Hari ini berlalu sangat dahsyat hingga Eliana merasakan kepuasan yang tidak terkira.demikian juga dengan Bayu. Sampai di satu titik, mereka kelelahan dan memilih istirahat sebenatar. Pukul sepuluh malam, mereka baru pulang. Malam ini biarlah menjadi milik mereka berdua.
Pagi-pagi sekali Bayu sudah bangun dan memeprsiapkan diri. Dia memang selalu total dalam melakukan sesuatu. Bayu sudah mandi ketika mengecup dan melumat bibir istrinya karena tidak juga bangun. Eliana dengan manja mengalungkan tangannya dalam posisi telentang. Sehingga air sisa Bayu mandi menetes ke tubuhnya.
“Bangun!” Bayu mencolek hidungnya.
“Gendong!” Eliana dengan mesra meminta digendong oleh sang suami. Maka Bayu yang hanya berbalut handuk warna biru itu menurut saja. Semoga saja, handuk tidak melorot ya? Kalau itu terjadi, mungkin tidak bisa mengantor karena Eliana pasti menyerangnya. Bayu dengan selamat mendaratkan tubuh sang istri di bathub. Setelah mengecup
“Apa kabar, Nak Irwan? Lama tidak jumpa, ya? Kau sudah menjadi dewasa yang sukses sekarang.” Lihatlah wajah tidak percaya Nilam. Dia tidak tahu kalau Agung mengenal kekasihnya itu.“Om bisa aja. Saya baik-baik saja. Om sendiri masih tampak gagah. Tante juga tampak cantik. Masih sama seperti limabelas tahun yang lalu.” Irwan duduk di samping Nilam sambil sesekali curi pandang dengannya.“Aku tidak menyangka kalau kau akhirnya menyukai putriku yang bandel ini. Dandani dia biar lebih anggun,” pinta Agung.“Itu terserah dia, Om. Aku suka dia yang nyentrik.” Nilam tersedak makanannya. Dengan sigap Irwan mengambilkan air minum untuknya yang ada di atas meja.“Pelan-pelan, Sayang.” Eliana tersenyum melihat adik iparnya salah tingkah. Demikian juga dengan Bayu yang menyenggol lengan sang istri.“Pelan-pelan, Nil.” Ak
“Ini mau mengkhayal saja, atau mau jalan?” tanya Nilam.“Baiklah, Permaisuri. Kita jalan!” Irwan menggendeng tangan Nilam. Lelaki itu dengan gagah membukakan pintu untuk Nilam. Wanita itu mengucapkan terima kasih.“Kamu pulang jam berapa, Sayang? Kalau aku bisa jemput, akan menjemput.” Nilam menoleh ke arah Irwan yang sedang asik tanyannya memutar-mutar stir bundar tersebut.“Belum tahu, Mas. Tergantung dosennya. Nggak apa-apa, Mas ‘kan kerja. Biar aku pesan ojek saja.” Irwan mengangguk namun kemudian mengerutkan keningnya.“Tapi yang perempuan, nanti kamu peluk-peluk lagi.” Nilam mengembuskan napasnya lelah. Dia melirik ke arah Irwan.“Mulai deh, kelihatan posesifnya.” Irwan tertawa mendengar kata Nilam.“Itu karena Aku mencintaimu.” Irwan mencolek dagu sang kekasih. Me
Stefan menjaankan rencananya.memang dasar licik ya, dia menjualmateri presentasikepada pihak lain. Sebagai imbalannya, pihak rival menjanjikan saham yang tidak sedikit kepada Stefan.“Sayang, kamu baca laman hari ini!” Bayu menelepon istrinya setelah melihat berita hari ini.“Kenapa?”Eliana yang masih berkutat dengan seluruh berkas-berkasnya menjawab telepon suaminya.“File kita bocor. Bukankah itu materi tender kita? Siapa yang melakukannya?” Eliana mencurigai MIranda karena seluruh bagian finishing dia yang menghendle. Eliana langsung bangkit. Ketukan sepatunya yang beradu pada lantai kantor terdengar lebih keras karena wanita itu brjalan lebih cepat. Dia membuka pintu ruangan suaminya tanpa mengetuk, kemudian menutup kembali.“Mas, kau curiga seseorang? Panggil Pah Han sekarang!” Bayu mengangguk. Dia mengangkat gagang telepon untuk disambungkan ke ruangan Han asistennya. Lelaki diseberang sana
Sementara Han membereskan itu, Miranda bingung bukan main. Dia mondar-mandir di ruangannya karena gertakan Bayu. Tidak ada cara lain, selain mengadu pasa Stefan. Hanya kekasihnya itu yang dapat menolongnya.“Beb! Aku minta tolong!” Stefan duduk dengan kakinya lurus diangkat ke meja.“Apa?” Sepertinya Stefan sudah tahu maksud kedatangan Miranda.“Bayu mengegrtakku untuk membereskan masalah. Tender itu bocor ke luar.” Stefan terkekeh. Memang dia yang melakukannya.“Kamu tenang saja, aku memang melakukannya untuk membuat perusahaan ini bangkrut. Mereka sudah menginjak harga diriku.” Miranda tercenung. Ternyata Stefan yang mencuri berkas-berkas itu.“Kamu jangan main-main. Ini aku yang digertak.” Stefan tertawa makin lebar.“Kau tenang saja, atau kita bercinta saja biar tidak pusing?” Stefan
Seluruh kekuatan sudah dikerahkan. Pak Han sudah menyebar seluruh orang kepercayaannya. Lelaki itu selalu loyal dengan perusahaan itu. Selain dirinya juga seorang yang berpengalaman, Pak Han juga memiliki banyak kenalan.“Bagaimana?” tanya Pak Han dengan serius pada seseorang yang ada di seberang yang dia telepon.“Ada beberapa data penting, Bos. Sepertinya Stefan berhubungan dengan pihak lawan. Yang aku tangkap dari gelombang sadapan sih dia berhubungan dengan bos Richard dari PT. Jawa Sri.” Han mengucapkan terima kasih dan mentransfer sejumlah uang pada lelaki yang dia hubungi tersebut. Han tersenyum miring. Dia sudah menemukan kuncinya, tinggal bagaimana membongkar seluruh kejahatan dari Stefan tersebut.Han masuk ke ruangan Bayu sesaat setelah mendapatkan informasi itu. Sekarang memnag sudah sore. Namun gara-gara masalah itu maka Bayu dan beberapa orang harus membereskannya.“Oh, Pak Han. Silakan! ada perkembangan apa?&rd
“Terima kasih, Sayang. Itu cukup memberiku semangat. Aku mau mandi dulu habis itu melanjutkan. Kamu istirahat saja, ya? Biar nanti kalau aku sduah lelah bisa gantian.” Eliana mengangguk. Bayu langsung bangkit menuju kamar mandi. Sesion bercintanya dengan Eliana kali ini seakan membarikan tenaga baru untuknya. Di bawah air yang mengalir dia membersihkan sisa-sisa kenikmatan bersama istrinya. Lelaki itu dengan gemulai langsung menyelesaikan mandinya setelah busa-busa itu sudah menyentuh kulitnya.“Mau lagi?” Bayu tersenyum.“Mau tapi tidak bisa. Aku harus menyelesaikan pekerjaan itu. Kamu mandi terus bobok ya?” Bayu hanya mengenakan kaos dan celana saja. Dia tidak mengenakan baju kantor karena memang saudah bukan jam kantor juga. Lelaki bermata coklat itu langsung menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya dan mengotak-atik laptopnya untuk mengubah beberapa yang harus ditangani.
Hari ini Bayu mendapatkan surat dari kepolisian untuk memberikan keterangan. Lelaki berkulit manis laksana sawo matang itu berpamitan dengan Pak Han juga istrinya untuk jalan ke kantor polisi.“Sayang, Mas berangkat dulu, ya?” Satu kecupan mendarat di kening Eliana. Bayu beranjak untuk meninggalkan istrinya di kantor. Sebelum pergi, Eliana membenarkan dasi yang dipakai Bayu. Wanita itu tersenyum seolah sudah melakukan hal yang besar untuk sang suami.Eliana melepaskan suaminya untuk pergi. Dia melihat punggung suaminya tersebut hingga menghilang ditelan pintu. Eliana kembali fokus dengan pekerjaannya. Bayu turun ke bawah melalui lift eksekutif. Saat keluar dari lift, ada seorang wanita berpapasan dengannya. “Aku nggak nyangka lho, Bang. Kalau ternyata Bang Ojol adalah direktur. Waktu pertama, saya mengira hanya mirip. Tapi ternyata itu benar-benar Abang.Bayu hanya tersenyum menerimanya, sehingga wanita itu sedikit gemas. Dia akan mencubit pipi
Hari ini Bayu mendapatkan surat dari kepolisian untuk memberikan keterangan. Lelaki berkulit manis laksana sawo matang itu berpamitan dengan Pak Han juga istrinya untuk jalan ke kantor polisi.“Sayang, Mas berangkat dulu, ya?” Satu kecupan mendarat di kening Eliana. Bayu beranjak untuk meninggalkan istrinya di kantor. Sebelum pergi, Eliana membenarkan dasi yang dipakai Bayu. Wanita itu tersenyum seolah sudah melakukan hal yang besar untuk sang suami.Eliana melepaskan suaminya untuk pergi. Dia melihat punggung suaminya tersebut hingga menghilang ditelan pintu. Eliana kembali fokus dengan pekerjaannya. Bayu turun ke bawah melalui lift eksekutif. Saat keluar dari lift, ada seorang wanita berpapasan dengannya. “Aku nggak nyangka lho, Bang. Kalau ternyata Bang Ojol adalah direktur. Waktu pertama, saya mengira hanya mirip. Tapi ternyata itu benar-benar Abang.Bayu hanya tersenyum menerimanya, sehingga wanita
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska