"Teh, ini gimana muka Oncom bedaknya kaga mau bersih?" tanya Oncom begitu ia sampai di ruang tengah. Ruang tengah rumahnya menjadi tempat istirahat para MUA beserta semua peralatannya. Mereka sedang berkumpul dengan ponsel masing-masing dan langsung sigap begitu mendengar suara Oncom yang mengeluh."Oh, maaf Teh saya lupa. Sini saya bersihin, Teh."MUA itu sigap mengeluarkan cairan pembersih make-up, ia lupa tidak memberitahu pada kliennya yang memang tidak pernah merias wajah jika make-up yang diaplikasikan pada wajah kliennya itu tahan air hingga jika di hapus bukannya bersih justru akan berantakan. Oncom duduk bersila menghadap perempuan yang merias wajahnya, menutup mata saat kapas mulai diusapkan, rasanya ringan setelah semua make-up di permukaan wajahnya terangkat."Akhirnya muka Oncom enteng juga. Kenapa enggak dibilangin sih kalo bersihinnya harus pake beginian?" keluh Oncom setelah wajahnya kembali bersih."Lupa, Teh.
Biasanya setelah sholat dilanjutkan dengan dzikir oleh Naufal, tapi untuk kali ini harus ia tunda apalagi saat mendengar isakan dari istrinya yang membuat Naufal segera berbalik untuk melihat. "Neng kok nangis? Kenapa?" tanya Naufal sambil mengusap kepalanya."Oncom terharu," jawab sang istri jujur.Naufal menarik pelan Oncom dalam pelukannya, mengusap dengan lembut punggung yang masih terbalut mukenah dan tak lupa memberikan kecupan pada puncak kepalanya. "Ustadz tau enggak kayaknya ini pertama kali Oncom sholat dengan khusyuk mangkanya Oncom sedih," ujarnya masih dengan isakan kecil. "Emang selama ini sholatnya gimana?" tanya Naufal penasaran."Ya cuma sholat gitu aja, gerakannya juga cepet. Ini lama banget sholatnya sampe pegel kaki, Oncom.""Mulai sekarang belajar sedikit demi sedikit ya diperbaiki sholatnya. Kita belajar sama-sama, berdo'a untuk tujuan yang sama semoga kita sampai ke surga-Nya."Mendengar perkataan suaminya semakin membuat Oncom merasa sedih. Selama ini hidupn
Memliki teman-teman yang sangat menyayanginya adalah hal yang paling Oncom syukuri dalam hidup. Ia yang terbiasa tidak dianggap justru diratukan oleh para pangeran tampan penuh pesona. Mereka tidak pernah menghina justru selalu memuji setiap hal kecil yang dilakukan olehnya."Subhanallah! Selir Koko cantik banget," puji Kent yang pertama kali melihat Oncom hadir di sana. "Wow! Cantik banget kesayangan gue," timpal Getta."Utututu, istrinya siapa ini menakjubkan sekali?"Andra atau yang biasa Oncom deklarasikan sebagai raja yang tidak menginginkan seorang selir karena hanya menginginkan Gita kali ini ikut memuji dirinya."Enggak bisa ngomong gue sama selir satu ini," sela Rian saat pasangan pengantin baru itu semakin mendekat."Lu pada gila semua ya? Udah kaga jadi selir bege, 'kan udah punya raja sekarang," tegur Gita membuat mereka kompak tertawa."Potek hati Abang, Dek. Teganya Adek meninggalkag, Abang."Naufal menggelengkan kepala seakan tidak percaya jika para Pangeran itu cukup
Sorak sorai para warga menyambut kedatangan artis besar seperti Lesti Kejora begitu heboh. Mereka masih tidak percaya saat tiba-tiba sang artis sudah berada di atas panggung tanpa pemberitaan terlebih dahulu. Oncom tidak main-main dengan omongannya yang menginginkan Lesti sebagai salah satu penghibur di acara pernikahannya. Dengan meminta pada Anak Onta dan entah siapa yang berhasil mengabulkannya membuat acara itu berlangsung sangat meriah dan mewah, walaupun ia harus memangkas acara yang lainnya. "Terus kita harus dengerin dangdutan sekarang?" tanya Andra saat sang artis sudah mulai mengeluarkan suara merdunya.Cukup sulit memang untuk menghadirkan seorang artis besar seperti Lesti, apalagi dengan waktu dadakan. Namun, beruntungnya sang artis tidak memiliki jadwal yang terlalu padat pada hari yang ditentukan. Walaupun hanya kurang dari dua jam waktu yang dimiliki oleh Lesti setidaknya Andra sudah mengabulkan permintaan sahabatnya untuk mendatangkan salah satu bintang muda berbakat
