Kekuatan seorang pria tidak dilihat dari kekuatan di dalam tangannya. Itu terlihat dari cinta yang dia berikan dengan pelukan untuk istrinya. - Dr. Steve Maraboli -
Dean merasa gegana atau galau hati merana. Hanya Keira mampu membuatnya seperti itu, hanya Keira yang bisa melakukan semua yang dirasakannya menjadi resah dan gelisah sendiri. Ingin sekali dia meluapkan emosinya agar Keira mengerti tentang perasaannya.Mobilnya melaju ke rumah Rudi berharap Ayah tercintanya mampu memberikan solusi yang terbaik dalam pernikahannya. Walau dia agak sedikit ragu secara Ayahnya termasuk pria santai kayak dipantai.“Ayah,” panggil Dean tanpa semangat saat masuk ke dalam rumah.“Eh, ada si Dean. Ada angin apa nih ke rumah? Keira mana?” tanya Rudi sambil matanya melirik ke belakang Dean.“Aku lagi marah sama Keira, Yah.”“Aiis baru nikah 3 bulan pakai acara berantem segala. Palingan kamu ini yang buat masalah kalau Keira tidakDengan semangat perjuangan 45 Dean kembali ke rumahnya. Pikirannya menjadi lebih segar setelah mendengarkan nasehat dari ayahnya, Rudi. Dia sudah mengerti kalau tidak bisa memaksakan kehendaknya pada istrinya, Keira.“Ooh Keira, istriku tercinta nantikanlah aku pulang,” ucap Dean.“Lihat aja nanti kamu akan ku hajar sampai meminta ampun tanpa henti.”Dean tersenyum dengan apa yang dipikirkannya. Dia ingin sekali melakukan hubungan intim dengan istrinya. Terkadang setelah bertengkar memang lebih enak kalau melakukan kegiatan olah raga di ranjang. Semua akan terasa lebih menggairahkan.Begitu juga dengan Keira setelah mencurahkan perasaan dan hatinya pada Vio membuat pikirannya lebih tenang. Mungkin yang terbaik dia mengikuti suaminya dari pada diikuti oleh wanita lain bisa hancur dunia persilatan jika seperti itu. Mengalah bukan berarti kalah.“Ke mana yaa si Dean,” ujar Keira cemas.Dia ingin menghubungi
Keira membuatkan Dean teh hangat agar suaminya lebih tenang. Dia duduk di samping Dean memegang tangannya dengan erat. Terlihat rasa bersalah pada wajah Keira yang membuat Dean tersenyum.“Sudah ga apa-apa kamu kayak gitu wajahnya,” ucap Dean membelai lembut rambut Keira.“Gara-gara aku kamu jadi begini. Maaf yaa,” ujar Keira sedih.“Jangan sedih gitu dong wajahnya Kei. Aku ga apa-apa, tapi lain kali kalau kamu mau ngerjain aku jangan cara pakai hantu-hantu gitu yaa,” ujar Dean mencubit hidung Keira.“Tapi aku jadi ga enak sama kamu.”“Hmm, kamu tau caranya supaya aku jadi enak?”Keira menganggukan kepalanya dengan semangat.“Ga jadi aja deh,” ucap Dean sengaja menggoda istrinya.“Nah… nah, dia kumat deh ini pakai acara ga jadi segala,” ujar Keira dengan wajah cemberut.“Kamu ini cuman kayak gitu aja udah ngambek sih.”“Abis kamu nyebelin.”“Yakin aku nyebelin.
