Meluangkan waktunya hanya agar Alyssa mau makan, Assa kini ada di dapur memasak makan malam untuk berdua dengan Alyssa. Pan yang panas berdesis tatkala Assa memasukkan mentega di atasnya. Setelah mentega mencari sempurna, Assa memasukkan potongan daging. Alyssa duduk memperhatikan Assa dalam balutan apron hitam. Sekali lagi dalam warasnya Alyssa mengakui bahwa Assa sosok yang diidam-idamkan kebanyakan wanita di muka bumi. Alyssa tak terlalu banyak mengenal Assa tapi, Assa mengenalnya dengan baik. Seolah-olah mereka pernah hidup bersama ribuan tahun yang lalu.“Apa kamu benar-benar merasa jenuh di sini?” tanya Assa pada Alyssa di sela-sela kegiatan memasaknya. Dia memasukkan rosemary dan beberapa siung bawang putih di atas pan bersama daging yang lebih dulu dimasak.“Entahlah, mungkin karena aku terbiasa hidup di luar jadi seharian berada di rumah terasa sangat melelahkan.”Assa mengerti kondisi tersebut karena terkadang dirinya pun merasa jenuh ketika seharian ada di rumah. Hari-hari
Setelah selesai sarapan Alyssa dan Assa langsung menuju halaman samping. Tempat dimana greenhouse dan kandang bebeknya berada. Dua Bebek itu berada di sekitar kandang yang dipagar kayu. Mereka berkeliaran sambil sesekali mematuk sisa-sisa makanan mereka yang tercecer di rumput.Assa berdiri di dekat kandang memperhatikan dua Bebek yang terlihat menyebalkan di matanya. Satu hal yang masih dipertanyakan Assa dalam otaknya adalah dari sekian banyak hewan peliharaan kenapa Alyssa harus memilih Bebek? Kenapa tidak yang lebih bagus sedikit misalnya Angsa?“Kenapa kamu menatap mereka dengan kebencian?” tanya Alyssa sinis pada Assa. Gadis itu tak suka dari cara Assa menatap kedua Bebeknya.“Apa tatapanku terlihat seperti membenci mereka?” tanya Assa sambil bertolak pinggang.“Iya, kau bahkan seperti ingin menggoreng mereka.”Bibir Assa berkedut kesal tapi, dia menahan diri karena tidak ingin adu mulut lagi dengan Alyssa. “Kalau kamu berani kabur lagi, aku pastikan nasib dua Bebek itu akan ada
Hal yang kemudian Alyssa sadari adalah bahwa terkurung di sangkar emas tidak selalu buruk. Dia mencoba untuk memperluas arti dari kata terkurung yang diciptakannya sendiri. Membenarkan bahwa dirinya kini ada di sangkar emas tapi, bukan sangkar yang sempit seperti kebanyakan sangkar yang ada di muka bumi ini. Alyssa tengah mencoba berpikir bahwa sangkar yang dihuninya ini adalah sangar yang sangat luas. Bahkan dia tetap bisa mengepakkan sayapnya lebar-lebar.Hal yang pada akhirnya berujung pada sebuah penerimaan. Alyssa tengah benar-benar berusaha menerima jalan hidupnya kini. Pikirannya tengah memikirkan hal-hal baik dari apa yang dia terima selama tinggal di kediaman Assa. Mencoba menurunkan egonya untuk bisa menjalani harinya dengan tenang. Tentu saja Alyssa lelah dengan tingkahnya sendiri yang selama ini menentang Assa. Sebab sejatinya Alyssa adalah gadis penurut.Malam hari setelah makan, Alyssa duduk di ruang kerja Assa. Pria itu memberikan gambar desain rumah pohon yang akan dib
Setelah kedatangan Hanna untuk menemaninya, kali ini Alyssa juga kedatangan Dastan. Pria itu sampai di mansion tak lama setelah Assa pergi. Hanya saja Dastan tak sendiri. Dia datang bersama dua rekannya untuk bertugas menjaga Alyssa, sebagai masa percobaan. Ketiganya akan diawasi oleh Jeff, pria itu paling dipercaya oleh Assa. “Jadi kamu mendaftarkan diri untuk bekerja sebagai pengawal dan Assa memilih kamu untuk menjagaku?” tanya Alyssa begitu berdiri di hadapan Dastan, di depan pintu rumah. “Benar.”“Lalu bagaimana dengan nenek?”“Setelah kejadian itu nenek sedikit trauma jadi dia memilih tinggal bersama Mia.”Alyssa menarik tangan Dastan untuk masuk, dan duduk bersamanya di ruang tamu namun pria itu tetap memilih berdiri bersama dua temannya. “Kenapa?” tanya Alyssa kemudian.“Maafkan saya, tapi saya di sini untuk bekerja.”“Oh, begitu rupanya,” Alyssa menunduk tak suka dengan keadaan sekarang yang jelas sekali terlihat kesenjangan. “Tapi Dastan, kamu tetap temanku.”“Aku mengerti,
Pukul lima sore Assa menghadiri sebuah pameran lukisan The National Museum Tokyo. Galeri pameran hari ini diisi oleh tiga pelukis ternama, salah satunya adalah Himura Ozora. Pelukis Jepang berusia Enam puluh tiga tahun yang menurut informasi adalah pria yang menahan Leonidas.Assa mendatangi pameran tersebut atas undangan dari penyelenggara. Kesempatan yang bagus untuk Assa bisa mengenal Himura. Assa yang datang bersama Argo berkeliling melihat-melihat aneka rupa lukisan yang dipamerkan."Kita bisa menemuinya jika membeli lukisannya yang paling mahal karena secara eksklusif akan diberikan tanda tangan,” Argo berkata pada Assa menyampaikan informasi yang didapatnya.“Apa hubungannya sangat dekat dengan pemilik Blue Eyes?”“Tidak terlalu, Edmund menitipkan Leonidas pada Himura sejak tiga tahun yang lalu, sebagai gantinya Himura mendapatkan gallery di Tokyo, dan dua kota lainnya di Jepang.”Kening Assa berkerut. “Hanya itu? Apa Himura tidak bertanya siapa Leonidas?”“Aku kurang tahu, tap
Hari sudah siang ketika Alyssa membuka matanya. Dia enggan beranjak dari tempat tidur. Sejak kemarin dia menunggu Assa menghubunginya tapi, penantiannya itu sia-sia. Hanya Hanna yang mengirimnya pesan mengatakan bahwa hari ini tidak bisa datang karena harus menemani ibunya ke rumah sakit.Alyssa menatap layar ponselnya. “Apa aku harus mengirim pesan padanya lebih dahulu?”Alyssa mengetikan pesan bertanya soal keadaan Assa, tapi langsung dihapus lagi. Otaknya berpikir mencari kalimat yang pas untuk dikirim pada Assa, tapi selalu berakhir dengan dihapus. Hal yang kemudian terjadi adalah Alyssa melempar ponselnya ke sisi.“Kenapa harus repot-repot memikirkan dia. Sebaiknya aku segera mandi, lalu mengajak Dexter dan Maggie berjalan-jalan,” Alyssa berkata pada dirinya sendiri, lantas dia segera bangun menuju kamar mandi.Di dalam kamar mandi ketika menatap cermin wastafel tiba-tiba saja wajah Assa muncul di sana. Alyssa terbelalak tak percaya, dia menyentuh cermin itu lalu seketika wajah A
Membuat kue mungkin menjadi salah satu cara yang dipilih para wanita untuk saling mendekatkan diri. Meski ini seperti sebuah penebusan dosa bagi Lucy, tapi wanita itu senang karena bisa lebih dekat lagi dengan Alyssa. Lucy berjanji pada dirinya sendiri untuk mengganti waktu Alyssa yang hilang bersama orang tuanya.Lain lagi bagi Alyssa yang semula berpikir dirinya bisa menemani Lucy membuat kue, tapi ternyata pikirannya kacau ketika melihat Lucy di dapur dengan apron dan juga rambut yang diikat. Terlebih lagi pakaian yang Lucy kenakan hari ini seperti gaya mendiang ibunya.Alyssa berdiri di ambang pintu memperhatikan Lucy yang tengah menyiapkan bahan-bahan dan juga peralatan untuk membuat kue hari ini. Ragu-ragu Alyssa mendekati Lucy.“Jadi apa yang bisa aku bantu?”“Tunggu sebentar,” Lucy mengambil ponselnya, lalu dia menghubungkan itu dengan wireless speaker. Suara musik Sugar milik salah satu penyanyi terkenal itu mengalun. “Membuat kue akan menjadi lebih menyenangkan sambil menden
Jauh di Negeri Sakura sana, Ada Assa yang tengah menghadiri makan malam di galeri pribadi Himura bersama beberapa pembeli lukisan dengan harga tertinggi. Jamuan makan malam benar-benar kental dengan nuansa Jepang. Galeri pribadi Himura juga berupa rumah tradisional Jepang yang disebut Minka. Halaman yang luas dihiasi bonsai-bonsai cantik dengan kelap-kelip lampu yang menggantung di atas kepala. Mushiko Mado atau pintu geser khas Jepang dibiarkan terbuka. Tatami digelar di setiap ruangan. Meja-meja berjajar rapi dilengkapi Zabuton sebagai alas duduk. Selain galeri lukisan, Hiburan juga mempunyai Tokonama, ruangan yang diisi khusus dengan benda-benda Artistik yang malam ini juga dipamerkan. Assa mengamati benda-benda di ruangan tersebut. Sepertinya didapatkan dari pelelangan. “Apa ada yang menarik hati Anda, Tuan?” tanya Jessica. “Ya, sangat menarik hanya saja ya bukan kolektor benda-benda antik. Saya lebih suka lukisan.”Jessica tersenyum menanggapi, dia bergerak dan berdiri di sisi