Melelahkan tapi juga menyenangkan saat menjadi pengantin yang dipajang seharian di atas pelaminan. Tidak pernah terbayangkan oleh Oncom jika acara pernikahannya akan semeriah dan semewah itu hingga rasa lelah yang menghampirinya sungguh tidak terasa. Selain itu Naufal yang bergelar ustadz tidak membatasi Oncom untuk menjaga image sesempurna mungkin di depan para tamu. Suaminya mengikuti setiap keinginan sang istri untuk meriahnya acara mereka ide dari teman-temannya. Seperti dansa untuk pengantin yang belum pernah ada di daerah mereka. Dansa yang benar-benar hanya diperuntukkan pengantin membuat orang-orang tidak percaya jika Naufal mau melakukan itu semua. Lagi pula mereka hanya menggerakkan tubuh ke kanan dan ke kiri, bukan bergoyang heboh. "Ustadz malu ya?" tanya Oncom di tengah acara.Posisi mereka cukup intim dengan Naufal yang memegang pinggul Oncom, sedangkan Oncom mengalungkan tangannya pada leher Oncom. Kebetulan para tamu sudah mulai sepi hingga tidak te
Sudah mengatakan berapa kali walaupun sifat dan sikapnya berantakan Oncom tetaplah seorang wanita yang lemah akan perasaan. Dicurahi kasih sayang tiada henti membuat Oncom baper dan salah tingkah apalagi laki-laki itu sudah menjadi suaminya sendiri. Oncom rasa Naufal berencana membuatnya memiliki penyakit jantung dengan gerakan dan perkataan yang selalu tiba-tiba. Oncom pikir karena Naufal seorang ustadz suaminya itu akan kalem dan pemalu, tapi ternyata wanita itu salah karena ternyata suaminya ugal-ugalan dalam menunjukkan kasih sayang."Oncom duluan, Oncom mandinya lama," ujar Oncom berusaha melepaskan pelukan suaminya.Naufal tidak mendengarkan perkataan istrinya karena ternyata laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya. Menyusupkan kepala pada ceruk leher sang istri yang berhasil menimbulkan rasa geli membuat Oncom tidak nyaman. Jantungnya berdebar semakin cepat dan Oncom yakin jika suaminya bisa merasakan itu."Jangan menghindar terus kita udah hal
Naufal tidak mengharapkan mentari terbit terlalu cepat setelah melewati keindahan malam bersama pasangan halal. Memeluk dengan saling bercumbu walaupun belum berhasil menyatu sudah sangat membahagiakan apalagi untuk Naufal yang baru pertama kali merasakan. Tidurnya begitu nyenyak karena memeluk wanita yang sudah ia ambil tanggung jawabnya dari sang ayah, walau ia merasakan cukup pegal pada lengan kirinya yang dijadikan bantal oleh sang istri."Neng, Sayang. Bangun yuk udah subuh."Mengusap dengan lembut pipi istrinya Naufal masih berusaha membangunkan wanita yang sudah resmi menjadi calon ibu dari anak-anaknya nanti. Namun, perlakuannya yang lembut tidak membuahkan hasil justru membuat Oncom semakin nyenyak. Naufal tersenyum melihat wajah polos sang istri dalam tidur, mengingat kembali apa yang mereka lakukan tadi malam membuatnya malu dan merasa lemah. Ia tidak berhasil membobol gawang pertahanan milik Oncom karena tidak tega melihat wajah kesakitan istrinya, hingga Naufal memutuska
Dalam setiap acara besar pasti ada saja salah satu keluarga yang tidak menyukai beberapa hal. Perbedaan pendapat itu biasa hanya tinggal bagaimana kita bisa menghadapinya. Seperti pada pernikahan Naufal yang merupakan seorang anak laki-laki satu-satunya juga calon pemimpin pondok, keputusan Naufal yang ingin menikahi anak mantan lurah di kampung mereka tentu mendapatkan beberapa penolakan dari keluarga termasuk adik dari Abah Yai. Mereka menilai Naufal terlalu main-main dalam memilih pasangan hidup yang juga akan menjadi calon ibu Nyai di pesantren karena melihat bagaimana sifat dan kelakuan calon istrinya."Aa sama Teteh terlalu gegabah nikahin Naufal sama si Oncom. Kalian tau dengan jelas gimana sifat dan kelakuannya. Bukan apa-apa, Naufal itu calon penerus pimpinan pondok dia juga calon Kiyai besar masa punya istri berantakan kayak gitu? Apa kata orang nanti," ujar Saroh adik kedua dari Abah Yai.Kedua orang tua Naufal tersenyum sebelum menanggapi keluhan adikny