekejaman macam apa yang akan Victor lakukan pada putrinya
*** Suara letusan tembakan menggema di seluruh mansion, memenuhi udara dengan ketegangan yang mematikan. Dalam hitungan detik, tubuh kekar Hillos, salah satu orang kepercayaan Mr. Blake, tersungkur ke lantai. Darah mulai menggenang, mengalir dari luka tembak di dadanya yang ditembus timah panas d
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing