Hari ini Bayu mendapatkan surat dari kepolisian untuk memberikan keterangan. Lelaki berkulit manis laksana sawo matang itu berpamitan dengan Pak Han juga istrinya untuk jalan ke kantor polisi.
“Sayang, Mas berangkat dulu, ya?” Satu kecupan mendarat di kening Eliana. Bayu beranjak untuk meninggalkan istrinya di kantor. Sebelum pergi, Eliana membenarkan dasi yang dipakai Bayu. Wanita itu tersenyum seolah sudah melakukan hal yang besar untuk sang suami.
Eliana melepaskan suaminya untuk pergi. Dia melihat punggung suaminya tersebut hingga menghilang ditelan pintu. Eliana kembali fokus dengan pekerjaannya. Bayu turun ke bawah melalui lift eksekutif. Saat keluar dari lift, ada seorang wanita berpapasan dengannya. “Aku nggak nyangka lho, Bang. Kalau ternyata Bang Ojol adalah direktur. Waktu pertama, saya mengira hanya mirip. Tapi ternyata itu benar-benar Abang.
Bayu hanya tersenyum menerimanya, sehingga wanita itu sedikit gemas. Dia akan mencubit pipi
Hari ini Bayu mendapatkan surat dari kepolisian untuk memberikan keterangan. Lelaki berkulit manis laksana sawo matang itu berpamitan dengan Pak Han juga istrinya untuk jalan ke kantor polisi.“Sayang, Mas berangkat dulu, ya?” Satu kecupan mendarat di kening Eliana. Bayu beranjak untuk meninggalkan istrinya di kantor. Sebelum pergi, Eliana membenarkan dasi yang dipakai Bayu. Wanita itu tersenyum seolah sudah melakukan hal yang besar untuk sang suami.Eliana melepaskan suaminya untuk pergi. Dia melihat punggung suaminya tersebut hingga menghilang ditelan pintu. Eliana kembali fokus dengan pekerjaannya. Bayu turun ke bawah melalui lift eksekutif. Saat keluar dari lift, ada seorang wanita berpapasan dengannya. “Aku nggak nyangka lho, Bang. Kalau ternyata Bang Ojol adalah direktur. Waktu pertama, saya mengira hanya mirip. Tapi ternyata itu benar-benar Abang.Bayu hanya tersenyum menerimanya, sehingga wanita
Berita Stefan jadi incaran polisi sampai juga di telinga Stefan. Dia panik walaupun berkata bahwa dirinya tidak takut,tapi hanya di bibir saja. Pihak kepolisian sudah koordinasi dengan pihak imigarasi agar mencekal pasport. Dia memijit pelipisnya. Hasrat hati ingin lari dari tanggung jawab malah sudah dicekallebih dahulu. Hari pertama dia sudah mendapatkan surat panggilan dan dikirim ke rumah.“Tuan, ada surat untuk Anda.” Sang pembantu memberikan secarik surat padanya. Dia menerimanya kemudian membuka. Ah, membacanya saja sudah membuatnya sangat gemetar.“Kurang ajar! Bayu mau main-main denganku rupanya. Aku merasa sangat kalah kali ini.” Stefan meremas surat itu. Dia membuang surat tersebut di tempat sampah. Setelah itu mengambil botol brendi yang isinya masih penuh. Dia membukanya kemudian menuang isinya. Dia menyesap harum brendy itu. Setelah itu menenggaknya sampai habis. Rasa panas dari minuman itu menyentuh ten
Beberapa hari setelah itu Stefan kabur ke sebuah pulau hingga sulit untuk ditemukan oleh kepolisian. Bayu sudah menyerahkan semuanya kepada pihak kepolisian. Namun dia mengerutkan keningnya ketika satu siang ada surat panggilan dari pihak kepolisian.“Ada apa, ya?” tanya Bayu pada dirinya sendiri. Tidak lama dari kebingungannya, Eliana datang untuk membawakan kopi susu.“Kenapa, Sayang?” Eliana meletakkan kopi susu di atas meja dan bergelayut manja di pundak suaminya. Lelaki itu membiarkan saja. Dia memperlihatkan surat yang abru saja di terimanya.“Datang aja, Sayang. Toh hanya memberikan keterangan saja ‘kan?” Eliana memberi saran. Bayu mengangguk. Setelah memberikan saran pada sang suami, Bayu langsung siap-siap untuk pergi menghadiri undangan kepolisian. Dia memang lebih suka menyetir sendiri. Maka dari itu, kali ini juga dia menyetir sendiri. beruntung siang ini tidak
