"Ada apa?" Tanya salah seorang penjaga yang berpakaian seragam berwarna biru tua.
"Saya harus menghadap Yang Mulia Raja Roland dan Ratu Sophia!" Jawab Shaunia dengan tergesa.
"Kode biru!" Jawab Shaunia untuk menandakan bahwa ia sedang akan melaporkan suatu hal yang penting dan rahasia.
Penjaga itu mengerti dan memberikan ijin masuk bagi Shaunia. Shaunia langsung masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansa mewah berbentuk oval yang didominasi dengan warna biru dan silver.
Shaunia kemudian berjalan menuju ke ruangan istirahat raja dan ratu, kemudian ia mengetuk pintu yang terbuat dari ukiran kayu yang sama mewahnya dengan interior ruangan itu.
'TOK! TOK! TOK!'
Ia menunggu sesaat dan kemudian ...
"Shaunia?" Tanya Ratu Sophia terkejut membuka pintu sambil mengikat jubah tidurnya yang berwarna kuning mustard.
"Ada apa? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Ratu Sophia langsung cemas.
"Yang Mulia, tolong ikut saya dengan segera!" Bisik Shaunia dengan raut wajah khawatir.
"Apakah, Kiehl …." Ratu Sophia tak dapat menyelesaikan perkataannya.
"Kiehl tak sadarkan diri, Yang Mulia!" Shaunia mengangguk.
"Astaga! Cepat antarkan aku kepada Kiehl!" Seru Ratu Sophia dengan nafas tercekat.
Ratu Sophia tak membuang waktu lagi ia langsung mengikuti Shaunia menuju ke ruang kerja Kiehl dengan perasaan cemas. Sesampainya di dalam, Ratu Sophia langsung melihat kondisi Kiehl yang masih tak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi pada Kiehl?" Tanya Ratu Sophia kepada Dr. Green dengan nada cemas setelah ia sampai di hadapan Kiehl yang terbaring di atas sofa.
"Pangeran tak sadarkan diri, Yang Mulia!" Jawab Dr. Green.
"Perkiraan awal saya yakni kelelahan."
"Tapi jika melihat apa yang terjadi di dalam ruang kerjanya, mungkin diagnosa saya keliru," Dr. Green melanjutkan.
"Apa maksud Anda, Dr. Green?" Tanya Ratu Sophia sambil duduk memegangi lengan Kiehl. Wajahnya masih menunjukkan rasa cemas akan keadaan putranya tersebut.
"Ehm, mungkin Anda bisa melihat keadaan ruang kerja Pangeran terlebih dahulu!" Jawab Dr. Green, kemudian kembali terdiam.
Ratu Sophia yang kebingungan, segera beranjak menuju ruang kerja Kiehl yang pintunya tidak tertutup. Sesampainya di depan pintu, ia terkesiap ketika melihat ruang kerja anaknya yang separuh hancur seperti habis diterpa angin topan.
"Ya, Tuhan!" Serunya syok.
Dengan segera sang ratu kembali ke ruang depan tempat mereka semua berada. Ratu Sophia memandang Dr. Green dan Alex bergantian. Alex hanya diam tak mengatakan apapun.
"Ada apa ini?" Tanya Ratu Sophia. Tak ada yang menjawab. Shaunia hanya menunduk. Ruangan langsung sunyi senyap. Sementara Ratu Sophia tetap menunggu jawaban dari mereka semua.
"Alex?" Tanya Ratu Sophia setelah tak seorangpun mau membuka suara. Ia menatap Alex lekat-lekat.
"Kami bertengkar!" Jawab Alex sambil memghindari tatapan mata ibunya.
"Bagaimana kalian bisa bertengkar?" Tanya Ratu Sophia lagi.
"Mengenai apa?"
Alex tidak menjawab, kali ini ia memandangi ibunya dengan sikap membangkang.
