Share

Bab 12

Penulis: Sinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Menggeliat, Sera membuka mata perlahan. Keningnya gegas berkerut, lalu memejam lagi. Rasa tak nyaman langsung menyerang, dia mengubah posisi tidur. Membelakangi bayangan pria yang tadi dilihat. 

Menaikkan selimut, Sera yang memutuskan untuk tak meneruskan tidur merutuk dalam hati. Bisa-bisanya otak melakukan ini. Tidak habis bermimpi, bagaimana bisa dia melihat sosok pria itu di sini? 

Tidak mengenali, hanya tahu nama. Namun, wajah pria itu masih terekam baik di ingatan Sera, sayangnya. Dan yang dilihatnya barusan saat bangun tidur adalah benar lelaki yang sudah membayarnya sebesar seratus juta. 

Mengingatnya membuat kesal, berhalusinasi melihatnya seperti tadi menjadikan Sera ingin sekali menggigit lidah sendiri. Dia meremas selimut yang dipakai. 

Satu detik, dua detik, Sera terkesiap, segera menegakkan tubuh. 

Jika ingatan masih bagus, kemarin Sera tidur tanpa selimut di luar sini. Lalu, bagaimana bisa pagi ini dirinya me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Once then Forever   Bab 13

    Keputusan sudah dibuat. Siang ini, setelah beberapa jam beristirahat, Sera beranjak dari tempat tidur. Menarik daun pintu di kamar rooftop itu, di tangan dua tas ransel menggantung. Sera sudah memutuskan, dia tidak akan sanggup bekerja di rumah ini, lebih-lebih harus menjadi pelayan pria itu.Sera akan mengundurkan diri. Masalah alibi pekerjaan, dia bisa pikirkan nanti. Meski tahu mencari pekerjaan tak semudah membalik tangan.Sudah keluar dari kamar, langkah berhenti. Dua tas tadi kembali ditaruh ke lantai. Sebuah panggilan dari Tina masuk ke ponsel."Iya, Bu." Setenang mungkin dia bersuara."Kamu sedang sibuk, Sera? Ibu ada hal yang ingin dibicarakan."Tidak biasanya ibunya seserius itu, Sera mendengarkan dengan sungguh. Menit berlalu, usai di seberang sana ibunya mengucapkan maksud, perempuan ini luruh ke lantai. Terduduk lemas dengan ekspresi nanar.Tina meminjam uang pada Lidia, salah atau  

  • Once then Forever   Bab 14

    Mirna semringah. Menyesap teh yang datang dua menit lalu, bergantian dipandanginya Dimitri dan Dante. Rona bahagia tampak jelas di parasnya yang anggun. Sangat kontras dengan keadaan dua pria di hadapan yang terus menekuk wajah.Hari ini sangat berkesan. Dari pagi hingga sore, kedua buah hati ada di sisi. Menemaninya olahraga, sarapan, bertemu teman-teman arisan, berbelanja dan menikmati secangkir teh hangat di salah satu kafe. Luar biasa, karena setelah sekian lama wanita ini kembali merasa menjadi ratu."Jadi, mari kita bahas sesuatu yang serius." Menaruh cangkir keramiknya, Mirna menegakkan tubuh, duduk dalam posisi terbaik.Dimitri dan Dante mengalihkan pandangan dari ponsel masing sebentar. Si bungsu yang hendak buka mulut segera merapatkan bibir kemabli saat si ibu melotot.Tinggal bersama sudah, kali ini Mirna akan melancarkan serangan utama. Pernikahan, wanita itu meminta kedua putranya menyuarakan, menjelaskan rencana soal

  • Once then Forever   Bab 15

    Pagi yang masih sama. Mentari masih terbit dari timur, Sera juga masih harus setia dengan pekerjaannya. Mungkin, sedikit berbeda pagi ini karena perempuan itu harus ke kamar Dimitri untuk mengambil pakaian kotor. Ini permintaan langsung dari sang bos. Kemarin, setelah membuatkan mi, Sera dipanggil ke kamar untuk membicarakan ini. Dimitri tidak suka karena yang mengambil pakaian kotornya masihlah bu Tesa atau Sania. Katanya, Dimitri tidak nyaman jika wanita seumuran ibunya seperti bu Tesa harus mengurusi pakaian kotornya. Dan Sania, lelaki itu merasa asing dengan asisten rumah tangga tersebut. Karenanya, menginginkan agar Sera sendiri yang mengurusi bagian itu juga mulai hari ini. Setengah hati, pintu kamar Dimitri Sera ketuk. Sahutan pertanda izin masuk terdengar dari dalam, ia melangkah malas. Baru saja hendak mencari letak keranjang pakaian kotor, Sera lebih dulu terkejut akan pemandangan di depan mata. Di dekat ranjang