“Toni, aku sudah memaafkanmu. Itu sebabnya tidak melaporkanmu ke polisi. Tapi mengapa kamu ada di sini sekarang? Bagaimana dengan adik-adikmu?” Ya, Bayu tidak melaporkan Toni karena memikirkan dampaknya bagi adik-adiknya. Dia malah akan mendekati Toni setelah urusan dengan perusahaan selesai.“Aku yang melaporkan diri. Selalu seperti dikejar-kejar dosa. Untuk adik-adik aku meminta pihak kepolisian untuk mebawa mereka ke panti asuhan atau dinas sosial. Aku benar-benar minta maaf, Bayu. Aku ....” Toni menangis tersedu-sedu sehingga Bayu merasakan sangat iba.“Ya sudah, Ton. Kamu tahu di mana mereka?” Toni mengangguk. Bayu juga mengangguk. Bayu berjanji akan sesering dia bisa untuk menjadi donatur bagi panti yang menampung adik-adik Toni.“Bayu, aku tidak menyangka bahwa hatimu selembut malaikat. Aku mungkin sekitar lima tahun di sini. Tolong jaga adikku.” Bayu mengangguk. Lel
Bayu membelokkan stirnya ke panti asuhan yang dituju. Maka lelaki itu memarkirkan mobilnya di Panti Asuhan Kasih Bunda setelah menjangkaunya. Dia keluar dari mobil, mengenakan kaca mata warna hitam untuk menghindari silau mata hari. Terlihat anak-anak ceria sedang bermain. Di pojok, ada lima anak yang hanya duduk menyaksikan teman-temannya bermain.Bayu langsung menuju ke pengurus. Tujuannya hanya ingin melihat bahwa adik-adik Toni baik-baik saja. Selebihnya hanya memberikan donatur khusus untuk adik-adik Toni. Bayu memang seorang malaikat, walau sebenarnya tidak sebaik itu. Dia juga sama seperti manusia lain yang kadang merasa ingin membalas perbuatan jahat seseorang. Tapi kondisi Toni berbeda. Sehingga dia tidak tega membalasnya. Apalagi dia sudah bertaubat.“Bunda, bagaimana anak-anak?” tanya Bayu setelah ketemu dengan pengurus dan bersalaman. Dia dipersilakan untuk duduk di sebuah kursi kayu yang belum di plitur. 
Bayu dan Eliana terlihat canggung. Tidak sepatah kata pun terdengar ketika Eliana mulai memasuki mobil. Dia sangat sensitif hari ini. Entah untuk urusan apa wanita cantik itu maeah kepada sang suami. “Sayang dari tadi kok diam? Mau sekalian makan malam atau di rumah saja?” Eliana menoleh malas.“Aku minta maaf sudah membuatmu menunggu. Tadi, Mas dari panti asuhan menengok anak-anak panti sekaligus menepati janji dengan Toni.” Eliana menoleh kembali, kali ini bereaksi dengan mengerutkan keningnya.“Siapa Toni? Dia adalah orang yang menusukku tempo hari. Sayang, lelaki itu sudah berjuang membesarkan sang adik sendirian. Aku tidak tega utnuk lepas tanggung jawab setelah dia masuk ke rutan.” Eliana mengedipkan matanya. Ternyata dia salah sangka dan mencurigai sang suami.“Apakah anak itu baik-baik saja?” Eliana memandang ke arah Bayu untuk emmastikan bahwa anak yang Bayu maksud
Siang ini begitu terik. Bayu akan mengintrogasi Miranda apa maksudnya dengan mengatakan hal-hal aneh pada istrinya Eliana. Bayu memanggilnya ke ruangannya, namun sebagai antisipasi dia juga memanggil Eliana.“Bay, kau kangen aku ya? Makanya memanggilku?” Miranda tanpa tahu malu mengatakan itu.“Jangan bicara hal yang aneh-aneh. Yang pertama, di mana Stefan? Yang ke dua, apa tujuanmu mengatakan hal-hal yang menjijikkan kemarin kepada istriku?” Miranda tertawa mendengarnya.“Kalau tanya satu-satu dong, Beb. Jangan keroyokan. Aku jawab, ya? Yang pertama,aku tidak tahu Stefan di mana. Yang kedua itu kenyataan ‘kan,Sayang. Kau tidak maukah mengulang kembali kisah kita yang sangat romantis? Bibirku masih siap kok menerima sentuhanmu. Bahkan kalau pun kamu meminta lebih.” Bayu tersenyum sinis.“Maksudmu seperti ini?” Bayu mencium Eliana sangat rakus. Dia
Sementara itu sejak kepergian Miranda dari ruangannya, Eliana yang terangsang juga menjadi ingin. Dia yang memimpin penyerangan kepada suaminya. “Hai kau ingin? Kayaknya asik juga melakukannya di atas meja.” Bayu menyingkirkan berkas-berkas agar dapat lebih leluasa untuk bercinta.“Aku suka kau yang mulai nakal, Sayang.” Bayu memasrahkan diri dimonopoli oleh istrinya. Eliana duduk di pangkuan Bayu dengan mengapit tubuh Bayu menggunakan kedua kakinya. Eliana bertingkah liar dengan melepaskan kemeja Bayu bahkan sekali sentak. Dia menyusuri leher jenjang Bayu yang sudah terbuka lebar siap sedia untuk dia sesap. Eliana memberikan kis marc berlebihan di sana. Namun Bayu sangat menyukainya walau terasa sedikit perih yang menggigit.Ada yang berusaha menerobos di bawah sana. Eliana menyadarinya, milik suaminya sudah mengeras. Wanita itu turun dari pangkuannya dan berusaha mengeluarkan singa jantan tersebut yang sudah on maks
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska