Hari ini adalah hari pertama Shaunia akan bertugas menjadi asisten pribadi Alex. Kakinya kaku bagaikan sudah diberi campuran semen dan pasir. Dengan langkah berat, Shaunia berjalan kembali menuju ruang Topaz.
Tapi kali ini ia berjalan dengan kepala ditegakkan. Ia akan berusaha sebaik mungkin agar dirinya tidak kembali dijadikan bulan-bulanan oleh Alex. Ia mengetuk pintu kemudian menunggu Alex mempersilahkan dirinya untuk masuk.
"Masuk!" Terdengar perintah kasar dari Alex.
Shaunia membuka pintu dan melihat bahwa Alex tengah duduk bersandar di sebuah meja berukir kayu yang indah dan antik.
Shaunia memberikan salam hormat kepada Alex.
"Selamat pagi, Yang Mulia!"
"Nama saya Shaunia Campbell."
"Mulai hari ini saya akan bertugas untuk melayani Anda, sebagai asisten pribadi Anda," demikian Shaunia sengaja memberi salam secara resmi.
Ia bermaksud untuk menunjukkan sikap profesionalnya dan sengaja memberikan penekanan kepada Alex garis batas antara atasan dengan bawahan.
Alex tidak menjawab sapaan resmi dari Shaunia. Melainkan menatap Shaunia dari atas sampai bawah seperti sedang menilai sesuatu.
Hal ini membuat Shaunia merasa jengah. Tatapan dari bola mata Alex yang unik, biru sekaligus keabuan, membuatnya merasa seperti sedang berdiri telanjang di hadapan Alex.
"Kau sudah berubah!" Kata Alex tiba-tiba.
"Kurasa sudah tak pantas jika aku memanggilmu dengan sebutan si 'gendut karat', bukan?"
"Kemana dirimu yang dulu?" Tanya Alex masih sambil mengawasi.
Shaunia hanya diam tak menjawab. Ia harus bersikap profesional, meskipun sesungguhnya ia sudah sangat ingin meninju Alex.
"Baiklah! Kalau begitu rasanya aku akan memanggilmu dengan namamu saja," kata Alex pada akhirnya.
Sedikit banyak Shaunia merasa lega dengan keputusan Alex. Sungguh tidak enak rasanya jika seseorang memanggil dirimu dengan sapaan ejekan.
'Mungkin ia sudah berubah. Bukanlah seorang penindas lagi!' Batin Shaunia berharap.
"Nah, Shaunia!" Kata Alex.
"Sekarang kau sudah resmi menjadi pelayanku!"
"Ada beberapa hal yang ingin kusampaikan padamu sebagai aturan main di antara kita."
"Pertama, aku ingin kau pindah ke ruang Topaz bersamaku!"
"No ... no ... no .... Dengarkan aku dulu. Aku belum selesai!" Alex menggoyangkan jari telunjuknya, ketika melihat Shaunia hendak membuka mulut untuk memprotes.
"Aku membutuhkanmu dengan cepat untuk siap sedia, setiap hari selama dua puluh empat jam."
"Maka dari itu akan lebih praktis jika kau pindah kemari."
"Dan itu bukanlah saran!" Alex memberi penekanan bahwa itu adalah perintah pertamanya.
"Kemudian. Dengan menjadi pelayan pribadiku, maka aku menugaskan dirimu untuk mengurus segalnya."
"Mengerti? Segalanya!"
"Dan itu termasuk mengurus segala keperluan pribadiku!"
'Dan itu termasuk dengan mengurus kepuasan gairahku!' Hampir saja Alex mengucapkan kalimat tersebut.
"Apakah cukup jelas bagimu?" Tanya Alex.
"Yang Mulia, maafkan saya jika mengingatkan Anda jikalau Anda lupa," Shaunia berkata.
"Tugas untuk mengurus segala keperluan pribadi di istana ini dipegang oleh pelayan yang lain," Shaunia menjelaskan.
"Kau tak perlu mengguruiku, aku juga sudah tahu!" Balas Alex dengan cepat.
"Tapi sekarang aku memang ingin menyuruhmu yang memegangnya. Bukan pelayan yang lain."
'Apakah ia bermaksud menyiksaku?' Pikir Shaunia.
'Mengurus keperluan pribadinya sama sekali bukanlah urusanku!'
"Apakah kau mengerti?" Tanya Alex menyadarkan Shaunia dari peperangan batin yang dihadapinya.
"Ya, saya mengerti, Yang Mulia," jawab Shaunia.
"Jika kau tidak suka kau boleh melaporkannya pada Kiehl," kata Alex.
"Aku tidak takut," kata Alex sambil beranjak untuk mengambil sesuatu.
Tiba-tiba Alex melemparkan jaket cokelat yang kemarin dikenakannya ketika ia baru tiba di Androva.
Jaket itu melayang dan mendarat tepat di atas kepala Shaunia.
"Cucikan itu untukku!" Perintah Alex.
Perbuatan Alex yang demikian cukup menghina status Shaunia sebagai pelayan pribadinya.
'Ternyata ia belum berubah!'
Shaunia mengambil jaket tersebut dari kepalanya kemudian pamit dari hadapan Alex.
'Tadinya kupikir ia sudah berubah! Ternyata sama sekali tidak!' Batin Shaunia.
'Baiklah kalau begitu. Kau yang memulai permainan ini dulu, Alex.'
'Maka, aku akan mengikutinya dan memastikan kau gagal menjadi putra mahkota, untuk membalaskan kematian ibuku.'
Shaunia mencucikan jaket itu. Kemudian ia mulai memindahkan barang-barangnya yang hanya sedikit ke ruang Topaz.
"Shaunia!" Panggil Kiehl yang sore hari itu mendatangi ruang Topaz.
"Apakah kau baik-baik saja?"
"Apakah Alex menyulitkanmu?"
"Katakan padaku!"
Kiehl terlihat sangat khawatir. Namun Shaunia berusaha untuk memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja. Ia tidak ingin membuat Kiehl khawatir.
"Ya, aku baik-baik saja," jawab Shaunia.
"Pangeran Alex tidak terlalu banyak memanggilku di hari pertama ini."
"Benarkah? Syukurlah!" Kiehl terlihat sangat lega.
"Kuharap ia sudah berubah."
"Hari-hariku tanpamu di sampingku terasa kosong, Shaunia!"
Shaunia tersenyum malu-malu ketika mendengar pengakuan blak-blakan dari Kiehl tersebut, tapi ia senang.
"Sedang apa kau di sini?" Tiba-tiba terdengar suara Alex yang berat.
"Apa kau tidak mendengar panggilanku?" Tanya Alex.
"Maaf, Yang Mulia. Pastilah saya tidak mendengarnya!" Jawab Shaunia.
"Alex, berhentilah memojokkan Shaunia. Memang apa yang telah dilakukannya padamu sampai-sampai kau seperti membencinya?" Tanya Kiehl sambil maju dengan gaya melindungi Shaunia.
"Ck! Apa kau ingin menjadi pahlawan, Kak?" Tanya Alex.
"Ia sudah bukan pelayanmu lagi. Ia adalah orangku sekarang. Jadi tidak perlu campur tanganmu lagi," kata Alex.
"Yang Mulia memanggilku. Apa yang harus saya kerjakan?" Tanya Shaunia berusaha menengahi perselisihan kedua kakak beradik itu.
"Ya!" Jawab Alex, sambil masih menatap Kiehl.
Ia sengaja tidak meneruskan kalimatnya hingga terkesan menunggu Kiehl pergi.
"Jika ia berbuat jahat padamu, katakan saja padaku! Aku masih putra mahkota yang sah sebelum ia dilantik," Kata Kiehl akhirnya beranjak meninggalkan mereka berdua.
Setelah kepergian Kiehl, Alex kini menatap Shaunia.
"Ikut aku!" Perintahnya singkat.
Shaunia menuruti perintah Alex dan mengikutinya. Alex keluar dari ruang Topaz dan berjalan menuju halaman belakang istana. Mereka berdua berjalan dalam diam.
Ternyata, Alex menuju ke taman mawar di mana selama ini Shaunia selalu menghindarinya. Tempat ini terlalu menyakitkan baginya.
Sesampainya di sana, kedua anak manusia tersebut berdiri dalam diam. Shaunia berusaha berdiri sejauh mungkin dari sana. Ia bersadakap.
"Sudah cukup lama waktu berlalu!" Alex mulai berbicara. Ia masih memunggungi Shaunia.
"Aku tak mengira bahwa aku akan kembali ke rumah lagi," Kata Alex.
"Ketika aku tiba, kukira kau sudah pergi dari istana ini!"
"Dan aku berharap bahwa kau sudah tidak berada di sini lagi."
Shaunia tidak menjawab. Ia sedang syok. Tak mengerti, mengapa Alex membawanya ke tempat ini. Apakah Alex ingin menyakitinya?
Apakah Alex belum puas?
Shaunia bisa merasakan bulu-bulu halus di lengan dan tengkuknya meremang.
"Shaunia?" Panggil Alex.
"Apakah kau masih ingat tempat apa ini?" Tanya Alex kini ia menoleh dan menatap Shaunia dengan mata uniknya. Kedua tangannya berada di dalam saku celana panjangnya.
Shaunia balas menatap Alex. Perasaan syoknya berubah menjadi pandangan marah yang sarat akan kepedihan.
"Ya, Yang Mulia!" Jawab Shaunia dengan suara bergetar.
"Saya masih ingat dengan jelas dalam ingatan saya."
"Ini adalah tempat di mana Anda membunuh ibu saya dan hampir saja membunuh kakak kandung Anda sendiri!"
To be continue ....Shaunia memandang Alex dengan tatapan sendu. Betapa ia membenci pria dihadapannya saat ini.FLASHBACK MODE : ON"Yang Mulia, kurasa ini semua sudah cukup," kata Bernadette sambil menenteng sebuah keranjang yang lumayan berat berisi bunga mawar yang baru saja dipanen oleh Kiehl."Sebentar lagi! Aku masih perlu beberapa tangkai lagi," kata Kiehl muda masih sambil memotong tangkai bunga mawar.Bernadette, ibu Shaunia berjalan mengikuti Kiehl dari belakang, sementara Kiehl sibuk memetik bunga yang akan dipersiapkannya khusus untuk ulang tahun Ratu Sophia.Ini adalah kebiasaan Kiehl semenjak ia masih kecil. Yakni membuatkan rangkaian buket bunga mawar untuk diberikan pada sang ibu di hari ulang tahunnya. Kiehl bertekad untuk menjadikan hal tersebut sebagai tradisi.Bernadette mengamati sekelilingnya sambil menunggui Tuannya."Yang Mulia, awas!" Seru Bernadette tiba-tiba.Kejadiannya berlangsung begitu cepat. Kiehl merasakan tubuhnya did
"Waktu itu aku bodoh dan panik," ujar Alex."Pikiranku dipenuhi dengan kecemburuan akan Kiehl yang menjadi bintang utama di istana ini.""Sementara aku selalu menjadi kambing hitam dalam keluargaku.""Tapi sekarang, aku ingin menyatakan kebenaran padamu, Shaunia!""Bahwa bukan aku yang membawa ular-ular itu masuk ke dalam istana!"Shaunia merasa syok mendengar pengakuan Alex yang secara tiba-tiba itu."Benar bahwa aku pernah mengancam dirimu dan Kiehl.""Tapi aku tidak mungkin segila itu menjalankan ancamanku.""Ular itu ... kemungkinan masuk sendiri atau ada orang lain yang menaruhnya untuk menjebakku.""Tapi negara kita bukanlah habitat ular mamba hitam.""Pasti ada seseorang yang membawanya masuk ke dalam dengan sengaja!""Jadi, aku ingin bertanya padamu, Shaunia!""Apakah ada seseorang yang kau curigai?""Atau apakah kau yakin bahwa bukan kau sendiri yang memasukkan ular-ular itu ke dalam
Alex demi mendengar teriakan Shaunia langsung melompat maju dan menutup mulut Shaunia dengan telapak tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegang punggung Shaunia.Hal ini bukannya membuat Shaunia tenang, tapi malah membuatnya semakin panik dan ketakutan.Ia mengira Alex akan berbuat macam-macam padanya. Akan gawat akibatnya jika sampai ketahuan mereka berdua berada di kamar pada malam selarut ini."Ssttt!!!" Desis Alex."Diamlah! Apa kau ingin seluruh istana terbangun oleh karena jeritanmu?" Alex memelototi Shaunia dengan galak.Ia jengkel sekali dengan Shaunia. Setelah Shaunia diam, Alex baru sedikit agak tenang. Tapi meskipun dari luar terlihat tenang, tidak demikian halnya dengan hati dan pikirannya.Di Inggris, Alex terbiasa melihat seorang wanita tanpa busana di atas tempat tidurnya. Bahkan ia menikmati mereka. Semua itu terasa biasa-biasa saja.Namun, mengapa perasaan dan pikirannya seperti ini sekarang?Padahal Shaunia ma
"Alex!" Seru wanita itu."Chelsea!" Alex juga menyebut nama wanita itu di saat yang bersamaan."Kau sudah kembali?" Tanya Chelsea heran."Ta ... tapi, kapan kau kembali? Mengapa sama sekali tidak ada pengumuman resmi bahwa kau telah kembali?" Chelsea terus bertanya dengan penasaran."Aku kembali kemari tanpa perencanaan sama sekali!" Kata Alex dengan jujur."Oh, begitukah?" Tanya Chelsea dengan nada tak yakin."Kukira kau disuruh pulang oleh ayah dan ibumu!""Tidak! Mereka tidak tahu menahu mengenai rencana kepulanganku!" Alex berbohong seperti yang sudah disepakati oleh dirinya dan keluarganya."Aku ingin memberikan kejutan untuk mereka semua.""Sekaligus ingin melihat kembali tanah kelahiranku. Apakah itu mengganggumu, Chelsea?" Tanya Alex."Tidak! Tidak! Hal itu sama sekali tidak menggangguku," kata Chelsea sambil lalu."Aku datang kemari untuk menemui tunanganku," kata Chelsea sambil menggandeng Kiehl."Apak
"Tapi, Yang Mulia!" Seru Shaunia."Aku pergi!" Seru Alex sambil meninggalkan Shaunia.'Aduh, bagaimana ini?' Pikir Shaunia cepat.'Sebagai asistennya aku bertanggung jawab penuh atas segala tindakannya.''Jika terjadi sesuatu padanya, maka aku akan disalahkan dan harus bertanggung jawab.''Jika diikuti, maka akupun akan harus menanggung akibatnya karena tidak bisa memperingati dia!'"Yang Mulia, tunggu!" Teriak Shaunia."Jadi, bagaimana? Kau akan membantuku atau tidak?" Tanya Alex lagi."Baiklah! Saya akan membantu Anda, Yang Mulia," kata Shaunia akhirnya."Tapi saya mohon, tolong jangan sampai ketahuan oleh rakyat, bahwa Anda telah kembali ke Androva dan Anda berada dengan bebas di jalanan.""Tentu saja. Tidak ada yang mengenali diriku jugakan?" Balas Alex."Ikuti saya!" Kata Shaunia pada akhirnya setelah berpikir sejenak.Alex mengikuti Shaunia berjalan sampai kembali ke ruang Topaz lagi dan menuju
