Share

Bab 44

Penulis: Sinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semua terulang lagi. Dimitri yang sempat uring-uringan karena Sera yang berhenti bekerja, kembali menjadi pemandangan lagi hari ini. Bedanya, kali ini lebih parah.

Sepi yang menyesakkan menghuni tiap sudut di rumah besar Mirna. Mengusik setiap penghuninya dengan sesak yang terlukiskan. Bukan hanya kehilangan asisten rumah tangga yang kompeten, tetapi sekaligus calon menantu yang selama ini diidam-idamkan.

Patah hatinya Dimitri menjadi patah hari seluruh penghuni rumah. Mirna yang harapnya nyaris jadi kenyataan, Dante yang tersadar pada perasaan bertepuk sebelah tangannya, bahkan Bu Tesa dan Sania yang sempat ikut merasakan kebahagiaan.

Semua ikut merasa sedih, tetapi tetap saja luka Dimitri yang paling parah. Jatuh cinta yang pertama, belum dimulai, sudah harus diakhiri. Parahnya, ia tak bisa berjuang, sebab diberi ancaman paling mengerikan.

Setiap hari, setelah Sera pergi, pria itu akan menghuni kamar di

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Once then Forever   Bab 45

    Sera menatapi gedung rumah sakit yang menjulang di depannya. Gagang rantang berisi bubur dan ikan goreng dipegang kuat. Sudah berada di sana, tetapi masih ragu haruskah masuk atau tidak.Tiga hari lalu Dante datang ke resto tempatnya bekerja. Kedatangan yang kedua pria itu bertujuan untuk memberi suatu informasi.Katanya, Dimitri menagih utang. Biaya rumah sakit Sera yang dibayarkan tempo hari, belum dilunasi. Uang enam puluh juta di rekening katanya adalah uang yang berbeda.Sera tahu jika itu hanya alasan. Meski mengiyakan pada Dante, ia tak terpikirkan untuk datang ke sini. Namun, setelah bicara dengan Tina, keputusan untuk menemui Dimitri pun dibuat.Tina yang sebelumnya mendiamkan, akhirnya sudi mengajak Sera bicara lagi. Wanita itu meminta maaf dan berkata sudah memaafkan anaknya. Mereka juga membahas soal Dimitri, karena itulah Sera bersedia menjenguk hari ini."Hubungan kalian itu cukup rumit. Jika

  • Once then Forever   Bab 46

    Usai kunjungan ke tiga toko sekaligus, sore harinya Dimitri melajukan mobil ke arah rumah Sera. Pria itu resmi pulang dari rumah sakit kemarin, tepat dua hari setelah dijenguk si pujaan hati.Benar kata orang-orang. Selain obat, hati yang gembira diperlukan agar sakit tak betah di tubuh.Di kursi penumpang mobil, sepaket bingkisan berisi kue kering dan roti tampak. Buah tangan si lelaki untuk calon mertua.Biarlah ini disebut nekat. Sera belum memberi kepastian apa-apa, ia yakin menginjak rumah Tina demi membicarakan pernikahan. Dimitri tak mau menunda dan memang merasa sudah tak punya alasan untuk memundurkan rencana meresmikan hubungan bersama Sera.Sudah melihat warung milik keluarga perempuan itu, ia melambatkan laju kendaraan. Sepenuhnya memarkirkan si roda empat. Sebelum turun, Dimitri menarik napas dalam-dalam.kehadiran Dimitri disambut raut terkejut dari Tina. Sedikit bingu

  • Once then Forever   Bab 47

    Usai kunjungan ke tiga toko sekaligus, sore harinya Dimitri melajukan mobil ke arah rumah Sera. Pria itu resmi pulang dari rumah sakit kemarin, tepat dua hari setelah dijenguk si pujaan hati.Benar kata orang-orang. Selain obat, hati yang gembira diperlukan agar sakit tak betah di tubuh.Di kursi penumpang mobil, sepaket bingkisan berisi kue kering dan roti tampak. Buah tangan si lelaki untuk calon mertua.Biarlah ini disebut nekat. Sera belum memberi kepastian apa-apa, ia yakin menginjak rumah Tina demi membicarakan pernikahan. Dimitri tak mau menunda dan memang merasa sudah tak punya alasan untuk memundurkan rencana meresmikan hubungan bersama Sera.Sudah melihat warung milik keluarga perempuan itu, ia melambatkan laju kendaraan. Sepenuhnya memarkirkan si roda empat. Sebelum turun, Dimitri menarik napas dalam-dalam.kehadiran Dimitri disambut raut terkejut dari Tina. Sedikit bingu

  • Once then Forever   Bab 48

    Menepi dari ruang makan dan ruang tamu rumah Mirna yang ramai, Sera memutuskan untuk pergi ke kamar Dimitri, suaminya.Masih menggunakan gaun pernikahan simpel selutut, perempuan itu mendudukkan diri di lantai kamar, bersandar pada kaki ranjang.Meraba dada, debar di sana masih cepat lajunya.Hari ini akhirnya datang juga. Semesta memang punya cara tersendiri untuk mengatur nasib seseorang. Siapa sangka, mimpi sederhananya--bisa menikah dengan pria yang dicinta--bisa terwujud.Resmi, sekarang perempuan itu sah secara hukum dan agama sebagai istri dari Dimitri Adinata.Pernikahan sederhana itu dilaksanakan tadi pagi. Sesuai keinginan Sera, berjalan khidmat dan terasa sakral. Apalagi, saat Dimitri mengucapkan janji pernikahan. Sampai saat ini, ketika mengingatnya sekalipun, hati Sera masih bergetar dan merasa haru.Yang hadir di acara itu adalah keluarga inti dan kerabat dekat. Menambah kesan han

  • Once then Forever   Bab 49

    Hari ini sedikit aneh. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Dimitri terus memikirkan maksud ucapan beberapa karyawan di dua toko yang ia kontrol.Tidak sesuai tebakan, dua toko itu menunjukkan kinerja baik setelah libur serempak karena acara pernikahan dan resepsi kemarin. Pikir Dimitri akan ada kekacauan di sana-sini, tetapi ternyata tidak.Marvelous Dimt ramai, pegawainya bekerja sesuai instruksi dan pedoman, juga tampak menebar senyum, terutama padanya. Saat iseng bertanya mengapa wajah mereka berseri-seri, jawaban yang diperoleh semakin membuat bingung."Kami ikut senang, Pak. Bapak jauh lebih ramah dan terlihat baik setelah menikah."Di salah satu perhentian lampu merah, lelaki itu bahkan sampai menilik wajah di kaca spion. Mencari tahu di mana ia menaruh ekspresi ramah yang para karyawannya sebutkan tadi."Biasa saja," komentarnya saat tak menemukan sesuatu yang lain di raut muka.Membiarkan hal itu ka

  • Once then Forever   Bab 50

    Sera tampak melambaikan tangan pada mobil Mirna yang mulai menjauh. Senyum bahagianya setia terpasang di wajah.Hari ini, sejak pagi hingga sore, perempuan itu menghabiskan waktu bersama sang mertua. Menemani berbelanja sekaligus dibelanjai, menemani ke salon dan bertemu beberapa teman. Seperti yang Dimitri pernah ceritakan, salah satu alasan ibunya gigih menikahkan kedua putra adalah karena ingin merasakan memiliki anak perempuan.Mereka melakukan banyak hal tadi. Juga membicarakan beberapa topik. Sera senang sebab sepengamatan tadi, si ibu mertua terus menebar senyum dan tawa.Tidak langsung pulang, Sera minta diturunkan di Marvelous Dimt yang terdekat dari rumah. Sempat membicarakan Dimitri, mendadak jadi ingin makan roti dengan selai srikaya dari toko suaminya.Mendorong pintu masuk, perempuan itu disambut senyum hangat salah satu pegawai di sana."Saya mau beli roti taw

