Assa sudah memikirkan cara untuk melamar Alyssa. Melihat kondisi Samuel yang membaik, memberinya peluang lebih besar untuk segera mempersunting wanita yang tengah mengandung anaknya itu. Rasanya tidak mau menunda lagi, sudah banyak hal yang mereka lewati bersama. Assa sudah yakin benar bahwa dirinya bersedia berkomitmen dengan Alyssa. Terlebih lagi sekarang juga urusan yang melibatkan Elliot pelan-pelan segera selesai meski, Assa masih belum tenang karena keberadaan Alfredo dan Argo masih belum ditemukan. Kedua orang itu sangat memungkinkan menjadi ancaman bagi Assa maka, dia akan melakukannya dengan pelan-pelan. Assa ingin menyiapkan acara lamarannya untuk Alyssa agar menjadi sesuatu yang tak bisa dilupakan oleh wanita yang dicintainya itu. Saat dia melamar Alyssa semuanya harus sempurna dan berkesan. Jadi Assa lebih dahulu menyampaikan rencananya untuk melamar Alyssa pada Lucy. Meminta wanita itu untuk segera kembali.Mereka duduk berdua di taman salah satu rumah tenang milik Assa
Setelah beberapa hari Arthur mengawasi tiga tempat yang Assa beritahu padanya, di hari ketiga polisi yang menyamar jadi penduduk sekitar akhirnya mengetahui keberadaan Alfredo. Pria itu ada di gereja yang terjadi dibangun oleh kakeknya dahulu. Gereja tersebut bukanlah gereja besar tapi, cukup sering didatangi orang-orang untuk beribadah.Kepala gereja membantu Alfredo bersembunyi. Bahkan keluar untuk membelikan Alfredo makanan dan minuman. Arthur dan regunya bergerak lebih cepat, mereka mengelilingi Gereja, sebab Gereja tersebut mempunyai dua pintu masuk dengan jendela-jendela yang besar. Jendela yang bisa menjadi akses Alfredo melarikan diri.Arthur lewat isyarat tangan meminta tiga anak buahnya maju, masuk ke gereja yang sedang sepi itu. Mereka masuk dengan posisi siaga, senjata di tangan diarahkan ke sekitar agar ketika mereka menemukan target, mereka bisa langsung melepaskan tembakan. Arthur sudah memberi perintah untuk menembak Alfredo jika berusaha untuk kabur lagi.Arthur menyu
Lucy menyebut makan malamnya kali ini adalah sambutan perayaan Alyssa yang tengah hamil dan juga Samuel yang sudah kembali ke rumah. Lucy mengundang Mark dan keluarganya untuk datang. Hanna, Dastan, Mia dan nenek Elizabeth juga diundang datang. Tampak bahagia, dan ceria. Melupakan fakta bahwa di luar sana Alfredo terbaring sakit. Lucy ingin melupakan sejenak tentang masalah yang terjadi. Dia juga menghindari wartawan dengan berlama-lama berdiam diri di rumah.“Sepertinya Natal tahun ini kita harus merayakannya bersama lagi,” Lucy mengusulkan perayaan Natal pada Mark dan yang lainnya. Mereka mengobrol di ruang keluarga yang tanpa sekat langsung menyatu dengan dapur bersih. Dimana Alyssa tengah membantu Helga, Diana dan juga Bertha. Beberapa asisten tambahan membantu menyiapkan meja. Hanya tiga orang yang benar-benar bisa Assa pekerjakan. Sisanya akan datang siang hari. “Dia terlihat bahagia, tapi dia sering menangis saat malam seorang diri di kamarnya,” lirih Helga bicara pada Alyssa
Alyssa membawa nampan di tangannya dengan cangkir dan cookies di atasnya untuk Assa pagi ini. Semalam salju turun lebat diiringi angin yang membuat Alyssa tidak nyaman dengan tidurnya, tapi beruntungnya adalah Assa yang tenang mendekapnya semalaman sampai pulas tidur Alyssa. Wanita itu bangun pagi untuk membuatkan sarapan dan merawat ayahnya yang semalam tidur di tempat mereka. Kini waktu bersantainya Alyssa gunakan untuk menikmati camilan bersama Assa. “Kamu seperti hidup di jaman kakekku saja, pagi-pagi seperti ini sudah membaca koran,” ledek Alyssa pada Assa seraya meletakkan nampannya di atas meja, dan menyuguhkan kopi hitam itu pada Assa.“Apa aku terlihat seperti seorang kakek-kakek?” tanya Assa melipat korannya, lalu mencicipi kopi yang dibuatkan Alyssa.“Tidak tapi, caramu membaca koran. Orang-orang jaman sekarang lebih tertarik menggunakan gadget mereka untuk membaca berita.”“Hal-hal klasik selalu menarik Alyssa,” timpal Assa, dia meletakan cangkir kopinya ke ata
Panti asuhan Santa Maria berada di bawah kaki gunung. Assa ingat kali pertama dia bertemu dengan Argo di tempat ini. Ketika itu Argo duduk sendirian di bangku taman sembari memainkan bolanya dengan kaki, sementara di lapangan kecil teman-teman Argo bermain bola bersama.Assa yang heran melihat Argo, lalu melihat pada anak-anak di lapangan. Dia kemudian mengerti bahwa Argo tak mempunyai teman maka dari itu Assa datang menghampiri. Dia berdiri di hadapan Argo. Ketika kedua mata mereka bertemu, Assa tersenyum dan mengulurkan tangan untuk mengajak Argo berkenalan.Namun kenangan kecil nan manis dari masa lalu itu kini hanya menyisakan helaan nafas berat bagi Assa. Pria itu berdiam diri memandangi bangku taman yang usang. Tampaknya sudah sangat lama sekali tidak dicat. Seorang biarawati datang menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya kemudian dengan ramah.“Saya ingin bertemu dengan kepala panti asuhan. Kalau tidak salah namanya suster Anna.""Oh, beliau sudah sangat lama sekali
Lucy sudah banyak mendengar informasi tentang suaminya sampai pada kabar tentang Alfredo yang dirawat di rumah sakit karena peristiwa penembakan saat dia berusaha melarikan diri. Lucy tak perlu bertanya lebih jauh tentang siapa penembak jitu yang melukai Alfredo pada bagian dadanya, nyaris mengenai jantung.Kini wanita yang berpakaian serba hitam itu berdiri di sisi ranjang Alfredo yang masih berstatus sebagai suaminya. Pakaian hitam seolah-olah menunjukkan dirinya yang berduka, tapi jelas sebenarnya tidak sama sekali. Lucy tidak menangis apalagi berduka untuk kondisi Alfredo saat ini.Pandangan mata Lucy bukan lagi mata yang memandang Alfredo penuh cinta melainkan pandangan yang acuh tak mau tahu segala hal tentang Alfredo. Kedatangannya ke rumah sakit bukan benar-benar ingin tahu kondisi pria itu. Tidak sama sekali.“Padahal aku berharap kau akan mati dalam sekali tembakan, tapi rencana membuatmu mati dengan perlahan ternyata cukup menyenangkan,” katanya dengan mata memandang lurus
Di tengah-tengah kasus Elliot yang masih bergulir, Assa tetap sibuk dengan perusahaannya. Dia juga masih terus memantau mengikuti perkembangan kasusnya. Assa akan datang jika diminta sebagai saksi oleh pihak yang berwajib. Dia benar-benar membantu Mark yang menuntut Elliot atas kasus Leonidas, juga membantu Edmund sesuai dengan porsinya.Meski belum tenang benar dunianya, tapi Assa tetap terlihat. Hari ini dia mendengar kabar dari Alyssa bahwa ibunya datang ke mansion untuk membuat kue bersama. Assa sedikit lega karena Lucy tidak sehancur seperti apa yang diam-diam dia takutkan. Sebelum pulang ke mansion, Assa lebih dahulu mendatangi rumah sakit tempat Alfredo dirawat.Meskipun dia berkali-kali berusaha untuk tidak peduli lagi dengan Alfredo nyatanya Assa tidak bisa. Sebagai seorang anak yang tumbuh bersama pria itu, hati nurani Assa masih mengasihani. Assa bukan pria yang kejam sehingga mudah sekali membenci. Assa adalah bentuk kebaikan yang selama ini diajarkan oleh Lucy.Ketika pin
Jeff selepas pulang dari rumah sakit melarikan dirinya ke sebuah klub yang sering didatanginya bersama Argo dahulu. Ketika Jeff mabuk berat, maka Argo akan menjaga Jeff dan mengantar pria itu pulang sampai dengan selamat. Argo selama ini cenderung menjadi seorang penjaga bagi Jeff. Apa yang terjadi jelas banyak mengusik hati dan pikiran Jeff. Jeff duduk di meja bar sambil memperhatikan bartender yang membuat minuman untuk para pelanggannya. Beberapa bartender dikenal baik oleh Jeff bahkan salah satu dari mereka bertanya kepada. "Saya mendengar berita tentang Argo. Meskipun tidak begitu dekat, tapi itu cukup menguras emosi saya apa kau baik-baik saja”“Hanya kecewa, tapi hidup memang selalu seperti itu bukan? Ada kecewa dan bahagia.”Bartender tersebut tertawa renyah. “Ini seperti bukan dirimu. Terlalu bijak,” katanya kemudian meragukan Jeff yang mendadak jadi bijaksana itu.Jeff tertawa mendengar penuturan baru tender bernama Bernaus itu. “Sepertinya gelar brengsek memang lebih cocok