Alex dan Shaunia melihat Kiehl yang berdiri dengan postur tubuh yang kaku menandakan bahwa dirinya sedang marah.Apakah ini merupakan salah satu usaha pertamamu untuk berusaha sebagai pengganti diriku?" Tanya Kiehl dengan geram."Apa kau tahu bahwa anggota keluarga kerajaan dilarang meninggalkan istana tanpa pengawalan?""Dan dengan pikiran pendekmu, kau pasti membujuk dan memaksa Shaunia untuk mengikuti keinginanmu!" Tuduh Kiehl."Yang Mulia ini hanya salah paham," Shaunia mencoba ikut menjelaskan."Diam, Shaunia!" Bentak Kiehl masih dengan nada marah."Aku tidak bicara denganmu!"Shaunia langsung terdiam. Ia tak pernah melihat Kiehl gusar seperti ini sebelumnya. Kiehl selalu baik dan lembut padanya. Tak pernah membentak dirinya. Tapi kini Kiehl baru saja melakukannya.'Ada apa dengan Kiehl?' Pikir Shaunia dengan heran."Kau pikir kau masih di Inggris, Alex? Bisa berbuat sesukamu?" Tanya Kiehl."Kiehl
Kiehl memandang Shaunia dengan sorot mata kepedihan. Ia menarik nafas dalam sebelum berbicara."Chelsea tadi datang kemari!" Kiehl memulai, nada suaranya sudah nyaris kembali seperti semula, namun sarat akan kepedihan."Ayah dan ibuku menyambutnya dengan gembira.""Mereka telah memutuskan tanggal pernikahannya!" Kiehl tertunduk dengan sedih."Enam bulan dari sekarang!"Baginya, ia hanyalah selayaknya sebuah boneka. Yang harus mengikuti keinginan pemiliknya.Shaunia bersedakap tak tahu harus berkata bagaimana. Dihadapannya, pria yang dicintainya ini sedang menghadapi kemelut.Tanggal pernikahan sudah ditentukan. Pantas saja Kiehl menjadi begitu gusar tadi dan bertindak diluar kebiasaannya.Kiehl pastilah merasa dirinya sangat sedih dan tak berguna sama sekali karena tak bisa melawan keinginan kedua orang tuanya. Ia terikat pada aturan negara.Shaunia sendiri juga merasa terguncang perasaannya. Bagaimana tidak? Pria
Alex mengatur posisi Shaunia sedemikian rupa sehingga ia bisa membopong Shaunia. Ia tidak membawa Shaunia kembali ke kamarnya. Melainkan membawanya ke atas tempat tidurnya.Di Inggris, tanpa adanya penjagaan yang ketat, Alex bebas membawa para wanita ke atas tempat tidurnya untuk dinikmati hampir setiap malam.Boleh dibilang jika jam terbang Alex sudah tinggi untuk urusan di atas tempat tidur. Bagi para wanita ia termasuk seorang pria brengsek yang hanya menyukai hubungan satu malam tanpa ikatan.Semenjak ia kembali ke istana, ia belum berkesempatan untuk bercinta dengan para wanita lagi. Sekarang dihadapannya, berbaring Shaunia yang cantik seperti seorang putri tidur.Alex memperhatikan wajah Shaunia yang mulus. Pandangan Alex turun ke dada Shaunia yang bergerak naik turun dengan teratur. Menandakan bahwa gadis itu sudah terlelap. Pakaian tidurnya sedikit tersingkap, memperlihatkan kaki Shaunia yang mulus.Alex meneguk air liurnya melihat posisi t
Maaf, Yang Mulia … maksud Anda …." Shaunia membiarkan kalimatnya menggantung sambil menatap ke arah Alex dengan bingung."Aku baru tahu bahwa Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea oleh ayah dan ibu," Alex menatap Shaunia lurus-lurus."Apakah kau tahu akan hal tersebut?" Tanya Alex dengan pandangan menuduh.Bukannya tahu lagi, Shaunia malah sangat tahu penyebab Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea. Ayah Kiehl ingin menghentikan hubungan asmara Shaunia dengan Kiehl, namun Alex yang selama ini berada di Inggris sama sekali tidak mengetahuinya."Ya, Yang Mulia saya tahu," jawab Shaunia memutuskan untuk mengaku dengan jujur hanya sebatas pertanyaan Alex."Bukankah mereka saling mencintai?" Tanya Alex lagi seperti berusaha ingin tahu. Ia benar-benar tidak habis pikir. Bukankah dulu Kiehl begitu tergila-gila dengan Chelsea dan begitu pula sebaliknya?Semua orang selalu menggaungkan keserasian pasan
Oh, My PrinceBy : Miss MShaunia merasakan bahwa mulutnya ternganga membuka ketika mendengar pernyataan Alex yang sangat tidak disangka olehnya tersebut.Bagian manakah yang Alex katakan bahwa ia tidak menyesali perbuatannya kemarin? Apakah bagian ketika ia menyakiti Kiehl? Ataukah bagian ketika ia mencium bibir Shaunia?Akhirnya dengan terpaksa, Shaunia berlari kecil untuk menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya.Setelah berada dalam jarak yang cukup dekat barulah Shaunia bisa sedikit bernafas lebih teratur. Ia berjalan dibelakang Alex sesuai dengan peraturan negara bahwa seorang pelayan ataupun asisten pribadi tidak diperkenankan untuk berjalan beriringan atau berdampingan dengan anggota keluarga kerajaan yang lain.Ternyata Alex berjalan kembali menuju ke ruang tempat Kiehl. Beberapa orang pekerja terlihat masih berusaha merapihkan
Karena kelelahan, akhirnya Shaunia pun akhirnya terkulai dan ikut tertidur dalam posisi duduk di sofa empuk tersebut.Keesokan pagi harinya, Shaunia terbangun dengan terkejut. Ia sudah berada di sofa dalam posisi berbaring. Kepalanya bersandar pada sebuah bantal sofa kecil. Tubuhnya pun telah terbungkus dengan selimut hangat berwarna biru.Shaunia segera mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk.Ia menolehkan kepalanya kesana kemari untuk mencari Kiehl. Dan pada akhirnya ia menemukan pria tersebut sedang membawa sebuah cangkir berisi teh apel, yang merupakan minuman khas negara Androva. Wangi segar khas apel hijau yang bercampur dengan teh tercium sangat menggoda dan harum."Kau sudah bangun?" T
"Ayah! Ibu! Aku mengerti jika kalian lebih menyayangi Kiehl daripada diriku," Alex berkata dengan nada pahit. "Aku sadar kalian memanggilku pulang hanya karena terpaksa menjadikanku sebagai pengganti Kiehl." "Tapi aku ingatkan pada kalian semua. Aku bukan Kiehl!" "Aku tak akan mengikuti keinginan kalian semua begitu saja dan menjadi boneka kalian." "Jika kalian ingin aku menggantikan Kiehl, maka aku akan melakukannya dengan caraku sendiri!" Kata Alex dengan tegas. Kemudian ia berbalik dan meninggalkan ruangan itu tanpa memperdulikan teriakan Raja Roland yang menyuruhnya untuk berhenti.
"Ada apa?" Tanya salah seorang penjaga yang berpakaian seragam berwarna biru tua. "Saya harus menghadap Yang Mulia Raja Roland dan Ratu Sophia!" Jawab Shaunia dengan tergesa. "Kode biru!" Jawab Shaunia untuk menandakan bahwa ia sedang akan melaporkan suatu hal yang penting dan rahasia. Penjaga itu mengerti dan memberikan ijin masuk bagi Shaunia. Shaunia langsung masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansa mewah berbentuk oval yang didominasi dengan warna biru dan silver. Shaunia kemudian berjalan menuju ke ruangan istirahat raja dan ratu, kemudian ia mengetuk pintu yang terbuat dari ukiran kayu yang sama mewahnya dengan interior ruangan itu.
Alex mencium Shaunia dengan dalam dan penuh gairah. Ia tadinya hanya ingin mengejek sang kakak sekaligus mengusili Shaunia.Tapi nyatanya ia tidak dapat berhenti ketika sudah merasakan manisnya bibirnya Shaunia yang lembut dan hangat bagaikan minuman Baileys.Akal sehatnya tergerus tergantikan oleh naluri alam bawah sadarnya sebagai laki-laki yang berhasrat ingin menikmati wanita yang sedang berada dalam pelukannya ini. Alex teringat ketika ia menangkupkan tangannya dibalik pakaian Shaunia ketika gadis itu tertidur.Sebaliknya, Shaunia merasakan bibir Alex memagut bibirnya sendiri dengan panas. Ia begitu syok tak menyangka bahwa Alex akan mela
"Alex! Apa yang kau lakukan pada Shaunia?" Kiehl bangkit berdiri dan langsung menghampiri Alex."O ... Oo ... Ada apa ini?" Tanya Alex masih dengan tampang mengejek."Aku baru mengatakan Shaunia sakit saja kau sudah sampai sepanik itu?" Tanya Alex."Diam! Aku kakakmu, Lex!" Seru Kiehl sambil merenggut kerah kemeja putih Alex."Jika kau melakukan sesuatu yang kejam pada Shaunia ataupun kepada staff lain, maka aku tidak akan memaafkanmu!" Ancam Kiehl."Yang Mulia! Saya sungguh hanya pusing saja!" Seru Shaunia dari arah tempat tidur."Pangeran Alex tidak melakukan apapun terhadap saya," aku Shaunia te
Alex mengatur posisi Shaunia sedemikian rupa sehingga ia bisa membopong Shaunia. Ia tidak membawa Shaunia kembali ke kamarnya. Melainkan membawanya ke atas tempat tidurnya.Di Inggris, tanpa adanya penjagaan yang ketat, Alex bebas membawa para wanita ke atas tempat tidurnya untuk dinikmati hampir setiap malam.Boleh dibilang jika jam terbang Alex sudah tinggi untuk urusan di atas tempat tidur. Bagi para wanita ia termasuk seorang pria brengsek yang hanya menyukai hubungan satu malam tanpa ikatan.Semenjak ia kembali ke istana, ia belum berkesempatan untuk bercinta dengan para wanita lagi. Sekarang dihadapannya, berbaring Shaunia yang cantik seperti seorang putri tidur.Alex memperhatikan wajah Shaunia yang mulus. Pandangan Alex turun ke dada Shaunia yang bergerak naik turun dengan teratur. Menandakan bahwa gadis itu sudah terlelap. Pakaian tidurnya sedikit tersingkap, memperlihatkan kaki Shaunia yang mulus.Alex meneguk air liurnya melihat posisi t
Kiehl memandang Shaunia dengan sorot mata kepedihan. Ia menarik nafas dalam sebelum berbicara."Chelsea tadi datang kemari!" Kiehl memulai, nada suaranya sudah nyaris kembali seperti semula, namun sarat akan kepedihan."Ayah dan ibuku menyambutnya dengan gembira.""Mereka telah memutuskan tanggal pernikahannya!" Kiehl tertunduk dengan sedih."Enam bulan dari sekarang!"Baginya, ia hanyalah selayaknya sebuah boneka. Yang harus mengikuti keinginan pemiliknya.Shaunia bersedakap tak tahu harus berkata bagaimana. Dihadapannya, pria yang dicintainya ini sedang menghadapi kemelut.Tanggal pernikahan sudah ditentukan. Pantas saja Kiehl menjadi begitu gusar tadi dan bertindak diluar kebiasaannya.Kiehl pastilah merasa dirinya sangat sedih dan tak berguna sama sekali karena tak bisa melawan keinginan kedua orang tuanya. Ia terikat pada aturan negara.Shaunia sendiri juga merasa terguncang perasaannya. Bagaimana tidak? Pria