"Shaunia!" Panggil Ratu Sophia dengan nada tajam.
"Ya, Yang Mulia!" Sahut Shaunia sedikit gentar.
"Pergi dan panggilkan Raja Roland!" Perintahnya.
"Baik, Yang Mulia!" Jawab Shaunia dengan lega. Dengan segera ia pergi untuk menjemput sang raja.
Ia sebetulnya khawatir dengan keadaan Kiehl. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Ia tak mungkin mendekati Kiehl dihadapan raja dan ratu.
Dengan segera ia menghadap Raja Roland dan memintanya untuk pergi bersamanya.
****
"Katakan padaku! Apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Raja Roland sudah berada di ruangan tempat mereka semua berkumpul.
Ia juga sama dengan Ratu Sophia, datang dengan tergesa sehingga hanya sempat memakai jubah kimononya saja.
Raja Roland begitu murka hingga ia memukul meja berukir kayu yang ada di dalam ruangan Kiehl.
Shaunia dan Ratu Sophia terlonjak terkejut ketika mendengar suara yang ditimbulkan dari pukulan Raja Roland kepada meja kayu tersebut.
Semua orang di dalam ruangan itu membisu. Kiehl yang saat itu sudah tersadar berkat pertolongan yang diberikan oleh Dr. Green dan masih terbaring lemah di atas sofa, juga diam seribu kata.
Dr. Green menghela nafas dalam ketika merasakan atmosfer ruangan yang tegang.
"Kukira kita jangan memperpanjang masalah dulu, Yang Mulia!" Dr. Green berusaha mencairkan suasana.
"Kesehatan Pangeran Kiehl harus di utamakan."
"Dan saat ini kondisinya masih cukup lemah."
"Dr. Green, aku sebenarnya setuju dengan usulmu," balas Raja Roland.
"Tapi aku tak bisa membiarkan hal ini terjadi diantara mereka berdua."
"Apa yang telah terjadi tadi, harus mereka ceritakan padaku sekarang juga!"
"Aku tahu kau adalah dokter Kiehl dan lebih mengutamakan kesehatan Kiehl."
"Tapi aku harus bertindak sesuai aturan negara."
"Jika sampai tersebar, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh pihak yang menginginkan tampuk kepemimpinan negara ini, Green!"
Dr. Green dan Raja Roland adalah teman akrab sejak kecil. Maka dari itu ia dipercaya untuk menjadi dokter istana dan mengurus Kiehl serta merahasiakan penyakit yang diderita oleh Kiehl dari para petinggi istana lainnya.
Ia menoleh kembali ke arah kedua putranya.
"Alex?" Tanya Raja Roland menunggu penjelasan dari Alex dengan pandangan curiga.
'Oh, well! Sepertinya aku akan kembali menjadi kambing hitam lagi di dalam keluarga ini!' Pikir Alex dalam hati.
"Kami bertengkar!" Jawab Alex singkat.
"Aku tahu kalau kalian bertengkar!" Bentak Raja Roland.
"Aku perlu tahu duduk permasalahannya apa!"
Kini Shaunia juga menjadi pucat. Bagaimana jika dirinya yang ditanya? Apakah ia harus menjawab jujur atau menjawab dengan kebohongan?
"Aku bosan dengan cara Kiehl mengajariku," Jawab Alex dengan nada malas-malasan.
"Pengajarannya sama sekali tidak menarik, membuatku mengantuk!"
"Aku ingin menyudahi pertemuan kami, namun Kiehl menghalangiku terus hingga aku kesal dan akhirnya kami berkelahi."
'BUGH!!!
Tiba-tiba Raja Roland memukul sisi kepala Alex dengan kencang.
"Roland! Apa yang kau lakukan?" Pekik Ratu Sophia sambil bersedakap.
"Kiehl hanya menyuruhmu belajar untuk mengatur negara!"
"Dan aku tidak suka dengan caranya mengajariku!" Balas Alex dengan berani. Sisi kepalanya terasa berdenyut akibat pukulan sang ayah. Namun ia masih cukup sopan untuk tidak membalas sang ayah.
"Kau itu benar-benar anak yang tak bisa diatur!" Bentak Raja Roland.
"Apa kau tak sadar dengan posisimu, hah?"
"Yah, Ayah! Aku sadar. Tapi aku tak minta dilahirkan di dalam keluarga ini juga!"
"Aku sama sekali tak suka terikat dengan banyaknya peraturan seperti ini!"
"Usiamu sudah dua puluh enam tahun. Bahkan sudah hampir dua puluh tujuh!" Kata Raja Roland.
"Pangeran dari negara lain sudah mengemban tugas negara."
"Tapi, kau sendiri ... apa yang kau lakukan?"
"Bahkan belajar saja kau tak mau!"
"Setiap hari kerjamu di Inggris hanya bermalas-malasan hidup mewah dan bermain perempuan!"
"Apa itu merupakan sikap seorang Pangeran?"
"Wow! Ayah, aku sama sekali tak mengira bahwa kau tertarik untuk mengetahui seperti apa kehidupanku di Inggris," Sahut Alex dengan berani.
"Kau! Kau benar-benar …."
"Roland! Walau bagaimanapun dia adalah anak kita," Ratu Sophia berusaha menahan suaminya dan menyelamatkan Alex dari amukan sang ayah.
"Mengapa, Bu? Kau baru membelaku sekarang setelah aku dinyatakan sebagai pengganti Kiehl?" Tantang Alex.
"Dulu Ibu tidak membelaku sewaktu aku diasingkan!"
"Ibumu tak akan bisa membela dirimu yang seperti itu!" Sela Raja Roland.
"Kau dan tingkahmu yang arogan, tak bertanggung jawab dan tak pernah berpikir panjang!"
"Sepertinya aku menyesal telah menyuruhmu untuk kembali kemari dan menjadi pengganti Kiehl!" Raja Roland bergumam.
"Kalau begitu, jangan!" Bentak Alex dengan nada geram.
"Aku juga tak pernah meminta hal tersebut bukan?"
"Kirim saja aku kembali ke Inggris!" Alex bersiap-siap pergi.
"Alexander! Diam di tempatmu sekarang juga!" Perintah Raja Roland dengan keras.
"Kau sudah melihat keadaan kakakmu seperti itu tapi sikapmu malah seperti ini?"
"Tunjukkan sedikit rasa tanggung jawabmu sebagai seorang calon raja," tukas Raja Roland.
Alex berhenti dan diam mematung. Kemudian perlahan ia berbalik menghadap ayahnya.
To be continue ….
"Ayah! Ibu! Aku mengerti jika kalian lebih menyayangi Kiehl daripada diriku," Alex berkata dengan nada pahit. "Aku sadar kalian memanggilku pulang hanya karena terpaksa menjadikanku sebagai pengganti Kiehl." "Tapi aku ingatkan pada kalian semua. Aku bukan Kiehl!" "Aku tak akan mengikuti keinginan kalian semua begitu saja dan menjadi boneka kalian." "Jika kalian ingin aku menggantikan Kiehl, maka aku akan melakukannya dengan caraku sendiri!" Kata Alex dengan tegas. Kemudian ia berbalik dan meninggalkan ruangan itu tanpa memperdulikan teriakan Raja Roland yang menyuruhnya untuk berhenti.
Karena kelelahan, akhirnya Shaunia pun akhirnya terkulai dan ikut tertidur dalam posisi duduk di sofa empuk tersebut.Keesokan pagi harinya, Shaunia terbangun dengan terkejut. Ia sudah berada di sofa dalam posisi berbaring. Kepalanya bersandar pada sebuah bantal sofa kecil. Tubuhnya pun telah terbungkus dengan selimut hangat berwarna biru.Shaunia segera mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk.Ia menolehkan kepalanya kesana kemari untuk mencari Kiehl. Dan pada akhirnya ia menemukan pria tersebut sedang membawa sebuah cangkir berisi teh apel, yang merupakan minuman khas negara Androva. Wangi segar khas apel hijau yang bercampur dengan teh tercium sangat menggoda dan harum."Kau sudah bangun?" T
Oh, My PrinceBy : Miss MShaunia merasakan bahwa mulutnya ternganga membuka ketika mendengar pernyataan Alex yang sangat tidak disangka olehnya tersebut.Bagian manakah yang Alex katakan bahwa ia tidak menyesali perbuatannya kemarin? Apakah bagian ketika ia menyakiti Kiehl? Ataukah bagian ketika ia mencium bibir Shaunia?Akhirnya dengan terpaksa, Shaunia berlari kecil untuk menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya.Setelah berada dalam jarak yang cukup dekat barulah Shaunia bisa sedikit bernafas lebih teratur. Ia berjalan dibelakang Alex sesuai dengan peraturan negara bahwa seorang pelayan ataupun asisten pribadi tidak diperkenankan untuk berjalan beriringan atau berdampingan dengan anggota keluarga kerajaan yang lain.Ternyata Alex berjalan kembali menuju ke ruang tempat Kiehl. Beberapa orang pekerja terlihat masih berusaha merapihkan
Maaf, Yang Mulia … maksud Anda …." Shaunia membiarkan kalimatnya menggantung sambil menatap ke arah Alex dengan bingung."Aku baru tahu bahwa Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea oleh ayah dan ibu," Alex menatap Shaunia lurus-lurus."Apakah kau tahu akan hal tersebut?" Tanya Alex dengan pandangan menuduh.Bukannya tahu lagi, Shaunia malah sangat tahu penyebab Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea. Ayah Kiehl ingin menghentikan hubungan asmara Shaunia dengan Kiehl, namun Alex yang selama ini berada di Inggris sama sekali tidak mengetahuinya."Ya, Yang Mulia saya tahu," jawab Shaunia memutuskan untuk mengaku dengan jujur hanya sebatas pertanyaan Alex."Bukankah mereka saling mencintai?" Tanya Alex lagi seperti berusaha ingin tahu. Ia benar-benar tidak habis pikir. Bukankah dulu Kiehl begitu tergila-gila dengan Chelsea dan begitu pula sebaliknya?Semua orang selalu menggaungkan keserasian pasan
"Balikin nggak!" Ucap Alex kecil dengan nada marah."Nggak mau! Ini punya aku!" Teriak Shaunia kecil sambil memeluk dan melindungi mainannya dengan sungguh-sungguh. Bibir merah mungil milik Shaunia Evangeline yang berusia tujuh tahun, memberengut marah dengan sangat menggemaskan."Dasar si karat gendut!" Ejek Alex kepada Shaunia. Shaunia kecil memang berperawakan sangat montok dan ia mengenakan behel (baca : kawat gigi) serta kacamata super besar."Apapun yang kuinginkan, harus menjadi milikku!" Kata Alex lagi dengan angkuhnya.Meskipun masih baru berusia sembilan tahun, Pangeran Alexander Phillip Roland III, Putra kedua sekaligus bungsu dari pasangan Raja Roland dan Ratu Sophia dari negara Androva, sudah menunjukkan sikap angkuh menyebalkan yang luar biasa."Nggak bisa. Mainan ini diberikan oleh ayahku sebelum meninggal," Shaunia masih bersikeras."Milikku!" Ujar Alex sambil menarik mainan tersebut dari pelukan Shaunia."Punyaku!" Sh
Siang itu, Alex duduk di dalam sebuah pesawat jet pribadi miliknya yang akan membawanya kembali ke Androva.Meski ia telah dibuang dari keluarga kerajaan, tapi kedua orang tuanya tetap memberikan fasilitas mewah untuk dinikmatinya selama ia diasingkan di Inggris.Di sana ia menempuh pendidikan di tempat para bangsawan menyekolahkan anak-anak mereka. Setelah lulus, ia hanya menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, berpesta dan membawa sederet wanita cantik nan sexy ke atas tempat tidurnya.Ia sama sekali tidak mau repot-repot bekerja apalagi memikirkan masalah kenegaraan. Toh bukan ia yang akan mewarisi tahta kerajaan.Nama 'Calon Pewaris kedua' itu hanya sebuah daftar tunggu yang panjang dan tidak mungkin diraihnya. Karena sang kakak yang hanya berbeda dua tahun tiga bulan darinya itu selalu lebih unggul darinya dalam segala hal.Ayah dan ibunya selalu membuat dirinya dan sang kakak bersaing untuk menempati posisi nomor satu. Tentu
Alex sudah tiba kembali di istana dengan pasukan pengaman kerajaan yang minim jumlahnya. Ini tentunya menunjukkan bahwa dirinya bukan merupakan anggota kerajaan yang penting. Sebab perdana menteri mereka saja mendapatkan pengamanan yang lebih ketat daripada Alex. Ia menghela nafas dan menatap bangunan megah yang didominasi dengan warna putih itu. Tempat yang telah menjadi rumahnya selama dua belas tahun sebelum ia diasingkan ke Inggris.Ia tidak suka kembali ke tempat kenangan yang menyakitkan ini. Terlebih ia sebetulnya sangat tidak ingin bertemu dengan Kiehl, sang kakak.Tapi, justru di sinilah ia berada. Ia melangkah memasuki pintu utama istana.Beberapa staff istana dan beberapa pelayan istana menyambut kedatangannya dengan sikap resmi. Mereka berdiri berbaris dengan rapi. Hanya itu saja. Bukan sambutan meriah seperti yang seharusnya.Alex berjalan melewati mereka sambil memantau wajah para pelayan satu per satu. Ia mencari Shaunia. Nam
"Benar, Pangeran!" Jawab Shaunia singkat sambil menunduk untuk memberi hormat walaupun sesungguhnya ia enggan.Alex menatap Shaunia, seakan Shaunia adalah makhluk asing yang baru pertama kali dilihatnya. Ia terhenyak menyadari kenyataan bahwa Shaunia sudah berubah.'Bagaimana mungkin Shaunia yang dulu bisa berubah menjadi secantik ini?' Pikir Alex masih dengan mulut ternganga."Cukup bicara mengenai pelayan!" Raja Roland mengambil alih keadaan."Ada hal yang jauh lebih penting yang harus kubicarakan kepadamu, Alex!" Ujar Raja Roland."Mengenai mengapa aku menyuruhmu untuk pulang.""Alexander Phillip Roland III, mulai saat ini kau adalah putra mahkota baru, menggantikan Kiehl, kakakmu!" Raja Roland mengeluarkan titah baru yang mengejutkan.Alex terhenyak syok mendengar pengumuman itu. Ia sama sekali tak mengira bahwa dirinya dipanggil pulang untuk menggantikan posisi kakaknya.Gelar 'calon raja' sudah melekat dengan Kiehl
