Alex sudah tiba kembali di istana dengan pasukan pengaman kerajaan yang minim jumlahnya. Ini tentunya menunjukkan bahwa dirinya bukan merupakan anggota kerajaan yang penting. Sebab perdana menteri mereka saja mendapatkan pengamanan yang lebih ketat daripada Alex.
Ia menghela nafas dan menatap bangunan megah yang didominasi dengan warna putih itu. Tempat yang telah menjadi rumahnya selama dua belas tahun sebelum ia diasingkan ke Inggris.
Ia tidak suka kembali ke tempat kenangan yang menyakitkan ini. Terlebih ia sebetulnya sangat tidak ingin bertemu dengan Kiehl, sang kakak.
Tapi, justru di sinilah ia berada. Ia melangkah memasuki pintu utama istana.
Beberapa staff istana dan beberapa pelayan istana menyambut kedatangannya dengan sikap resmi. Mereka berdiri berbaris dengan rapi. Hanya itu saja. Bukan sambutan meriah seperti yang seharusnya.
Alex berjalan melewati mereka sambil memantau wajah para pelayan satu per satu. Ia mencari Shaunia. Namun ia tak dapat menemukan sosok wanita bertubuh gempal, berkacamata dan mengenakan kawat gigi.
'Apakah si karat masih berada di istana?' Pikir Alex masih memanggil Shaunia dengan julukan yang diberikannya.
'Bagaimana keadaannya sekarang?'
'Astaga! Mengapa yang kupikirkan malah si anak karat itu?'
Alex akhirnya sampai di ruang balairung utama istana, tempat biasa ayah dan ibunya menerima tamu.
'Jadi begini ternyata. Mereka menyambut anak kandung mereka sendiri di tempat yang resmi,' lagi-lagi Alex membatin dengan tak senang.
'Bukan di sayap istana bagian Barat khusus untuk keluarga,' pikir Alex dengan sinis.
Sesuai dugaan, ayah dan ibunya telah menunggu di balairung. Mereka duduk di atas singgasana resmi kerajaan.
"Ayah, Ibu !" Sapa Alex tersenyum dengan sinis.
"Aku sudah pulang sesuai dengan keinginan kalian," kata Alex lagi.
"Ada apa? Apa kalian ingin membagikan warisan atau apa?" Tanya Alex dengan malas-malasan.
"Tutup mulut lancangmu, Alexander!" Bentak Raja Roland.
"Beraninya kau kembali ke sini hanya dengan memakai pakaian seperti itu?" Raja Roland berkata dengan murka.
Alex melirik pakaiannya yang hanya berupa kemeja abu-abu muda bergaris berlengan pendek yang hanya dikancingkan seadanya, dengan celana selutut berwarna gading dan sepatu kets berwarna putihnya. Dibahunya tersampir jaket berwarna cokelat susu. Dan ia mengenakan kacamata hitam.
Jujur, Alex saat ini lebih terlihat seperti turis daripada seorang keluarga kerajaan.
"Ini?" Tanya Alex sambil menunjuk pakaiannya sendiri.
"Apa ada yang salah dengan pakaianku?" Tanya Alex tanpa merasa bersalah. Padahal ia memang sengaja ingin membuat ayahnya murka.
"Apa kau tidak tahu aturan dalam bertemu di istana?" Suara Raja Roland menggema di dalam balairung.
"Yang aku tahu adalah aku pulang untuk bertemu dengan ayahku," sahut Alex masih dengan nada malas-malasan.
"Aku tak tahu bahwa ternyata aku diharuskan untuk bertemu dengan seorang 'RAJA'!" Alex tiba-tiba mengubah suaranya menjadi sinis dan menekankan kata 'raja'.
"Alex, jangan sembarangan berbicara di depan ayahmu," tegur Ratu Sophie, sang ibu.
"Baiklah, Bu! Kalau begitu, apakah yang Ayahanda ingin katakan kepadaku?" Alex mengulang pertanyaannya tapi kali ini dalam bahasa resmi istana.
Belum sempat Raja Roland menjawab, Kiehl sudah berjalan memasuki balairung dengan diikuti oleh Shaunia dari belakang.
Shaunia sedikit bergetar perasaannya memikirkan pria yang dibencinya itu telah kembali.
Dan ia lebih tidak suka lagi dengan keputusan yang telah diambil oleh Raja Roland, sehingga menyebabkan Alex ditarik pulang.
Sementara itu, Alex memandang kakak yang sudah empat belas tahun tak dijumpainya itu dengan tatapan datar.
Kiehl telah berubah menjadi pria dewasa dengan wajah tampan namun lembut. Segala sesuatu tentang Kiehl terlihat sangat sempurna. Ia bahkan sudah pantas terlihat seperti seorang raja muda.
"Alex! Kau sudah pulang," sambut Kiehl datar.
Ia tak bisa memutuskan bagaimana ia harus menyambut adik semata wayangnya itu. Antara benci dan sayang berkecamuk dalam diri Kiehl ketika melihat adiknya berdiri dihadapannya.
"Kiehl!" Balas Alex singkat. Ia juga tidak menyukai Kiehl sama sekali.
Berlindung di balik punggung Kiehl, Shaunia mencoba mencuri pandang untuk melihat seperti apa wajah Alex sekarang.
Shaunia melihat sesosok pria nan tinggi dan kekar.
'Itukah Alex? Seorang pangeran kecil yang dulu selalu membully diriku?' Kata Shaunia dalam hati.
Dadanya yang bidang terlihat mengintip dari balik kancing kemeja yang dikancingkan secara asal.
Wajah Alex seperti menunjukkan bahwa semua orang dimatanya hanyalah serangga tak berarti. Sorot matanya yang tajam dan dingin dan wajah tampannya yang keras dan terkesan galak membuat kedua kakak beradik itu terlihat sangat berlawanan.
Mata Alex yang tajam tak luput dari sesosok wanita yang berdiri dibelakang Kiehl. Kecantikan wanita itu langsung menarik minat Alex.
Seragam terusan merah hitamnya menujukkan bahwa wanita itu adalah seorang pelayan resmi istana. Namun sebuah pin berwarna emas dan berukir lambang negara mereka merupakan bukti bahwa wanita cantik itu adalah seorang pelayan khusus yang biasanya harus selalu berada di samping majikannya hampir dua puluh empat jam.
'Hmm! Boleh juga wanita itu!' Batin Alex.
'Aku harus mendapatkan seorang pelayan khusus yang cantik dan sexy juga untuk diriku sendiri juga.'
"Kau sudah datang, Kiehl!" Sambut ayah mereka dengan hangat. Berbeda sekali nada yang digunakan sang raja ketika berbicara dengan Alex.
"Ya, Ayah!" Jawab Kiehl dengan sopan.
"Baiklah, karena kalian semua sudah hadir maka kurasa aku akan lang ...." Perkataan Raja Roland terputus.
"Tunggu dulu! Apakah si Karat masih berada di sini?" Alex bertanya dengan memotong pembicaraan Raja Roland. Ia sungguh penasaran sekali. Kepalanya menoleh kesana kemari mencari kehadiran Shaunia.
"Alexander!" Sentak Raja Roland.
Shaunia yang mendengar bahwa Alex masih mencarinya kini semakin menciut berusaha bersembunyi di belakang Kiehl.
"Ayah sedang berbicara, mengapa kau memotong perkataannya dengan tidak sopan!" Tegur Kiehl.
"Lagipula untuk apa lagi kau menanyakan Shaunia. Berhentilah memanggilnya seperti itu!"
AHA! Hanya dari jawaban Kiehl saja, Alex dapat mengetahui bahwa Shaunia masih berada di istana.
"Kenapa? Memang ia cocok dipanggil 'si gendut Karat' kok!" Alex masih saja bersikeras. Ia sama sekali tidak tahu bahwa Shaunia adalah wanita yang berada di belakang Kiehl.
"Apakah ia masih pantas kau panggil dengan sebutan itu sekarang?" Tanya Kiehl dengan nada tersinggung sambil menarik Shaunia keluar dari perlindungannya.
Shaunia yang ditarik ke depan seketika menjadi jengah karena sekarang dirinya menjadi pusat perhatian di depan Raja Roland dan Ratu Sophie juga.
Alex melotot sampai matanya hampir melompat keluar dari tempatnya.
"Apa? Kau adalah si Karat?" Teriak Alex tak percaya.
"Ta ... ta ... tapi ... bagaimana mungkin ...." Alex tergagap sekali itu dan kehilangan kata-kata.
"Kalian berniat mengerjai diriku bukan?" Tanya Alex tertawa terbahak-bahak, namun tak ada yang ikut tertawa bersamanya sehingga akhirnya Alex terpaksa menghentikan tawanya.
"Katakan padaku dengan jujur! Apakah kau adalah si Karat?" Alex berkata kepada Shaunia.
Alex memperhatikan wajah cantik dan tubuh sexy nan mempesona milik wanita di hadapannya itu.
'Tak mungkin wanita di hadapanku ini adalah si Karat!' Batin Alex.
'Kemana perginya kacamata besar, behel, dan tubuh montok itu?'
'Mengapa si Karat bisa berubah menjadi secantik ini?'
"Hei, apa kau tuli?" Bentak Alex.
"Benar, Pangeran!" Jawab Shaunia singkat sambil menunduk untuk memberi hormat walaupun sesungguhnya ia enggan.Alex menatap Shaunia, seakan Shaunia adalah makhluk asing yang baru pertama kali dilihatnya. Ia terhenyak menyadari kenyataan bahwa Shaunia sudah berubah.'Bagaimana mungkin Shaunia yang dulu bisa berubah menjadi secantik ini?' Pikir Alex masih dengan mulut ternganga."Cukup bicara mengenai pelayan!" Raja Roland mengambil alih keadaan."Ada hal yang jauh lebih penting yang harus kubicarakan kepadamu, Alex!" Ujar Raja Roland."Mengenai mengapa aku menyuruhmu untuk pulang.""Alexander Phillip Roland III, mulai saat ini kau adalah putra mahkota baru, menggantikan Kiehl, kakakmu!" Raja Roland mengeluarkan titah baru yang mengejutkan.Alex terhenyak syok mendengar pengumuman itu. Ia sama sekali tak mengira bahwa dirinya dipanggil pulang untuk menggantikan posisi kakaknya.Gelar 'calon raja' sudah melekat dengan Kiehl
"Apa katamu?" Tanya Kiehl tak percaya dengan pendengarannya sendiri.Sementara itu Shaunia terasa seperti menerima sambaran petir yang bertubi-tubi mendengar ucapan Alex.'Mimpi apa aku semalam? Mengapa Alex tiba-tiba memintaku menjadi asisten pribadinya?' Shaunia bergelut dalam hati."Aku bilang jika kalian akan menjadikanku sebagai seorang calon raja, maka aku akan membutuhkan seorang asisten pribadi jugakan? Ulang Alex."Sama seperti dirimukan, Kiehl?" Tanya Alex.Ia sengaja melakukannya untuk membuat Kiehl kesal. Dan ia juga masih tidak rela bahwa Shaunia kecil yang dulu selalu menjadi korban ejekannya kini menjadi asisten kepercayaan Kiehl."Aku tidak akan mengijinkannya!" Sahut Kiehl mantap."Kenapa? Bukankah aku akan menggantikanmu?" Tanya Alex sambil mengangkat rahangnya."Tentunya aku juga membutuhkan seorang yang dapat kupercayakan?" Tanya Alex."Jika kau dapat mempercayai dia, kupikir akan aman jika aku menjad
"Ini sudah keputusan dariku!" Kata Raja Roland."Apa kau dan Shaunia ingin menentangku?" Tanya Raja Roland.Kiehl yang semula ingin menentang, kemudian mengurungkan niatnya. Namun terlihat jelas bahwa ia tidak rela. Tangannya mengepal dengan erat. Matanya memandang sang adik dengan sorot kebencian yang tidak ditutupi. ****Shaunia kembali ke kamarnya segera setelah pertemuan itu. Ia bahkan tak menggubris panggilan Kiehl.Tubuhnya gemetar. Gemetar karena marah dan takut. Apalagi rencana Alex kini? Apa ia ingin kembali menjadikan Shaunia sebagai bulan-bulanannya?Shaunia merasa tak sanggup jika ia harus melayani Alex. Namun di sisi lain, ia juga tergoda untuk menerima penugasan yang diberikan kepadanya itu.Baginya tidak ada orang yang lebih dibencinya dibandingkan dengan Alex, sang pembunuh ibunya.Ya, Alex
Hari ini adalah hari pertama Shaunia akan bertugas menjadi asisten pribadi Alex. Kakinya kaku bagaikan sudah diberi campuran semen dan pasir. Dengan langkah berat, Shaunia berjalan kembali menuju ruang Topaz.Tapi kali ini ia berjalan dengan kepala ditegakkan. Ia akan berusaha sebaik mungkin agar dirinya tidak kembali dijadikan bulan-bulanan oleh Alex. Ia mengetuk pintu kemudian menunggu Alex mempersilahkan dirinya untuk masuk."Masuk!" Terdengar perintah kasar dari Alex.Shaunia membuka pintu dan melihat bahwa Alex tengah duduk bersandar di sebuah meja berukir kayu yang indah dan antik.Shaunia memberikan salam hormat kepada Alex."Selamat pagi, Yang Mulia!""Nama saya Shaunia Campbell.""Mulai hari ini saya akan bertugas untuk melayani Anda, sebagai asisten pribadi Anda," demikian Shaunia sengaja memberi salam secara resmi.Ia bermaksud untuk menunjukkan sikap profesionalnya dan sengaja memberikan penekanan kepada Alex garis
Shaunia memandang Alex dengan tatapan sendu. Betapa ia membenci pria dihadapannya saat ini.FLASHBACK MODE : ON"Yang Mulia, kurasa ini semua sudah cukup," kata Bernadette sambil menenteng sebuah keranjang yang lumayan berat berisi bunga mawar yang baru saja dipanen oleh Kiehl."Sebentar lagi! Aku masih perlu beberapa tangkai lagi," kata Kiehl muda masih sambil memotong tangkai bunga mawar.Bernadette, ibu Shaunia berjalan mengikuti Kiehl dari belakang, sementara Kiehl sibuk memetik bunga yang akan dipersiapkannya khusus untuk ulang tahun Ratu Sophia.Ini adalah kebiasaan Kiehl semenjak ia masih kecil. Yakni membuatkan rangkaian buket bunga mawar untuk diberikan pada sang ibu di hari ulang tahunnya. Kiehl bertekad untuk menjadikan hal tersebut sebagai tradisi.Bernadette mengamati sekelilingnya sambil menunggui Tuannya."Yang Mulia, awas!" Seru Bernadette tiba-tiba.Kejadiannya berlangsung begitu cepat. Kiehl merasakan tubuhnya did
"Waktu itu aku bodoh dan panik," ujar Alex."Pikiranku dipenuhi dengan kecemburuan akan Kiehl yang menjadi bintang utama di istana ini.""Sementara aku selalu menjadi kambing hitam dalam keluargaku.""Tapi sekarang, aku ingin menyatakan kebenaran padamu, Shaunia!""Bahwa bukan aku yang membawa ular-ular itu masuk ke dalam istana!"Shaunia merasa syok mendengar pengakuan Alex yang secara tiba-tiba itu."Benar bahwa aku pernah mengancam dirimu dan Kiehl.""Tapi aku tidak mungkin segila itu menjalankan ancamanku.""Ular itu ... kemungkinan masuk sendiri atau ada orang lain yang menaruhnya untuk menjebakku.""Tapi negara kita bukanlah habitat ular mamba hitam.""Pasti ada seseorang yang membawanya masuk ke dalam dengan sengaja!""Jadi, aku ingin bertanya padamu, Shaunia!""Apakah ada seseorang yang kau curigai?""Atau apakah kau yakin bahwa bukan kau sendiri yang memasukkan ular-ular itu ke dalam
Alex demi mendengar teriakan Shaunia langsung melompat maju dan menutup mulut Shaunia dengan telapak tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegang punggung Shaunia.Hal ini bukannya membuat Shaunia tenang, tapi malah membuatnya semakin panik dan ketakutan.Ia mengira Alex akan berbuat macam-macam padanya. Akan gawat akibatnya jika sampai ketahuan mereka berdua berada di kamar pada malam selarut ini."Ssttt!!!" Desis Alex."Diamlah! Apa kau ingin seluruh istana terbangun oleh karena jeritanmu?" Alex memelototi Shaunia dengan galak.Ia jengkel sekali dengan Shaunia. Setelah Shaunia diam, Alex baru sedikit agak tenang. Tapi meskipun dari luar terlihat tenang, tidak demikian halnya dengan hati dan pikirannya.Di Inggris, Alex terbiasa melihat seorang wanita tanpa busana di atas tempat tidurnya. Bahkan ia menikmati mereka. Semua itu terasa biasa-biasa saja.Namun, mengapa perasaan dan pikirannya seperti ini sekarang?Padahal Shaunia ma