  • Once then Forever   Bab 16

    Menumpang angkot dalam perjalanan menuju rumahnya, Sera menepikan sejenak rasa senang dan tidak sabar bertemu ibu dan adik-adik. Ia teringat perkataan Dimitri pagi tadi. Tentang pengakuan rasa peduli Dimitrilah yang menyebabkan ia ada di rumah Mirna. Firasat buruk mulai mengusik karena hal itu. Sera merasa bahwa kebetulan yang dialaminya memang sedikit janggal.Sera mengetahui info lowongan kerja itu dari Rio. Kecil kemungkinan temannya itu sengaja menempatkannya di situasi sangat tidak nyaman begini. Rio jelas-jelas tahu bahwa pekerjaan kotor itu sangat membuat batin tersiksa. Jadi, mana mungkin menjebaknya seperti ini. Namun, lagi-lagi kalimat Dimitri terngiang di telinga. Tidak mungkin juga bosnya itu asal bicara, 'kan?Suara klakson yang supir bunyikan membuat Sera kembali ke keadaan sekarang. Rasa senangnya mulai membuncah lagi karena menyadari bahwa sudah dekat dengan rumah. Kue di pangkuan Sera pegang kuat. Matanya menatap tak sabar ke ja

  • Once then Forever   Bab 17

    Langit sudah gelap saat untuk kesekian kalinya Dimitri menilik arloji di tangan. Tatapannya sesekali terarah ke depan, ke tempat di mana berdiri sebuah warung kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari.Ini diluar dugaan Dimitri. Pikirnya tadi, hanya akan mengikuti Sera untuk tahu tempat mana yang perempuan itu tuju hingga harus minta izin libur sejak siang hingga sore di hari gajian. Namun, ternyata rasa penasaran malah melebar ke mana-mana. Siapa yang ditemui Sera. Siapa anak kecil yang Sera pegang tangannya dan siapa pemuda muda yang terus menatapi perempuan itu dengan sorot sayang.Jadilah Dimitri di sini. Masih mengintai dari dalam mobil, menanti Sera keluar dari rumah dan kembali ke kediaman Mirna.Masih belum ada tanda-tanda dari orang yang ditunggu, Dimitri memutar kembali ingatan. Sungguh, hari ini tidak akan dilupakan. Hari ini, pertama kalinya ia melihat Sera bersikap layaknya manusia hidup. Bukan sekadar diam, menunduk, mengangguk, me

  • Once then Forever   Bab 18

    Terserah. Mungkin sudah ratusan kali kata itu Dimitri gaungkan di kepala. Saat kemarin melihat Sera menggendong ransel dan berjalan keluar melewat pagar. Atau, dini hari tadi, saat dirinya terbangun dan tak bisa tidur lagi. Dan sekarang, saat nasi goreng buatan bu Tesa mendarat di lidah dan ia malah mengingat rasa nasi goreng yang lainnya.Terserah. Lelaki itu yakin mampu mengatur hati. Toh, Sera bukan siapa-siapa. Entah baru seminggu atau nanti setelah sebulan kepergian orang itu, tidak akan ada yang berubah dalam hidupnya.Terserah. Persetan. Masa bodoh dengan Sera."Bu Tes! Ini nasi goreng enggak dikasih kecap?"Bu Tesa menatap iba pada anak majikannya. "Mau ibu buatkan yang baru? Yang kecapnya lebih banyak?" Ia menarik piring penuh itu dari hadapan Dimitri.Yang ditanyai mengangguk, menyandarkan punggung ke kursi, kemudian menatap menerawang.Selagi bu Tesa menyiapkan

  • Once then Forever   Bab 19

    "Enggak sadar apa bangkainya segede tiang listrik?"Kalimat bermuatan rasa kesal itu Dante lontarkan sembari melempar tubuh Dimitri ke sofa di ruang tamu. Memegangi pinggang yang lumayan pegal, ia mengumpati si kakak. Pulang di dini hari, dalam keadaan tak sadar karena mabuk pula. Beruntung Mama mereka sedang pergi dan baru akan kembali lusa."Sera. Nasi goreng."Rahang Dante nyaris jatuh ke lantai mendengar itu. Si pemabuk di sofa meracau barusan. Menyebut nama Sera, mantan asisten pribadinya."Kamu dengar saya, Sera?! Wajah saya di sini, bukan di lantai!" Suara bentakan menggema, Dimitri duduk dan menatap tak fokus pada sekeliling.Dante mendekat ke pinggir dudukan kakaknya. Ditatapnya lamat-lamat wajah merah dan kacau itu. Sebuah asumsi menggelitik, tak suka penasaran, segera disuarakan."Kamu ... mabuk karena Sera? Kamu ... suka Sera, Dim?"Mata Dimitr

  • Once then Forever   Bab 20

    Maudi, gadis cantik dengan dress merah selutut itu tampak berdiri gelisah di depan rumahnya. Di sebelah sudah ada satu koper yang akan dibawa ke tempat yang dituju, rumah tante Mirna.Menyisipkan helai rambut ke belakang telinga, perempuan itu membasahi bibir. Gugup mendera mengingat ke mana dan akan apa ia nantinya. Seorang pria bernama Dimitri yang fotonya dilihat kemarin malam terus berenang di kepala.Tante Mirna. Yang Maudi tahu, wanita baik hati itu adalah teman lama dan salah salah karib ibunya. Masalah perjodohan yang dua wanita itu buat, baru diberitahu padanya kemarin malam. Sekaligus meminta persetujuan tentu saja.Pria itu namanya Dimitri. Dari yang Maudi lihat, anak sulung Tante Mirna itu sangat rupawan. Salah satu alasan mengapa ia bersedia ikut ke rumah Mirna dan menginap di sana demi menjalani pendekatan.Awalnya Maudi merasa risih dengan perjodohan ini. Sudah zaman apa dan bukanny

Bab terbaru

  • Once then Forever   Extra Part (3)

    Dimitri berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Berulang kali pria itu melirik arloji yang masih bertengger di lengan. Kemeja kerjanya saja belum diganti, demi menanti seseorang.Raut sedikit gugup mampir di parasnya yang semakin matang. Pepatah makin tua makin menjadi, cocok pria 41 tahun itu sandang.Ini hari Selasa. Dimitri pulang bekerja lebih awal, pukul satu. Harusnya, lelaki itu ingin bolos saja. Namun, seseorang itu masih saja menolak ditemani. Padahal, usianya masih tujuh tahun dan harusnya datang ke sekolah bersama orang tua.Keras kepala tampaknya turun-temurun. Di mana-mana, semua anak itu ingin ditemani ayah atau ibu mereka mengambil rapor. Tidak demikian dengan yang satu itu.Anak itu ingin mengambil rapor sendiri. Masalah konsultasi antara orang tua dan guru, bisa dilakukan di lain hari, saat dirinya tidak ikut katanya. Sungguh membingungkan dan memaksakan kehendak. Sama seperti Dimitri dulu.

  • Once then Forever   Extra Part (2)

    Mengusap kepala belakangnya gusar, Dimitri tampak berjalan pelan menuju mobil yang terparkir di bawah sebuah pohon. Lelaki itu mengambil napas dalam, sebelum akhirnya menarik pintu dan masuk ke dalam. Sore yang lumayan menguras tenaga. Padahal, niat awalnya ialah mengajak sang istri jalan-jalan. Sekadar menghilangkan penat, terlebih si ibu hamil tampak cemberut sejak pagi hari. Namun, tidak sengaja pertengkaran tejadi. Ada ketidaksepahaman antara mereka tadi. Soal Hares. Sera kukuh ingin adiknya itu berhenti mengambil kerja sampingan di bengkel temannya Dimit. Sera tak ingin Hares kelelahan dan kuliahnya terganggu. Namun, Dimitri punya pendapat lain. Dimitri yakin Hares bisa membagi waktu. Pun, selama ini adik iparnya itu terlihat sangat bertanggungjawab atas pilihan yang dibuat. Semester lalu saja, nilai Hares lebih dari memuaskan. Perbedaan pendapat ini makin keruh karena Dimitri menolak meminta Hares berhenti bek

  • Once then Forever   Extra Part (1)

    Bar-bar. Itu yang saat ini terbersit di pikiran Dimitri jika ada yang bertanya mengenai pengalaman menjadi suami dari istri yang sedang mengandung. Sepagi ini, Sera sudah berulah. Sesaat setelah bangun, perempuan yang perutnya sudah sedikit bundar itu langsung menyuarakan keinginan tidak realistis dan super konyol. "Aku punya tiga hal yang harus kamu lakukan hari ini. Pertama, peluk Dante dan Kak Brian di depan aku." Hah! Habis kata untuk mendebat, Dimitri memberi gelengan sebagai respon. Sudah gila memangnya? Memeluk Dante dan Brian? Untuk apa? Gunanya apa? Keinginannya--Sera bilang keinginan bayi--tidak dipenuhi, perempuan itu berbaring di karpet ruang tamu. Berkata akan terus di sana sampai si suami mau melakukan hal yang diminta. Bar-bar. Dimitri tiba-tiba-tiba saja menyesal karena selama ini Sera selalu bersikap baik. Harusnya, perempuan itu bersikap aneh-aneh saja sejak dulu. Jadi, saat hamil b

  • Once then Forever   Bab 67 - End

    Sore ini Sera sedang berada di rumah Mirna. Bersama Dimitri dan beberapa anggota keluarga lainnnya. Ada acara makan dan bakar-bakar bersama. Tidak ada perayaan apa-apa, si ibu mertua hanya ingin merasakan hangatnya suasana saat seluruh keluarga berkumpul. Dimitri sedang ada di halaman belakang bersama sepupu-sepupunya mempersiapkan panggangan, ikan dan daging, si istri tengah duduk di ruang tamu bersama Mirna. Mertua dan menantu tersebut berangkulan di sofa, dengan Mirna yang memijat pelan punggung Sera. "Jangan capek makanya." Mirna menduga pegal yang istri anaknya itu rasakan di pinggang dan punggung adalah akibat dari terlalu memaksakan diri mengerjakan pekerjaan rumah. "Kalau orang lain lihat, disangkanya Sera yang anak Mama, sedang Dimitri yang menantu." Inka yang baru turun setelah memberi makan Erza tersenyum melihat kedekatan Mirna dan Sera.

  • Once then Forever   Bab 66

    Langkah Sera tergesa menuju kamar. Menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke sana. Mereka baru saja pulang dari jalan-jalan ke stadion olahraga di kampus Dimitri dulu.Mencapai pintu, suara orang muntah langsung mengisi telinga. Dari arah kamar mandi di ruangan itu, yang saat ini dihuni Dimitri.Berdiri di belakang tubuh lelaki yang membungkuk di depan wastafel, Sera mengusap-usap punggung itu. Dahinya ikut mengernyit tak nyaman."Perasaan enggak terlambat makan. Asam lambungnya kambuh?" Tangan Sera berpindah ke tengkuk Dimitri. Memberi pijatan pelan di sana. Pria itu terus muntah, tetapi tidak keluar apa-apa dari mulut kecuali liur.Yang ditanyai menggeleng. Tak tahu dan juga heran. Setibanya di rumah, perut tiba-tiba bergejolak, seolah ada yang mendesak ingin dikeluarkan. Namun, tidak ada apa pun kecuali air.Gejolak itu kembali datang, Dimitri menjulurkan lidah. Tangannya

