*** "Club ini tutup!" seru seorang pria kepada Victor dan Olso, berusaha menghalangi jalan mereka untuk masuk ke dalam club. Di depan club, ternyata ada dua pria yang berjaga. Sementara itu, petugas yang seharusnya menjaga tempat itu telah mereka bunuh, dan nasib mayatnya entah dibuang ke mana. "
Di belakang Victor, seorang pria mengangkat sebuah kursi hendak memukulnya. Namun, dengan refleks yang tak bisa diragukan lagi, Victor segera memutar tubuh untuk menghindar dari pukulan lawannya. Bug! Dengan kekuatan penuh, Victor meninju perut pria itu. Bug! Pukulan kedua Victor menghantam tepa
Victor kemudian segera turun dari mobil dan bergerak masuk ke dalam apotek. Tujuannya adalah untuk membeli pembersih luka serta obat untuk Mary. Di dalam mobil, Mary menatap ke arah apotek, penasaran apa yang sedang dibeli oleh Victor. Tak berapa lama, ia melihat pria itu keluar dari apotek sambil
*** “Pelan-pelan, sakit,” keluh Mary. “Tahan sebentar,” jawab Victor, berusaha tenang. “Iya, tapi tetap sakit,” protes Mary, mencengkram pergelangan tangan Victor yang kekar, berusaha menahan gerakan pria itu yang tengah membersihkan luka di sudut bibirnya. “Sedikit lagi selesai. Tahan!” Victor
*** “Aku hanya bertanya, Mary. Lantas, pertanyaanku membuatmu tersinggung?” Nathan mendudukkan tubuh di samping Mary, tidak melepaskan pandangannya dari wanita itu. Sejenak, Mary terdiam, mencerna ucapan Nathan. “Dari segi mana aku tersinggung?” lantas membalas tatapan mata dingin pria itu. “Aku
Namun sekali lagi, Nathan menegaskan: dia sangat yakin kalau Victor menyukai kekasihnya. Dan dia sangat percaya dengan kata hati sendiri. Nathan memutar setir mobilnya dan berbelok masuk ke area sebuah nightclub, tetapi bukan club tempat Mary bekerja. Ia memarkirkan mobil, lalu turun dan melangkah
*** Seharian itu, Nathan tidak tenang. Ia tampak sangat gelisah memikirkan peristiwa di mana Daisy tidur di atas ranjangnya sambil ia memeluk wanita itu. Nathan merasa bersalah terhadap Mary, kekasihnya. Ia merasa seperti seorang pengkhianat, meskipun sebenarnya tidak ada niat buruk terhadap Daisy.
“Maaf, aku tutup dulu ya teleponnya. Aku mau mandi sebentar,” ucap Mary, lantas menjauhkan ponsel dari telinga dan memutuskan panggilan dengan Nathan secara sepihak. Mary memperhatikan layar ponselnya sejenak sebelum terisak. Ia memeluk kakinya yang tertekuk, menundukkan wajah di atas lutut. ‘Sean
Mary berdiri di tengah kamar, memandangi suasana yang berantakan—selimut yang tergeletak di lantai, bantal yang tak pada tempatnya, dan meja kecil yang dipenuhi barang-barang. Pandangannya sempat kosong, tetapi ia menarik napas panjang, memutuskan untuk mulai merapikan kamar. Ia mengambil selimut y
Lucy dan Olso duduk di sofa di ruang tengah, tampak kebingungan. Mereka saling pandang, mencoba membaca situasi, tetapi tidak berani bertanya apa-apa. Mereka tidak tahu apa-apa soal kecurigaan Mary terhadap Victor, apalagi mengenai keterlibatan suaminya dalam kecelakaan yang menewaskan Nathan. Yang
*** Tubuh Dominic seketika membeku, matanya melebar karena keterkejutan yang tak dapat ia sembunyikan. Ponsel di tangannya hampir saja terlepas, tapi Hannah dengan cepat menangkapnya sebelum benar-benar jatuh. “Sayang, ada apa?” tanya Hannah, suaranya penuh kekhawatiran saat ia melihat ekspresi Do
Taman itu dipenuhi tanaman hijau subur, bunga-bunga bermekaran dalam berbagai warna—menambah keindahan suasana. Sebuah set kursi dan meja rotan dengan bantalan empuk berada di tengah ruangan, tempat semua orang berkumpul dengan santai. Di atas meja, beberapa cangkir teh telah terisi penuh dengan te
*** Usai mandi, Mary dan Victor bergegas bersiap-siap tanpa membuang waktu. Begitu semuanya selesai, mereka meninggalkan kamar yang terlihat berantakan dan langsung turun ke lantai dasar. Tidak seperti biasanya, Mary sengaja tidak merapikan kamarnya lebih dulu. Ia tak ingin membuat Nyonya Zaria, C
Mary menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan perasaan yang perlahan meledak. Tetapi sentuhan Victor, ciumannya, dan suara napasnya yang dekat begitu menggoda, membuatnya sulit berpikir jernih. Napas Mary semakin berat, dan ia tahu Victor sengaja memperlambat waktu mereka. Tanpa berkata apa-
Lucy menghentikan kegiatannya sejenak dan beralih menatap Nyonya Zaria. Senyum ramah mengembang di wajahnya. "Tidak, Bibi," jawab Lucy sopan sambil menggeleng pelan. "Aku hanya menyiapkan sarapan untuk kita saja, yang ada di rumah ini." Mendengar percakapan itu, Chiara yang sedang mengawasi Zack di
“Bagaimana bisa?” pikir Daisy dengan sesak yang menyelimuti dadanya. Apakah semua yang mereka lalui hanyalah kebohongan? Apakah malam-malam panjang yang mereka habiskan bersama, tawa, pelukan, bahkan cinta mereka, tak ada artinya bagi Nathan? Ia merasa begitu kecil, seolah semua pengorbanannya sia-
*** London, UK... Di dalam kamar yang kacau balau, pakaian berserakan di lantai—sebuah dress merah yang tergeletak kusut, bra yang terlempar ke sudut ruangan, celana dalam, boxer, hingga jas pria yang terbuka kancingnya. Aroma pagi yang intens masih tercium samar, tetapi suasana di dalam kamar itu