“Nona, Anda harus tetap makan walau sedikit. Kasihan baby-nya. Dan nanti kalau Tuan Victor tahu Anda belum makan, dia pasti akan marah,” ujar Lucy berusaha membujuk wanita itu. Mary menatap Lucy dengan serius sambil menghela napas. Bagaimana caranya dia bisa makan, sementara perutnya sudah terasa k
*** Mary terkejut dan memekik pelan ketika Victor tiba-tiba memeluknya dari belakang. Namun, saat bibir pria itu menyentuh leher jenjangnya, ia menutup mata dan memiringkan kepala ke arah berlawanan, seolah memberi ruang bagi Victor untuk menyentuh lehernya. “Apa yang kamu lakukan di dapur malam-m
Dadanya berdebar-debar, kakinya semakin lemas serta— miliknya berkedut hebat. “Aku mau menagih imbalan yang aku minta tadi siang. Masih ingat, Poppiens?” tanya Victor, suaranya serak. Ia menatap Mary dengan tatapan sayu penuh gairah yang sulit disembunyikan. Glek! Seketika Mary menelan ludah den
Di atas meja itu, Mary duduk dengan tubuh sedikit mundur ke belakang. Ia bertumpu dengan kedua tangan, sedangkan kakinya dibuka lebar oleh Victor yang kini berdiri di antara kedua pahanya. Victor melepaskan bibir kenyal Mary dari dalam kulumannya. Ia beralih mencium dagu wanita itu, menjilat dan me
*** Setelah berhenti sejenak di depan pintu kamar mandi, Olso tiba-tiba termenung. Pada saat yang sama, perutnya berbunyi menandakan bahwa ia sedang lapar. Padahal, Olso sangat lelah—ia ingin cepat-cepat mandi dan beristirahat. Namun, perutnya terus berbunyi, menandakan rasa lapar yang sangat meng
Oh sial, Mary semakin tidak sabar ingin merasakannya kembali. Victor mendekat lagi dan menuntun Mary turun dari atas meja. "Apakah kau kuat berdiri?" ia bertanya pada wanita itu. Mary mengangguk sebagai jawaban. Detik berikutnya, Victor menuntun tubuhnya agar berdiri membelakangi pria itu, menghad
*** Keheningan menyelimuti suasana di ruang TV saat ini. Olso dan Lucy duduk di sofa yang sama, namun tetap berjarak karena Lucy yang tidak pernah mau dekat-dekat dengan Olso. Entah kenapa gadis itu merasa sangat ilfil terhadap Olso, padahal pria itu tak kalah tampan dari pria-pria lainnya, termas
Selang beberapa menit, Victor menyudahi sentuhan di dada Mary dan beralih menatap wajahnya yang sayu penuh gairah. "Ayo, Baby, angkat pinggulmu dan masukkan dia," perintahnya dengan suara serak yang khas. Mary terlihat ragu, namun tetap mengikuti instruksi pria itu dengan mengangkat pinggulnya. Sem
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing