Share

Bab 48

Penulis: Sinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Menepi dari ruang makan dan ruang tamu rumah Mirna yang ramai, Sera memutuskan untuk pergi ke kamar Dimitri, suaminya. 

Masih menggunakan gaun pernikahan simpel selutut, perempuan itu mendudukkan diri di lantai kamar, bersandar pada kaki ranjang. 

Meraba dada, debar di sana masih cepat lajunya. 

Hari ini akhirnya datang juga. Semesta memang punya cara tersendiri untuk mengatur nasib  seseorang. Siapa sangka, mimpi sederhananya--bisa menikah dengan pria yang dicinta--bisa terwujud. 

Resmi, sekarang perempuan itu sah secara hukum dan agama sebagai istri dari Dimitri Adinata. 

Pernikahan sederhana itu dilaksanakan tadi pagi. Sesuai keinginan Sera, berjalan khidmat dan terasa sakral. Apalagi, saat Dimitri mengucapkan janji pernikahan. Sampai saat ini, ketika mengingatnya sekalipun, hati Sera masih bergetar dan merasa haru. 

Yang hadir di acara itu adalah keluarga inti dan kerabat dekat. Menambah kesan han

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Once then Forever   Bab 49

    Hari ini sedikit aneh. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Dimitri terus memikirkan maksud ucapan beberapa karyawan di dua toko yang ia kontrol.Tidak sesuai tebakan, dua toko itu menunjukkan kinerja baik setelah libur serempak karena acara pernikahan dan resepsi kemarin. Pikir Dimitri akan ada kekacauan di sana-sini, tetapi ternyata tidak.Marvelous Dimt ramai, pegawainya bekerja sesuai instruksi dan pedoman, juga tampak menebar senyum, terutama padanya. Saat iseng bertanya mengapa wajah mereka berseri-seri, jawaban yang diperoleh semakin membuat bingung."Kami ikut senang, Pak. Bapak jauh lebih ramah dan terlihat baik setelah menikah."Di salah satu perhentian lampu merah, lelaki itu bahkan sampai menilik wajah di kaca spion. Mencari tahu di mana ia menaruh ekspresi ramah yang para karyawannya sebutkan tadi."Biasa saja," komentarnya saat tak menemukan sesuatu yang lain di raut muka.Membiarkan hal itu ka

  • Once then Forever   Bab 50

    Sera tampak melambaikan tangan pada mobil Mirna yang mulai menjauh. Senyum bahagianya setia terpasang di wajah.Hari ini, sejak pagi hingga sore, perempuan itu menghabiskan waktu bersama sang mertua. Menemani berbelanja sekaligus dibelanjai, menemani ke salon dan bertemu beberapa teman. Seperti yang Dimitri pernah ceritakan, salah satu alasan ibunya gigih menikahkan kedua putra adalah karena ingin merasakan memiliki anak perempuan.Mereka melakukan banyak hal tadi. Juga membicarakan beberapa topik. Sera senang sebab sepengamatan tadi, si ibu mertua terus menebar senyum dan tawa.Tidak langsung pulang, Sera minta diturunkan di Marvelous Dimt yang terdekat dari rumah. Sempat membicarakan Dimitri, mendadak jadi ingin makan roti dengan selai srikaya dari toko suaminya.Mendorong pintu masuk, perempuan itu disambut senyum hangat salah satu pegawai di sana."Saya mau beli roti taw

  • Once then Forever   Bab 51

    Menumpu tubuh dengan siku, Dimitri yang berbaring menyamping sengaja menaruh kakinya di atas kaki Sera. Mengapit tubuh perempuan itu agar terus menempel padanya."Kamu mau tidur?" Pertanyaan konyol itu ia lontarkan sembari menciumi pundak polos si istri.Harusnya mereka sudah tidur sejak dua jam lalu, jika saja Dimitri tidak mengajak bertempur. Sebenarnya bukan sepenuhnya mengajak, sebab lelaki itu mulai mencumbu istrinya tanpa menunggu persetujuan.Memejam, kemudian mengintip, Sera mengulas senyum. "Memangnya mau lagi?"Dimitri meringis akan kalimat sarat tantangan itu. Jelas ia akan mengangguk cepat, tetapi sekuat mungkin keinginan itu ditahan. Seranya sudah terlihat sangat mengantuk dan lelah."Tidurlah." Berucap demikian, lelaki itu malah semakin menenggelamkan wajah di ceruk leher Sera. Menghidu banyak-banyak aroma dari sana."Mama bawa aku ke suatu tempat tadi.""Ke mana?" Dimitri bicara di depan dada Sera. Satu tang

  • Once then Forever   Bab 52

    "Makan, Dim."Ajakan dari Brian, kakak sepupu sekaligus pemilik acara, diabaikan saja oleh Dimitri. Suaminya Sera itu duduk sendirian di salah satu meja yang sedikit jauh dari meja lainnnya di halaman belakang itu. Fokus menatap pada perempuan bergaun merah muda di sana.Inka, istrinya Brian melahirkan anak ketiga sebulan lalu. Acara makan bersama ini diadakan sebagai bentuk selamatan.Duduk tegak dengan kedua tangan bersedekap, atensi Dimitri sepenuhnya tertuju pada Sera. Di sana, bersama Inka dan sepupu lain, si istri tampak berseri-seri.Sungguh pemandangan yang bagus. Sejak tadi, sembari menatapi Erza--putra sulung Brian--Sera terus tersenyum. Cantik sekali lengkungan di bibir perempuan itu, hingga mampu membuat Dimitri tak berpaling sesenti pun.Terus memandangi, pembicaraan ia dan si istri beberapa bulan lalu seketika mengisi benak. Soal Sera yang sebenarnya ingin memiliki anak, tetapi takut akan banyak hal.Sebelum ini, konversasi ter

  • Once then Forever   Bab 53

    "Door!"Baru saja keluar dari kamar mandi, Dimitri mendapati istrinya bersuara demikian sembari menepuk tangan. Berniat membuatnya terkejut, sepertinya."Kamu itu enggak bisa dibuat kaget, ya?"Si pria menertawai dalam hati, tetapi setia memasang raut datar. Masih mengenakan handuk di pinggang, ia menarik pinggang Sera hingga mereka berdiri rapat."Lain kali bilang dulu. Biar aku bisa pura-pura kaget." Membenamkan wajah di bahu si perempuan, ia tersenyum.Sera memajukan bibir. "Mana seru!" protesnya. Ini adalah percobaan ketiga dalam minggu ini. Setiap ada kesempatan, ia pasti berusaha muncul tiba-tiba dengan suara sedikit kencang agar suaminya terkejut. Namun, dari semua usaha, tidak ada satu pun yang berhasil. Dimitri agaknya memang punya keahlian menjadi robot."Aku nyerah, ah. Kamu memang enggak bisa dikagetkan." Perempuan itu seketika menghapus wajah kecewa ketika tak sengaja kakinya menyentuh kaki Dimitri yang basah.Sera berbal

  • Once then Forever   Bab 54

    Duduk dengan memeluk lutut di atas tempat tidur, Dimitri menunduk demi bisa mengamati wajah Sera secara jelas.Saat ini sudah dini hari. Istrinya itu tampak sangat pulas. Wajar, sebab sejak pagi bekerja keras demi mewujudkan hari ulang tahun yang berkesan.Pria itu mengulas senyum untuk yang kesekian kalinya. Semua momen yang terjadi hari ini adalah alasan mengapa hatinya terasa damai dan bahagia.Sebelum menyiapkan hidangan untuk dinikmati bersama anggota keluarga lain, ia dan Sera sempat melakukan ritual suami-istri. Sampai di situ, suasana hati Dimitri benar-benar baik.Kemudian, siang harinya mereka makan bersama. Mama, Dante, Ibu, Hares dan Theo. Orang-orang itu benar-benar membuatnya merasa disayangi.Si ibu mertua membawakan sup ayam yang super enak. Mamanya mengalah akan pesta meriah dan ikut dalam makan siang sederhana itu. Dante tumben sekali tidak mendebatnya. Lalu, Hares dan Th