  • Once then Forever   Bab 51

    Menumpu tubuh dengan siku, Dimitri yang berbaring menyamping sengaja menaruh kakinya di atas kaki Sera. Mengapit tubuh perempuan itu agar terus menempel padanya."Kamu mau tidur?" Pertanyaan konyol itu ia lontarkan sembari menciumi pundak polos si istri.Harusnya mereka sudah tidur sejak dua jam lalu, jika saja Dimitri tidak mengajak bertempur. Sebenarnya bukan sepenuhnya mengajak, sebab lelaki itu mulai mencumbu istrinya tanpa menunggu persetujuan.Memejam, kemudian mengintip, Sera mengulas senyum. "Memangnya mau lagi?"Dimitri meringis akan kalimat sarat tantangan itu. Jelas ia akan mengangguk cepat, tetapi sekuat mungkin keinginan itu ditahan. Seranya sudah terlihat sangat mengantuk dan lelah."Tidurlah." Berucap demikian, lelaki itu malah semakin menenggelamkan wajah di ceruk leher Sera. Menghidu banyak-banyak aroma dari sana."Mama bawa aku ke suatu tempat tadi.""Ke mana?" Dimitri bicara di depan dada Sera. Satu tang

  • Once then Forever   Bab 52

    "Makan, Dim."Ajakan dari Brian, kakak sepupu sekaligus pemilik acara, diabaikan saja oleh Dimitri. Suaminya Sera itu duduk sendirian di salah satu meja yang sedikit jauh dari meja lainnnya di halaman belakang itu. Fokus menatap pada perempuan bergaun merah muda di sana.Inka, istrinya Brian melahirkan anak ketiga sebulan lalu. Acara makan bersama ini diadakan sebagai bentuk selamatan.Duduk tegak dengan kedua tangan bersedekap, atensi Dimitri sepenuhnya tertuju pada Sera. Di sana, bersama Inka dan sepupu lain, si istri tampak berseri-seri.Sungguh pemandangan yang bagus. Sejak tadi, sembari menatapi Erza--putra sulung Brian--Sera terus tersenyum. Cantik sekali lengkungan di bibir perempuan itu, hingga mampu membuat Dimitri tak berpaling sesenti pun.Terus memandangi, pembicaraan ia dan si istri beberapa bulan lalu seketika mengisi benak. Soal Sera yang sebenarnya ingin memiliki anak, tetapi takut akan banyak hal.Sebelum ini, konversasi ter

Bab terbaru

  • Once then Forever   Extra Part (3)

    Dimitri berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Berulang kali pria itu melirik arloji yang masih bertengger di lengan. Kemeja kerjanya saja belum diganti, demi menanti seseorang.Raut sedikit gugup mampir di parasnya yang semakin matang. Pepatah makin tua makin menjadi, cocok pria 41 tahun itu sandang.Ini hari Selasa. Dimitri pulang bekerja lebih awal, pukul satu. Harusnya, lelaki itu ingin bolos saja. Namun, seseorang itu masih saja menolak ditemani. Padahal, usianya masih tujuh tahun dan harusnya datang ke sekolah bersama orang tua.Keras kepala tampaknya turun-temurun. Di mana-mana, semua anak itu ingin ditemani ayah atau ibu mereka mengambil rapor. Tidak demikian dengan yang satu itu.Anak itu ingin mengambil rapor sendiri. Masalah konsultasi antara orang tua dan guru, bisa dilakukan di lain hari, saat dirinya tidak ikut katanya. Sungguh membingungkan dan memaksakan kehendak. Sama seperti Dimitri dulu.

  • Once then Forever   Extra Part (2)

    Mengusap kepala belakangnya gusar, Dimitri tampak berjalan pelan menuju mobil yang terparkir di bawah sebuah pohon. Lelaki itu mengambil napas dalam, sebelum akhirnya menarik pintu dan masuk ke dalam. Sore yang lumayan menguras tenaga. Padahal, niat awalnya ialah mengajak sang istri jalan-jalan. Sekadar menghilangkan penat, terlebih si ibu hamil tampak cemberut sejak pagi hari. Namun, tidak sengaja pertengkaran tejadi. Ada ketidaksepahaman antara mereka tadi. Soal Hares. Sera kukuh ingin adiknya itu berhenti mengambil kerja sampingan di bengkel temannya Dimit. Sera tak ingin Hares kelelahan dan kuliahnya terganggu. Namun, Dimitri punya pendapat lain. Dimitri yakin Hares bisa membagi waktu. Pun, selama ini adik iparnya itu terlihat sangat bertanggungjawab atas pilihan yang dibuat. Semester lalu saja, nilai Hares lebih dari memuaskan. Perbedaan pendapat ini makin keruh karena Dimitri menolak meminta Hares berhenti bek

  • Once then Forever   Extra Part (1)

    Bar-bar. Itu yang saat ini terbersit di pikiran Dimitri jika ada yang bertanya mengenai pengalaman menjadi suami dari istri yang sedang mengandung. Sepagi ini, Sera sudah berulah. Sesaat setelah bangun, perempuan yang perutnya sudah sedikit bundar itu langsung menyuarakan keinginan tidak realistis dan super konyol. "Aku punya tiga hal yang harus kamu lakukan hari ini. Pertama, peluk Dante dan Kak Brian di depan aku." Hah! Habis kata untuk mendebat, Dimitri memberi gelengan sebagai respon. Sudah gila memangnya? Memeluk Dante dan Brian? Untuk apa? Gunanya apa? Keinginannya--Sera bilang keinginan bayi--tidak dipenuhi, perempuan itu berbaring di karpet ruang tamu. Berkata akan terus di sana sampai si suami mau melakukan hal yang diminta. Bar-bar. Dimitri tiba-tiba-tiba saja menyesal karena selama ini Sera selalu bersikap baik. Harusnya, perempuan itu bersikap aneh-aneh saja sejak dulu. Jadi, saat hamil b

  • Once then Forever   Bab 67 - End

    Sore ini Sera sedang berada di rumah Mirna. Bersama Dimitri dan beberapa anggota keluarga lainnnya. Ada acara makan dan bakar-bakar bersama. Tidak ada perayaan apa-apa, si ibu mertua hanya ingin merasakan hangatnya suasana saat seluruh keluarga berkumpul. Dimitri sedang ada di halaman belakang bersama sepupu-sepupunya mempersiapkan panggangan, ikan dan daging, si istri tengah duduk di ruang tamu bersama Mirna. Mertua dan menantu tersebut berangkulan di sofa, dengan Mirna yang memijat pelan punggung Sera. "Jangan capek makanya." Mirna menduga pegal yang istri anaknya itu rasakan di pinggang dan punggung adalah akibat dari terlalu memaksakan diri mengerjakan pekerjaan rumah. "Kalau orang lain lihat, disangkanya Sera yang anak Mama, sedang Dimitri yang menantu." Inka yang baru turun setelah memberi makan Erza tersenyum melihat kedekatan Mirna dan Sera.

  • Once then Forever   Bab 66

    Langkah Sera tergesa menuju kamar. Menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke sana. Mereka baru saja pulang dari jalan-jalan ke stadion olahraga di kampus Dimitri dulu.Mencapai pintu, suara orang muntah langsung mengisi telinga. Dari arah kamar mandi di ruangan itu, yang saat ini dihuni Dimitri.Berdiri di belakang tubuh lelaki yang membungkuk di depan wastafel, Sera mengusap-usap punggung itu. Dahinya ikut mengernyit tak nyaman."Perasaan enggak terlambat makan. Asam lambungnya kambuh?" Tangan Sera berpindah ke tengkuk Dimitri. Memberi pijatan pelan di sana. Pria itu terus muntah, tetapi tidak keluar apa-apa dari mulut kecuali liur.Yang ditanyai menggeleng. Tak tahu dan juga heran. Setibanya di rumah, perut tiba-tiba bergejolak, seolah ada yang mendesak ingin dikeluarkan. Namun, tidak ada apa pun kecuali air.Gejolak itu kembali datang, Dimitri menjulurkan lidah. Tangannya

