Assa datang bersama Alfredo menghadiri lelang tender pesawat tempur yang diadakan oleh berbagai instansi keamanan nasional dari berbagai negara. Sebagai pemilik perusahaan keamanan yang juga merangkap sebagai perusahaan persenjataan, jelas Assa tertarik ketika diundang untuk menghadiri acara tersebut.Assa hadir bukan sebagai vendor yang akan mempresentasikan produk mereka pada para petinggi keamanan nasional yang hadir hari ini. Posisinya sama seperti petinggi keamanan nasional yang sedang mencari jenis pesawat tempur terbaru untuk armada keamanan mereka. Assa juga bisa menjadi investor untuk beberapa vendor yang bisa menarik hatinya.Ada beberapa kamera wartawan yang menyoroti Assa ketika melangkah masuk ke gedung pertemuan. CEO muda yang digadang-gadang menjadi pesaing besar Blue Eyes itu namanya kian mentereng karena Assa berhasil menyabet pengusaha sukses versi majalah Forbes selama dua tahun terakhir ini.Meski banyak yang mengatakan bahwa keberuntungan Assa ada berkat Alfredo,
Assa menyimpan ponselnya kembali ke dalam sakunya ketika tidak bisa menghubungi Alyssa secara langsung. Dia pikir bisa melakukannya lagi setelah melihat calon pengawal yang akan menemani Alyssa. Assa sudah memilih tiga orang yang secara khusus olehnya.Dua pria dan satu wanita. Salah satu pria itu adalah Dastan yang ikut mendaftarkan diri begitu mendengar informasi bahwa perusahaan Welsh merekrut anggota keamanan baru. “Kalian tidak akan bekerja di perusahaan, tapi akan bekerja secara khusus untuk menjaga seseorang. Hanya saja sebelum melakukan pekerjaan, kalian akan dilatih selama tiga bulan di sini, jika kalau perkembangan kalian bagus bisa lebih cepat,” ujar Assa pada ketiganya.Selebihnya urusan pelatihan itu diserahkan pada kepala tim senior. Assa tidak akan ikut campur terkait pelatihan apa saja yang diterima mereka. “Kau Dastan pemilik toko itu bukan?”“Yes, Sir!”“Bagaimana keadaan nenekmu?”Dastan sedikit bengong ketika Assa menanyakan hal tersebut tapi, kemudian menjawab. “
Assa menepati janjinya untuk menemani Alyssa ke pemakaman sebelum pergi ke kantor. Dia juga menyiapkan buket bunga. Ditemani Jeff, mereka pergi hanya bertiga. Sepanjang perjalanan Alyssa hanya diam sambil menggenggam bunga di tangannya. Perasaan gadis itu sedang tidak baik-baik saja.Ibunya dimakan di kawasan Highgate Cemetery. Alyssa ingat benar hari ketika dirinya mengalami kecelakaan dengan ibunya. Saat itu dia dan ibunya yang seorang guru baru saja pulang dari karya wisata sekolah. Alyssa masih berusia sepuluh tahun ketika peristiwa itu terjadi. Malam itu hujan turun, ibunya mengendarai mobil dan Alyssa duduk di belakang.Hal yang Alyssa ingat dari kecelakaan itu adalah suara benturan keras, dan juga darah. Setelah itu Alyssa tak sadarkan diri. Dia baru membuka matanya lima hari kemudian. Ibunya sudah dimakamkan, dan ayahnya hanya menangis memeluk dirinya.“Sudah sampai Tuan,” Jeff memberitahu bahwa mereka sudah sampai. Dia akan menunggu di area parkir. Gerbang tinggi serupa kasti
Ada yang aneh ketika Alyssa pulang dari pemakaman. Helga, Diana dan Bertha pun tidak sesibuk biasanya dalam menangani Alyssa yang menjadi pendiam. Tidak ada Alyssa yang mengacau, gadis itu lebih banyak berdiam diri di perpustakaan pribadi milik Assa, hanya saja kali ini tanpa kedua bebeknya.Ternyata diamnya Alyssa menjadi sebuah keresahan bagi orang-orang di sekitar gadis itu. Bertha dan Diana memasak dalam tenang, tiba-tiba merasa kurang karena Alyssa tidak kunjung ke dapur untuk merepotkan mereka.Helga jadi lebih banyak berpikir. “Pasti terjadi sesuatu.”Bertha melihat Helga yang duduk di meja makan sambil mengunyah kacang almond sangrai. “Apa dia bertengkar dengan Tuan Muda?”“Sepertinya.”Saat Alyssa ke dapur, mereka langsung mengalihkan perhatian pada gadis itu. Berpikir Alyssa akan membuat kekacauan lagi tapi, Alyssa hanya mengambil sebotol jus kemasan dari lemari pendingin lalu keluar dari dapur.“Ini benar-benar aneh,” ujar Diana yang diangguki Bertha dan juga Helga. “Meskip