  • Once then Forever   Bab 55

    Sera mengetuk-ngetukkan ujung telunjuk, terus menatapi ujung sepatu yang bahkan belum sempat dibuka. Perempuan itu melirik sekilas pada punggung Dimitri di hadapan. Ruang tamu yang ditempati mendadak menyeramkan."Untung tadi mobilnya enggak kencang. Misal kamu kecelakaan di jalan raya dan bukan di jalan komplek perumahan, bagaimana?"Masih menekuri lantai, sebenarnya bibir Sera gatal ingin menjawab. Ingin menjelaskan bahwa dirinya tidak apa-apa. Saat berlatih naik sepeda di jalanan komplek tadi, mobil yang tidak sengaja menabrak bagian belakang sepeda tidak melaju kencang dan sempat mengerem. Ia hanya jatuh, itu saja."Kamu butuh mahir naik sepeda untuk apa? Kan ada Leo yang bisa antar ke mana-mana?" DImitri berkacak pinggang setelah membalik tubuh. Lelaki itu menajamkan sorot mata.Ia berusaha membuat Sera paham bahwa dirinya benar-benar cemas atas berita kecelakaan yang beberapa saat tadi disuarakan langsung oleh si istri. Dimit

  • Once then Forever   Bab 56

    Sudah akan pulang dari toko, Dimitri yang tidak sabar mengetahui keadaan Sera memtuskan untuk menghubungi Leo. Sembari keluar dari ruangan pribadinya, pria itu berjalan dengan ponsel tertempel di telinga.Solusi untuk perkara main sepeda sudah didapatkan beberapa waktu lalu. Sera boleh belajar menaiki benda itu tanpa dirinya. Dengan catatan, harus diawasi Leo, itupun harus dilakukan di salah satu lapangan sepak bola yang berada dekat dengan rumah.Hari ini Sera pergi ke lapangan itu lagi. Mungkin sudah sejak tiga jam lalu. Dimitri menelepon demi memastikan keadaan istrinya baik-baik saja. Foto dan video pendek yang Leo kirim rasanya belum cukup."Selamat sore, Tuan. Saya dan Nyonya masih di lapangan Bormo."Suara sapaan dari seberang membuat Dimitri menghentikan langkah dan menilik arloji. "Sera belum lelah memangnya?"Leo tidak menjawab."Dia ada jatuh?""Tiga kali, Tuan."Gurat cemas muncul di wajah datar itu. Keadaan ini mem

Bab terbaru

  • Once then Forever   Extra Part (3)

    Dimitri berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Berulang kali pria itu melirik arloji yang masih bertengger di lengan. Kemeja kerjanya saja belum diganti, demi menanti seseorang.Raut sedikit gugup mampir di parasnya yang semakin matang. Pepatah makin tua makin menjadi, cocok pria 41 tahun itu sandang.Ini hari Selasa. Dimitri pulang bekerja lebih awal, pukul satu. Harusnya, lelaki itu ingin bolos saja. Namun, seseorang itu masih saja menolak ditemani. Padahal, usianya masih tujuh tahun dan harusnya datang ke sekolah bersama orang tua.Keras kepala tampaknya turun-temurun. Di mana-mana, semua anak itu ingin ditemani ayah atau ibu mereka mengambil rapor. Tidak demikian dengan yang satu itu.Anak itu ingin mengambil rapor sendiri. Masalah konsultasi antara orang tua dan guru, bisa dilakukan di lain hari, saat dirinya tidak ikut katanya. Sungguh membingungkan dan memaksakan kehendak. Sama seperti Dimitri dulu.

  • Once then Forever   Extra Part (2)

    Mengusap kepala belakangnya gusar, Dimitri tampak berjalan pelan menuju mobil yang terparkir di bawah sebuah pohon. Lelaki itu mengambil napas dalam, sebelum akhirnya menarik pintu dan masuk ke dalam. Sore yang lumayan menguras tenaga. Padahal, niat awalnya ialah mengajak sang istri jalan-jalan. Sekadar menghilangkan penat, terlebih si ibu hamil tampak cemberut sejak pagi hari. Namun, tidak sengaja pertengkaran tejadi. Ada ketidaksepahaman antara mereka tadi. Soal Hares. Sera kukuh ingin adiknya itu berhenti mengambil kerja sampingan di bengkel temannya Dimit. Sera tak ingin Hares kelelahan dan kuliahnya terganggu. Namun, Dimitri punya pendapat lain. Dimitri yakin Hares bisa membagi waktu. Pun, selama ini adik iparnya itu terlihat sangat bertanggungjawab atas pilihan yang dibuat. Semester lalu saja, nilai Hares lebih dari memuaskan. Perbedaan pendapat ini makin keruh karena Dimitri menolak meminta Hares berhenti bek

  • Once then Forever   Extra Part (1)

    Bar-bar. Itu yang saat ini terbersit di pikiran Dimitri jika ada yang bertanya mengenai pengalaman menjadi suami dari istri yang sedang mengandung. Sepagi ini, Sera sudah berulah. Sesaat setelah bangun, perempuan yang perutnya sudah sedikit bundar itu langsung menyuarakan keinginan tidak realistis dan super konyol. "Aku punya tiga hal yang harus kamu lakukan hari ini. Pertama, peluk Dante dan Kak Brian di depan aku." Hah! Habis kata untuk mendebat, Dimitri memberi gelengan sebagai respon. Sudah gila memangnya? Memeluk Dante dan Brian? Untuk apa? Gunanya apa? Keinginannya--Sera bilang keinginan bayi--tidak dipenuhi, perempuan itu berbaring di karpet ruang tamu. Berkata akan terus di sana sampai si suami mau melakukan hal yang diminta. Bar-bar. Dimitri tiba-tiba-tiba saja menyesal karena selama ini Sera selalu bersikap baik. Harusnya, perempuan itu bersikap aneh-aneh saja sejak dulu. Jadi, saat hamil b

  • Once then Forever   Bab 67 - End

    Sore ini Sera sedang berada di rumah Mirna. Bersama Dimitri dan beberapa anggota keluarga lainnnya. Ada acara makan dan bakar-bakar bersama. Tidak ada perayaan apa-apa, si ibu mertua hanya ingin merasakan hangatnya suasana saat seluruh keluarga berkumpul. Dimitri sedang ada di halaman belakang bersama sepupu-sepupunya mempersiapkan panggangan, ikan dan daging, si istri tengah duduk di ruang tamu bersama Mirna. Mertua dan menantu tersebut berangkulan di sofa, dengan Mirna yang memijat pelan punggung Sera. "Jangan capek makanya." Mirna menduga pegal yang istri anaknya itu rasakan di pinggang dan punggung adalah akibat dari terlalu memaksakan diri mengerjakan pekerjaan rumah. "Kalau orang lain lihat, disangkanya Sera yang anak Mama, sedang Dimitri yang menantu." Inka yang baru turun setelah memberi makan Erza tersenyum melihat kedekatan Mirna dan Sera.

  • Once then Forever   Bab 66

    Langkah Sera tergesa menuju kamar. Menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke sana. Mereka baru saja pulang dari jalan-jalan ke stadion olahraga di kampus Dimitri dulu.Mencapai pintu, suara orang muntah langsung mengisi telinga. Dari arah kamar mandi di ruangan itu, yang saat ini dihuni Dimitri.Berdiri di belakang tubuh lelaki yang membungkuk di depan wastafel, Sera mengusap-usap punggung itu. Dahinya ikut mengernyit tak nyaman."Perasaan enggak terlambat makan. Asam lambungnya kambuh?" Tangan Sera berpindah ke tengkuk Dimitri. Memberi pijatan pelan di sana. Pria itu terus muntah, tetapi tidak keluar apa-apa dari mulut kecuali liur.Yang ditanyai menggeleng. Tak tahu dan juga heran. Setibanya di rumah, perut tiba-tiba bergejolak, seolah ada yang mendesak ingin dikeluarkan. Namun, tidak ada apa pun kecuali air.Gejolak itu kembali datang, Dimitri menjulurkan lidah. Tangannya