  • Once then Forever   Bab 65

    Suara derap langkah kaki yang menuruni tangga sampai ke telinga Dimitri yang tengah meneguk air dingin di depan meja makan. Berikutnya, suara si nyonya rumah terdengar."Bu Ima, Dimitri udah pergi?""Belum, Buk." Bu Ima yang sedang mencuci piring menyahut.Menaruh botol di atas meja, saat mulut masih menampung air, Dimitri menoleh ke asal suara. Kontan, air mancur buatan keluar dari mulut pria itu. Dia tersedak kemudian."Kenapa aku enggak dibangunkan?" Mendapati suaminya di sana, Sera berkacak pinggang. Dahinya berlipat tak senang. Ini sudah pukul sepuluh dan ia baru saja terjaga.Biasanya sudah bangun pukul enam. Menyiapkan sarapan, pakaian Dimitri, terkadang ikut suaminya lari pagi. Namun, hari ini semua aktivitas itu absen dilakukan.Ini yang ketiga kali dalam dua bulan terakhir Sera bangun kesiangan. Semua ini tentu saja karena ulah Dimitri. Pria itu membuatnya

  • Once then Forever   Bab 64

    Hati-hati memikirkan sesuatu. Karena, terkadang, apa yang terus-terusan kamu pikirkan bisa menjadi kenyataan.Pikirkan hal buruk sejarang mungkin. Selalulah berpikiran soal hal baik dan positif.Dimitri menyesal. Entah sudah berapa kali mulut pria itu mengumpati diri sendiri di dalam mobil yang dilajukan secepat mungkin.Beberapa saat lalu, lelaki itu sedang berada di salah satu kantor pengacara. Berkonsultasi dengan Bimo, salah satu pengacara kenalan keluarganya. Bukan untuk urusan bisnis, kali ini Dimitri ingin membicarakan perihal perceraian.Memang kepala batu. Meski sudah diberi tamparan, pria itu masih kukuh untuk menyudahi pernikahan tampaknya. Membicarakan perceraian dengan seorang pengacara, itu salah satu bentuk keseriusan.Ia sudah sempat bicara sedikit dengan Bimo di kantor pengacara itu, sampai sebuah telepon dari nomor Sera masuk.Ketika dijawab, yang menyapa bukan Sera. Melainkan seora

  • Once then Forever   Bab 63

    "Buk, mau tidur?"Sera yang hampir terlelap di sofa mau tak mau membuka mata mendengar tanya itu. Dilihatnya Bu Ima berdiri di dekat meja. Sebagai jawaban, perempuan itu mengangguk pelan."Enggak makan dulu? Belum makan siang, 'kan?" Wanita itu melirik ke jam di dinding. Pukul empat, sudah amat terlambat untuk makan siang.Yang ditanyai tersenyum tanda terima kasih, mata mulai terpejam lagi. "Aku ngantuk, Buk. Enggak selera juga. Capek banget, padahal enggak melakukan apa-apa."Bu Ima mengangguk, meski raut cemas masih terpatri di wajah. Sebelum pergi, ia memakaikan selimut pada Sera.Suasana tenang membuat kantuk semakin menyerang. Namun, Sera masih harus menunda tidur karena ponsel di atas meja bergetar.Sebuah pesan gambar dari nomor tak dikenal datang. Berkedip beberapa kali untuk menjernihkan penglihatan, Sera mengetuk layar. Tak lama sebuah foto muncul.Gambar itu berisi Dimitri dan seorang perempuan. Sedang berdiri bersisian da

  • Once then Forever   Bab 62

    Suara tepuk tangan mengisi salah satu ruangan di panti asuhan Harapan. Pemenang lomba menggambar baru saja diumumkan.Senyum semringah terlukis di wajah Sera. Perempuan dengan gaun selutut berwarna biru itu maju ke depan dan memberikan hadiah pada si kecil Yasa. Anak lelaki berusia delapan tahun itu menerima bingkisan berisi tas, buku dan alat tulis itu dengan senyum lebar."Latihan terus gambarnya, biar makin pintar." Sera mengusap pucuk kepala Yasa. Sudah akan kembali ke kursi, tetapi lengannya ditarik.Yasa masih setia mempertontonkan deretan gigi. Menaruh hadiahnya di lantai, ia meminta wanita di hadapan untuk berjongkok.Sera menurut, meski sedikit bingung. Ketika wajah sudah sejajar dengan Yasa, anak lelaki itu memegangi pipi dan membuatnya menghadapkan pandang ke depan.Tulus, Yasa memberi satu ciuman sayang di pipi Sera. "Makasih banyak. Sayang Bu Sera banyak-banyak."

DMCA.com Protection Status