Maaf, Yang Mulia … maksud Anda …." Shaunia membiarkan kalimatnya menggantung sambil menatap ke arah Alex dengan bingung."Aku baru tahu bahwa Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea oleh ayah dan ibu," Alex menatap Shaunia lurus-lurus."Apakah kau tahu akan hal tersebut?" Tanya Alex dengan pandangan menuduh.Bukannya tahu lagi, Shaunia malah sangat tahu penyebab Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea. Ayah Kiehl ingin menghentikan hubungan asmara Shaunia dengan Kiehl, namun Alex yang selama ini berada di Inggris sama sekali tidak mengetahuinya."Ya, Yang Mulia saya tahu," jawab Shaunia memutuskan untuk mengaku dengan jujur hanya sebatas pertanyaan Alex."Bukankah mereka saling mencintai?" Tanya Alex lagi seperti berusaha ingin tahu. Ia benar-benar tidak habis pikir. Bukankah dulu Kiehl begitu tergila-gila dengan Chelsea dan begitu pula sebaliknya?Semua orang selalu menggaungkan keserasian pasan
Oh, My PrinceBy : Miss MShaunia merasakan bahwa mulutnya ternganga membuka ketika mendengar pernyataan Alex yang sangat tidak disangka olehnya tersebut.Bagian manakah yang Alex katakan bahwa ia tidak menyesali perbuatannya kemarin? Apakah bagian ketika ia menyakiti Kiehl? Ataukah bagian ketika ia mencium bibir Shaunia?Akhirnya dengan terpaksa, Shaunia berlari kecil untuk menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya.Setelah berada dalam jarak yang cukup dekat barulah Shaunia bisa sedikit bernafas lebih teratur. Ia berjalan dibelakang Alex sesuai dengan peraturan negara bahwa seorang pelayan ataupun asisten pribadi tidak diperkenankan untuk berjalan beriringan atau berdampingan dengan anggota keluarga kerajaan yang lain.Ternyata Alex berjalan kembali menuju ke ruang tempat Kiehl. Beberapa orang pekerja terlihat masih berusaha merapihkan
Karena kelelahan, akhirnya Shaunia pun akhirnya terkulai dan ikut tertidur dalam posisi duduk di sofa empuk tersebut.Keesokan pagi harinya, Shaunia terbangun dengan terkejut. Ia sudah berada di sofa dalam posisi berbaring. Kepalanya bersandar pada sebuah bantal sofa kecil. Tubuhnya pun telah terbungkus dengan selimut hangat berwarna biru.Shaunia segera mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk.Ia menolehkan kepalanya kesana kemari untuk mencari Kiehl. Dan pada akhirnya ia menemukan pria tersebut sedang membawa sebuah cangkir berisi teh apel, yang merupakan minuman khas negara Androva. Wangi segar khas apel hijau yang bercampur dengan teh tercium sangat menggoda dan harum."Kau sudah bangun?" T
"Ayah! Ibu! Aku mengerti jika kalian lebih menyayangi Kiehl daripada diriku," Alex berkata dengan nada pahit. "Aku sadar kalian memanggilku pulang hanya karena terpaksa menjadikanku sebagai pengganti Kiehl." "Tapi aku ingatkan pada kalian semua. Aku bukan Kiehl!" "Aku tak akan mengikuti keinginan kalian semua begitu saja dan menjadi boneka kalian." "Jika kalian ingin aku menggantikan Kiehl, maka aku akan melakukannya dengan caraku sendiri!" Kata Alex dengan tegas. Kemudian ia berbalik dan meninggalkan ruangan itu tanpa memperdulikan teriakan Raja Roland yang menyuruhnya untuk berhenti.
"Ada apa?" Tanya salah seorang penjaga yang berpakaian seragam berwarna biru tua. "Saya harus menghadap Yang Mulia Raja Roland dan Ratu Sophia!" Jawab Shaunia dengan tergesa. "Kode biru!" Jawab Shaunia untuk menandakan bahwa ia sedang akan melaporkan suatu hal yang penting dan rahasia. Penjaga itu mengerti dan memberikan ijin masuk bagi Shaunia. Shaunia langsung masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansa mewah berbentuk oval yang didominasi dengan warna biru dan silver. Shaunia kemudian berjalan menuju ke ruangan istirahat raja dan ratu, kemudian ia mengetuk pintu yang terbuat dari ukiran kayu yang sama mewahnya dengan interior ruangan itu.