Meluangkan waktunya hanya agar Alyssa mau makan, Assa kini ada di dapur memasak makan malam untuk berdua dengan Alyssa. Pan yang panas berdesis tatkala Assa memasukkan mentega di atasnya. Setelah mentega mencari sempurna, Assa memasukkan potongan daging. Alyssa duduk memperhatikan Assa dalam balutan apron hitam. Sekali lagi dalam warasnya Alyssa mengakui bahwa Assa sosok yang diidam-idamkan kebanyakan wanita di muka bumi. Alyssa tak terlalu banyak mengenal Assa tapi, Assa mengenalnya dengan baik. Seolah-olah mereka pernah hidup bersama ribuan tahun yang lalu.“Apa kamu benar-benar merasa jenuh di sini?” tanya Assa pada Alyssa di sela-sela kegiatan memasaknya. Dia memasukkan rosemary dan beberapa siung bawang putih di atas pan bersama daging yang lebih dulu dimasak.“Entahlah, mungkin karena aku terbiasa hidup di luar jadi seharian berada di rumah terasa sangat melelahkan.”Assa mengerti kondisi tersebut karena terkadang dirinya pun merasa jenuh ketika seharian ada di rumah. Hari-hari
Setelah selesai sarapan Alyssa dan Assa langsung menuju halaman samping. Tempat dimana greenhouse dan kandang bebeknya berada. Dua Bebek itu berada di sekitar kandang yang dipagar kayu. Mereka berkeliaran sambil sesekali mematuk sisa-sisa makanan mereka yang tercecer di rumput.Assa berdiri di dekat kandang memperhatikan dua Bebek yang terlihat menyebalkan di matanya. Satu hal yang masih dipertanyakan Assa dalam otaknya adalah dari sekian banyak hewan peliharaan kenapa Alyssa harus memilih Bebek? Kenapa tidak yang lebih bagus sedikit misalnya Angsa?“Kenapa kamu menatap mereka dengan kebencian?” tanya Alyssa sinis pada Assa. Gadis itu tak suka dari cara Assa menatap kedua Bebeknya.“Apa tatapanku terlihat seperti membenci mereka?” tanya Assa sambil bertolak pinggang.“Iya, kau bahkan seperti ingin menggoreng mereka.”Bibir Assa berkedut kesal tapi, dia menahan diri karena tidak ingin adu mulut lagi dengan Alyssa. “Kalau kamu berani kabur lagi, aku pastikan nasib dua Bebek itu akan ada
Hal yang kemudian Alyssa sadari adalah bahwa terkurung di sangkar emas tidak selalu buruk. Dia mencoba untuk memperluas arti dari kata terkurung yang diciptakannya sendiri. Membenarkan bahwa dirinya kini ada di sangkar emas tapi, bukan sangkar yang sempit seperti kebanyakan sangkar yang ada di muka bumi ini. Alyssa tengah mencoba berpikir bahwa sangkar yang dihuninya ini adalah sangar yang sangat luas. Bahkan dia tetap bisa mengepakkan sayapnya lebar-lebar.Hal yang pada akhirnya berujung pada sebuah penerimaan. Alyssa tengah benar-benar berusaha menerima jalan hidupnya kini. Pikirannya tengah memikirkan hal-hal baik dari apa yang dia terima selama tinggal di kediaman Assa. Mencoba menurunkan egonya untuk bisa menjalani harinya dengan tenang. Tentu saja Alyssa lelah dengan tingkahnya sendiri yang selama ini menentang Assa. Sebab sejatinya Alyssa adalah gadis penurut.Malam hari setelah makan, Alyssa duduk di ruang kerja Assa. Pria itu memberikan gambar desain rumah pohon yang akan dib
Setelah kedatangan Hanna untuk menemaninya, kali ini Alyssa juga kedatangan Dastan. Pria itu sampai di mansion tak lama setelah Assa pergi. Hanya saja Dastan tak sendiri. Dia datang bersama dua rekannya untuk bertugas menjaga Alyssa, sebagai masa percobaan. Ketiganya akan diawasi oleh Jeff, pria itu paling dipercaya oleh Assa. “Jadi kamu mendaftarkan diri untuk bekerja sebagai pengawal dan Assa memilih kamu untuk menjagaku?” tanya Alyssa begitu berdiri di hadapan Dastan, di depan pintu rumah. “Benar.”“Lalu bagaimana dengan nenek?”“Setelah kejadian itu nenek sedikit trauma jadi dia memilih tinggal bersama Mia.”Alyssa menarik tangan Dastan untuk masuk, dan duduk bersamanya di ruang tamu namun pria itu tetap memilih berdiri bersama dua temannya. “Kenapa?” tanya Alyssa kemudian.“Maafkan saya, tapi saya di sini untuk bekerja.”“Oh, begitu rupanya,” Alyssa menunduk tak suka dengan keadaan sekarang yang jelas sekali terlihat kesenjangan. “Tapi Dastan, kamu tetap temanku.”“Aku mengerti,