  • Once then Forever   Bab 65

    Suara derap langkah kaki yang menuruni tangga sampai ke telinga Dimitri yang tengah meneguk air dingin di depan meja makan. Berikutnya, suara si nyonya rumah terdengar."Bu Ima, Dimitri udah pergi?""Belum, Buk." Bu Ima yang sedang mencuci piring menyahut.Menaruh botol di atas meja, saat mulut masih menampung air, Dimitri menoleh ke asal suara. Kontan, air mancur buatan keluar dari mulut pria itu. Dia tersedak kemudian."Kenapa aku enggak dibangunkan?" Mendapati suaminya di sana, Sera berkacak pinggang. Dahinya berlipat tak senang. Ini sudah pukul sepuluh dan ia baru saja terjaga.Biasanya sudah bangun pukul enam. Menyiapkan sarapan, pakaian Dimitri, terkadang ikut suaminya lari pagi. Namun, hari ini semua aktivitas itu absen dilakukan.Ini yang ketiga kali dalam dua bulan terakhir Sera bangun kesiangan. Semua ini tentu saja karena ulah Dimitri. Pria itu membuatnya

  • Once then Forever   Bab 64

    Hati-hati memikirkan sesuatu. Karena, terkadang, apa yang terus-terusan kamu pikirkan bisa menjadi kenyataan.Pikirkan hal buruk sejarang mungkin. Selalulah berpikiran soal hal baik dan positif.Dimitri menyesal. Entah sudah berapa kali mulut pria itu mengumpati diri sendiri di dalam mobil yang dilajukan secepat mungkin.Beberapa saat lalu, lelaki itu sedang berada di salah satu kantor pengacara. Berkonsultasi dengan Bimo, salah satu pengacara kenalan keluarganya. Bukan untuk urusan bisnis, kali ini Dimitri ingin membicarakan perihal perceraian.Memang kepala batu. Meski sudah diberi tamparan, pria itu masih kukuh untuk menyudahi pernikahan tampaknya. Membicarakan perceraian dengan seorang pengacara, itu salah satu bentuk keseriusan.Ia sudah sempat bicara sedikit dengan Bimo di kantor pengacara itu, sampai sebuah telepon dari nomor Sera masuk.Ketika dijawab, yang menyapa bukan Sera. Melainkan seora

  • Once then Forever   Bab 63

    "Buk, mau tidur?"Sera yang hampir terlelap di sofa mau tak mau membuka mata mendengar tanya itu. Dilihatnya Bu Ima berdiri di dekat meja. Sebagai jawaban, perempuan itu mengangguk pelan."Enggak makan dulu? Belum makan siang, 'kan?" Wanita itu melirik ke jam di dinding. Pukul empat, sudah amat terlambat untuk makan siang.Yang ditanyai tersenyum tanda terima kasih, mata mulai terpejam lagi. "Aku ngantuk, Buk. Enggak selera juga. Capek banget, padahal enggak melakukan apa-apa."Bu Ima mengangguk, meski raut cemas masih terpatri di wajah. Sebelum pergi, ia memakaikan selimut pada Sera.Suasana tenang membuat kantuk semakin menyerang. Namun, Sera masih harus menunda tidur karena ponsel di atas meja bergetar.Sebuah pesan gambar dari nomor tak dikenal datang. Berkedip beberapa kali untuk menjernihkan penglihatan, Sera mengetuk layar. Tak lama sebuah foto muncul.Gambar itu berisi Dimitri dan seorang perempuan. Sedang berdiri bersisian da

  • Once then Forever   Bab 62

    Suara tepuk tangan mengisi salah satu ruangan di panti asuhan Harapan. Pemenang lomba menggambar baru saja diumumkan.Senyum semringah terlukis di wajah Sera. Perempuan dengan gaun selutut berwarna biru itu maju ke depan dan memberikan hadiah pada si kecil Yasa. Anak lelaki berusia delapan tahun itu menerima bingkisan berisi tas, buku dan alat tulis itu dengan senyum lebar."Latihan terus gambarnya, biar makin pintar." Sera mengusap pucuk kepala Yasa. Sudah akan kembali ke kursi, tetapi lengannya ditarik.Yasa masih setia mempertontonkan deretan gigi. Menaruh hadiahnya di lantai, ia meminta wanita di hadapan untuk berjongkok.Sera menurut, meski sedikit bingung. Ketika wajah sudah sejajar dengan Yasa, anak lelaki itu memegangi pipi dan membuatnya menghadapkan pandang ke depan.Tulus, Yasa memberi satu ciuman sayang di pipi Sera. "Makasih banyak. Sayang Bu Sera banyak-banyak."

DMCA.com Protection Status