"Alex!" Seru wanita itu."Chelsea!" Alex juga menyebut nama wanita itu di saat yang bersamaan."Kau sudah kembali?" Tanya Chelsea heran."Ta ... tapi, kapan kau kembali? Mengapa sama sekali tidak ada pengumuman resmi bahwa kau telah kembali?" Chelsea terus bertanya dengan penasaran."Aku kembali kemari tanpa perencanaan sama sekali!" Kata Alex dengan jujur."Oh, begitukah?" Tanya Chelsea dengan nada tak yakin."Kukira kau disuruh pulang oleh ayah dan ibumu!""Tidak! Mereka tidak tahu menahu mengenai rencana kepulanganku!" Alex berbohong seperti yang sudah disepakati oleh dirinya dan keluarganya."Aku ingin memberikan kejutan untuk mereka semua.""Sekaligus ingin melihat kembali tanah kelahiranku. Apakah itu mengganggumu, Chelsea?" Tanya Alex."Tidak! Tidak! Hal itu sama sekali tidak menggangguku," kata Chelsea sambil lalu."Aku datang kemari untuk menemui tunanganku," kata Chelsea sambil menggandeng Kiehl."Apak
Maaf, Yang Mulia … maksud Anda …." Shaunia membiarkan kalimatnya menggantung sambil menatap ke arah Alex dengan bingung."Aku baru tahu bahwa Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea oleh ayah dan ibu," Alex menatap Shaunia lurus-lurus."Apakah kau tahu akan hal tersebut?" Tanya Alex dengan pandangan menuduh.Bukannya tahu lagi, Shaunia malah sangat tahu penyebab Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea. Ayah Kiehl ingin menghentikan hubungan asmara Shaunia dengan Kiehl, namun Alex yang selama ini berada di Inggris sama sekali tidak mengetahuinya."Ya, Yang Mulia saya tahu," jawab Shaunia memutuskan untuk mengaku dengan jujur hanya sebatas pertanyaan Alex."Bukankah mereka saling mencintai?" Tanya Alex lagi seperti berusaha ingin tahu. Ia benar-benar tidak habis pikir. Bukankah dulu Kiehl begitu tergila-gila dengan Chelsea dan begitu pula sebaliknya?Semua orang selalu menggaungkan keserasian pasan
Oh, My PrinceBy : Miss MShaunia merasakan bahwa mulutnya ternganga membuka ketika mendengar pernyataan Alex yang sangat tidak disangka olehnya tersebut.Bagian manakah yang Alex katakan bahwa ia tidak menyesali perbuatannya kemarin? Apakah bagian ketika ia menyakiti Kiehl? Ataukah bagian ketika ia mencium bibir Shaunia?Akhirnya dengan terpaksa, Shaunia berlari kecil untuk menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya.Setelah berada dalam jarak yang cukup dekat barulah Shaunia bisa sedikit bernafas lebih teratur. Ia berjalan dibelakang Alex sesuai dengan peraturan negara bahwa seorang pelayan ataupun asisten pribadi tidak diperkenankan untuk berjalan beriringan atau berdampingan dengan anggota keluarga kerajaan yang lain.Ternyata Alex berjalan kembali menuju ke ruang tempat Kiehl. Beberapa orang pekerja terlihat masih berusaha merapihkan
Karena kelelahan, akhirnya Shaunia pun akhirnya terkulai dan ikut tertidur dalam posisi duduk di sofa empuk tersebut.Keesokan pagi harinya, Shaunia terbangun dengan terkejut. Ia sudah berada di sofa dalam posisi berbaring. Kepalanya bersandar pada sebuah bantal sofa kecil. Tubuhnya pun telah terbungkus dengan selimut hangat berwarna biru.Shaunia segera mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk.Ia menolehkan kepalanya kesana kemari untuk mencari Kiehl. Dan pada akhirnya ia menemukan pria tersebut sedang membawa sebuah cangkir berisi teh apel, yang merupakan minuman khas negara Androva. Wangi segar khas apel hijau yang bercampur dengan teh tercium sangat menggoda dan harum."Kau sudah bangun?" T
"Ayah! Ibu! Aku mengerti jika kalian lebih menyayangi Kiehl daripada diriku," Alex berkata dengan nada pahit. "Aku sadar kalian memanggilku pulang hanya karena terpaksa menjadikanku sebagai pengganti Kiehl." "Tapi aku ingatkan pada kalian semua. Aku bukan Kiehl!" "Aku tak akan mengikuti keinginan kalian semua begitu saja dan menjadi boneka kalian." "Jika kalian ingin aku menggantikan Kiehl, maka aku akan melakukannya dengan caraku sendiri!" Kata Alex dengan tegas. Kemudian ia berbalik dan meninggalkan ruangan itu tanpa memperdulikan teriakan Raja Roland yang menyuruhnya untuk berhenti.