Alex mencium Shaunia dengan dalam dan penuh gairah. Ia tadinya hanya ingin mengejek sang kakak sekaligus mengusili Shaunia.Tapi nyatanya ia tidak dapat berhenti ketika sudah merasakan manisnya bibirnya Shaunia yang lembut dan hangat bagaikan minuman Baileys.Akal sehatnya tergerus tergantikan oleh naluri alam bawah sadarnya sebagai laki-laki yang berhasrat ingin menikmati wanita yang sedang berada dalam pelukannya ini. Alex teringat ketika ia menangkupkan tangannya dibalik pakaian Shaunia ketika gadis itu tertidur.Sebaliknya, Shaunia merasakan bibir Alex memagut bibirnya sendiri dengan panas. Ia begitu syok tak menyangka bahwa Alex akan mela
"Alex! Apa yang kau lakukan pada Shaunia?" Kiehl bangkit berdiri dan langsung menghampiri Alex."O ... Oo ... Ada apa ini?" Tanya Alex masih dengan tampang mengejek."Aku baru mengatakan Shaunia sakit saja kau sudah sampai sepanik itu?" Tanya Alex."Diam! Aku kakakmu, Lex!" Seru Kiehl sambil merenggut kerah kemeja putih Alex."Jika kau melakukan sesuatu yang kejam pada Shaunia ataupun kepada staff lain, maka aku tidak akan memaafkanmu!" Ancam Kiehl."Yang Mulia! Saya sungguh hanya pusing saja!" Seru Shaunia dari arah tempat tidur."Pangeran Alex tidak melakukan apapun terhadap saya," aku Shaunia te
Alex mengatur posisi Shaunia sedemikian rupa sehingga ia bisa membopong Shaunia. Ia tidak membawa Shaunia kembali ke kamarnya. Melainkan membawanya ke atas tempat tidurnya.Di Inggris, tanpa adanya penjagaan yang ketat, Alex bebas membawa para wanita ke atas tempat tidurnya untuk dinikmati hampir setiap malam.Boleh dibilang jika jam terbang Alex sudah tinggi untuk urusan di atas tempat tidur. Bagi para wanita ia termasuk seorang pria brengsek yang hanya menyukai hubungan satu malam tanpa ikatan.Semenjak ia kembali ke istana, ia belum berkesempatan untuk bercinta dengan para wanita lagi. Sekarang dihadapannya, berbaring Shaunia yang cantik seperti seorang putri tidur.Alex memperhatikan wajah Shaunia yang mulus. Pandangan Alex turun ke dada Shaunia yang bergerak naik turun dengan teratur. Menandakan bahwa gadis itu sudah terlelap. Pakaian tidurnya sedikit tersingkap, memperlihatkan kaki Shaunia yang mulus.Alex meneguk air liurnya melihat posisi t
Kiehl memandang Shaunia dengan sorot mata kepedihan. Ia menarik nafas dalam sebelum berbicara."Chelsea tadi datang kemari!" Kiehl memulai, nada suaranya sudah nyaris kembali seperti semula, namun sarat akan kepedihan."Ayah dan ibuku menyambutnya dengan gembira.""Mereka telah memutuskan tanggal pernikahannya!" Kiehl tertunduk dengan sedih."Enam bulan dari sekarang!"Baginya, ia hanyalah selayaknya sebuah boneka. Yang harus mengikuti keinginan pemiliknya.Shaunia bersedakap tak tahu harus berkata bagaimana. Dihadapannya, pria yang dicintainya ini sedang menghadapi kemelut.Tanggal pernikahan sudah ditentukan. Pantas saja Kiehl menjadi begitu gusar tadi dan bertindak diluar kebiasaannya.Kiehl pastilah merasa dirinya sangat sedih dan tak berguna sama sekali karena tak bisa melawan keinginan kedua orang tuanya. Ia terikat pada aturan negara.Shaunia sendiri juga merasa terguncang perasaannya. Bagaimana tidak? Pria