  • Once then Forever   Bab 65

    Suara derap langkah kaki yang menuruni tangga sampai ke telinga Dimitri yang tengah meneguk air dingin di depan meja makan. Berikutnya, suara si nyonya rumah terdengar."Bu Ima, Dimitri udah pergi?""Belum, Buk." Bu Ima yang sedang mencuci piring menyahut.Menaruh botol di atas meja, saat mulut masih menampung air, Dimitri menoleh ke asal suara. Kontan, air mancur buatan keluar dari mulut pria itu. Dia tersedak kemudian."Kenapa aku enggak dibangunkan?" Mendapati suaminya di sana, Sera berkacak pinggang. Dahinya berlipat tak senang. Ini sudah pukul sepuluh dan ia baru saja terjaga.Biasanya sudah bangun pukul enam. Menyiapkan sarapan, pakaian Dimitri, terkadang ikut suaminya lari pagi. Namun, hari ini semua aktivitas itu absen dilakukan.Ini yang ketiga kali dalam dua bulan terakhir Sera bangun kesiangan. Semua ini tentu saja karena ulah Dimitri. Pria itu membuatnya

  • Once then Forever   Bab 64

    Hati-hati memikirkan sesuatu. Karena, terkadang, apa yang terus-terusan kamu pikirkan bisa menjadi kenyataan.Pikirkan hal buruk sejarang mungkin. Selalulah berpikiran soal hal baik dan positif.Dimitri menyesal. Entah sudah berapa kali mulut pria itu mengumpati diri sendiri di dalam mobil yang dilajukan secepat mungkin.Beberapa saat lalu, lelaki itu sedang berada di salah satu kantor pengacara. Berkonsultasi dengan Bimo, salah satu pengacara kenalan keluarganya. Bukan untuk urusan bisnis, kali ini Dimitri ingin membicarakan perihal perceraian.Memang kepala batu. Meski sudah diberi tamparan, pria itu masih kukuh untuk menyudahi pernikahan tampaknya. Membicarakan perceraian dengan seorang pengacara, itu salah satu bentuk keseriusan.Ia sudah sempat bicara sedikit dengan Bimo di kantor pengacara itu, sampai sebuah telepon dari nomor Sera masuk.Ketika dijawab, yang menyapa bukan Sera. Melainkan seora

  • Once then Forever   Bab 63

    "Buk, mau tidur?"Sera yang hampir terlelap di sofa mau tak mau membuka mata mendengar tanya itu. Dilihatnya Bu Ima berdiri di dekat meja. Sebagai jawaban, perempuan itu mengangguk pelan."Enggak makan dulu? Belum makan siang, 'kan?" Wanita itu melirik ke jam di dinding. Pukul empat, sudah amat terlambat untuk makan siang.Yang ditanyai tersenyum tanda terima kasih, mata mulai terpejam lagi. "Aku ngantuk, Buk. Enggak selera juga. Capek banget, padahal enggak melakukan apa-apa."Bu Ima mengangguk, meski raut cemas masih terpatri di wajah. Sebelum pergi, ia memakaikan selimut pada Sera.Suasana tenang membuat kantuk semakin menyerang. Namun, Sera masih harus menunda tidur karena ponsel di atas meja bergetar.Sebuah pesan gambar dari nomor tak dikenal datang. Berkedip beberapa kali untuk menjernihkan penglihatan, Sera mengetuk layar. Tak lama sebuah foto muncul.Gambar itu berisi Dimitri dan seorang perempuan. Sedang berdiri bersisian da

  • Once then Forever   Bab 62

    Suara tepuk tangan mengisi salah satu ruangan di panti asuhan Harapan. Pemenang lomba menggambar baru saja diumumkan.Senyum semringah terlukis di wajah Sera. Perempuan dengan gaun selutut berwarna biru itu maju ke depan dan memberikan hadiah pada si kecil Yasa. Anak lelaki berusia delapan tahun itu menerima bingkisan berisi tas, buku dan alat tulis itu dengan senyum lebar."Latihan terus gambarnya, biar makin pintar." Sera mengusap pucuk kepala Yasa. Sudah akan kembali ke kursi, tetapi lengannya ditarik.Yasa masih setia mempertontonkan deretan gigi. Menaruh hadiahnya di lantai, ia meminta wanita di hadapan untuk berjongkok.Sera menurut, meski sedikit bingung. Ketika wajah sudah sejajar dengan Yasa, anak lelaki itu memegangi pipi dan membuatnya menghadapkan pandang ke depan.Tulus, Yasa memberi satu ciuman sayang di pipi Sera. "Makasih banyak. Sayang Bu Sera banyak-banyak."

DMCA.com Protection Status