"Ada apa?" Tanya salah seorang penjaga yang berpakaian seragam berwarna biru tua. "Saya harus menghadap Yang Mulia Raja Roland dan Ratu Sophia!" Jawab Shaunia dengan tergesa. "Kode biru!" Jawab Shaunia untuk menandakan bahwa ia sedang akan melaporkan suatu hal yang penting dan rahasia. Penjaga itu mengerti dan memberikan ijin masuk bagi Shaunia. Shaunia langsung masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansa mewah berbentuk oval yang didominasi dengan warna biru dan silver. Shaunia kemudian berjalan menuju ke ruangan istirahat raja dan ratu, kemudian ia mengetuk pintu yang terbuat dari ukiran kayu yang sama mewahnya dengan interior ruangan itu.
Alex mencium Shaunia dengan dalam dan penuh gairah. Ia tadinya hanya ingin mengejek sang kakak sekaligus mengusili Shaunia.Tapi nyatanya ia tidak dapat berhenti ketika sudah merasakan manisnya bibirnya Shaunia yang lembut dan hangat bagaikan minuman Baileys.Akal sehatnya tergerus tergantikan oleh naluri alam bawah sadarnya sebagai laki-laki yang berhasrat ingin menikmati wanita yang sedang berada dalam pelukannya ini. Alex teringat ketika ia menangkupkan tangannya dibalik pakaian Shaunia ketika gadis itu tertidur.Sebaliknya, Shaunia merasakan bibir Alex memagut bibirnya sendiri dengan panas. Ia begitu syok tak menyangka bahwa Alex akan mela
"Alex! Apa yang kau lakukan pada Shaunia?" Kiehl bangkit berdiri dan langsung menghampiri Alex."O ... Oo ... Ada apa ini?" Tanya Alex masih dengan tampang mengejek."Aku baru mengatakan Shaunia sakit saja kau sudah sampai sepanik itu?" Tanya Alex."Diam! Aku kakakmu, Lex!" Seru Kiehl sambil merenggut kerah kemeja putih Alex."Jika kau melakukan sesuatu yang kejam pada Shaunia ataupun kepada staff lain, maka aku tidak akan memaafkanmu!" Ancam Kiehl."Yang Mulia! Saya sungguh hanya pusing saja!" Seru Shaunia dari arah tempat tidur."Pangeran Alex tidak melakukan apapun terhadap saya," aku Shaunia te
Alex mengatur posisi Shaunia sedemikian rupa sehingga ia bisa membopong Shaunia. Ia tidak membawa Shaunia kembali ke kamarnya. Melainkan membawanya ke atas tempat tidurnya.Di Inggris, tanpa adanya penjagaan yang ketat, Alex bebas membawa para wanita ke atas tempat tidurnya untuk dinikmati hampir setiap malam.Boleh dibilang jika jam terbang Alex sudah tinggi untuk urusan di atas tempat tidur. Bagi para wanita ia termasuk seorang pria brengsek yang hanya menyukai hubungan satu malam tanpa ikatan.Semenjak ia kembali ke istana, ia belum berkesempatan untuk bercinta dengan para wanita lagi. Sekarang dihadapannya, berbaring Shaunia yang cantik seperti seorang putri tidur.Alex memperhatikan wajah Shaunia yang mulus. Pandangan Alex turun ke dada Shaunia yang bergerak naik turun dengan teratur. Menandakan bahwa gadis itu sudah terlelap. Pakaian tidurnya sedikit tersingkap, memperlihatkan kaki Shaunia yang mulus.Alex meneguk air liurnya melihat posisi t
Kiehl memandang Shaunia dengan sorot mata kepedihan. Ia menarik nafas dalam sebelum berbicara."Chelsea tadi datang kemari!" Kiehl memulai, nada suaranya sudah nyaris kembali seperti semula, namun sarat akan kepedihan."Ayah dan ibuku menyambutnya dengan gembira.""Mereka telah memutuskan tanggal pernikahannya!" Kiehl tertunduk dengan sedih."Enam bulan dari sekarang!"Baginya, ia hanyalah selayaknya sebuah boneka. Yang harus mengikuti keinginan pemiliknya.Shaunia bersedakap tak tahu harus berkata bagaimana. Dihadapannya, pria yang dicintainya ini sedang menghadapi kemelut.Tanggal pernikahan sudah ditentukan. Pantas saja Kiehl menjadi begitu gusar tadi dan bertindak diluar kebiasaannya.Kiehl pastilah merasa dirinya sangat sedih dan tak berguna sama sekali karena tak bisa melawan keinginan kedua orang tuanya. Ia terikat pada aturan negara.Shaunia sendiri juga merasa terguncang perasaannya. Bagaimana tidak? Pria