Hari ini hari terakhir Dean berada di Jakarta setelah dua hari mereka terus bercinta saling berbagi hasrat dan gairah saling memuaskan. Perasaan Keira sangat sedih harus merelakan pria yang dicintainya.“Kamu baik-baik loh di sana, jangan telat makan, jangan lupa mandi kamu kan suka males mandi tuh. Cakep, seksi, tapi disuruh mandi susahnya minta ampun dan yang paling penting itu KAMU JANGAN LUPAKAN AKU!” Keira menatap Dean dengan tajam.Melihat mata Keira yang membulat membuat Dean ingin tertawa. Istrinya berpura-pura galak padahal dari raut wajahnya lemah lembut membuat Dean gemas sendiri.“Yaa ampun istriku kalau lagi mengancam bikin ngeri deh,” ucap Dean menggoda Keira.“Harus itu kamu harus ingat julukan ku di sekolah dulu SENGGOL BACOK bukan kayak kamu senggol tegang.”Dean tak sanggup lagi menahan gelak tawanya. Dia tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Keira tentang senggol crot.“Bahasamu, K
Tanpa terasa sudah 1 bulan terlewati Keira dan Dean selalu saling memberi kabar melalui komunikasi. Seperti hari ini walau berbeda jarak dan waktu tetap mereka saling membantu khususnya dalam hasrat dan gairah.“Ok hari ini kita mandi bareng,” ujar Dean yang sudah siap di dalam kamar mandi.“Siap Sayang. Kita mandi secara live streaming.”Tapi pada kenyataannya yang mandi adalah Keira sendirian sedangkan Dean menatap istrinya mandi dengan tak berkedip. Dia sangat merindukan lekukan-lekukan tubuh indah Keira yang sedang menyabuni tubuhnya dengan lembut, ingin sekali Dean berada di sana dan menyabuni istrinya.Dean tidak tahan lagi melihat istrinya mandi lalu memegang benda pusakanya bermain solo. Keira tertegun saat mendengar suara desahan Dean yang menyebut namanya.“Sayang apa kamu bermain solo?” tanya Keira tanpa dosa.“Iya Sayang… aah… Kei.” Suara Dean mendesah lagi.Keira bingung harus melaku
Kadang kejujuran itu menyakitkan. Tapi, akan lebih menyakitkan lagi apabila selalu dibohongi. Seorang wanita mungkin mudah mempercayai orang yang dicintainya tetapi jika sekali dibohongi akan sulit membuatnya percaya lagi dan yang tertinggal hanya rasa curiga.Itu lah yang dirasakan Keira. Dia mengernyitkan dahinya saat mendengar perkataan Ettan, berbagai pertanyaan ada dalam pikirannya. Dia bingung siapa ini yang tidak mengatakan hal yang sebenarnya? Apakah Dean yang berbohong atau malah Ettan yang bohong? Dan kalau Ettan tidak mencurahkan hati alias curhat ke Dean lalu suaminya tahu dari mana kalau Vio dan Ettan sudah putus? Ettan menatap wajah Keira yang mendadak berubah. Dia merasa ada sesuatu yang salah. Kenapa Keira bertanya seperti itu padanya? Dari mana Dean tahu kalau dia dan Vio telah putus. Seharusnya Keira lah yang lebih tahu hal tersebut karena wanita yang ada di depannya merupakan sahabat Vio.“Kenapa Kei?” tanya Ett
Keira sangat marah dan kecewa pada Dean. Menurutnya Dean tega mengkhianati pernikahan mereka dan pada Vio juga dia tak pernah menyangka kalau begitu tega berselingkuh dengan Dean. Air mata yang dari tadi ditahannya akhirnya tak terbendung lagi, dia menangis merasakan sakit di hati juga perutnya.“Aku harus kuat, aku harus kuat. Aku tidak boleh lemah. Masa cuman karena seorang pria seperti Dean, aku kalah,” ucap Keira memberi semangat pada dirinya sendiri.Keira memutuskan untuk segera ke apotek walau harus menahan nyeri yang hebat di lambungnya. Dengan memegang perutnya dia mengendarai mobilnya secara perlahan melewati gelapnya malam dengan perasaan yang juga terasa sakit.Tak lama dia pun tiba di apotik dengan wajah pucat.“Mbak obat asam lambung merk Ul****x,” ujar Keira sambil menahan nyeri.“Ini mbak,” ucap apoteker memberikan obatnya pada Keira.Keira memberikan uang lalu berjalan dengan perlahan ke luar
Seorang pria duduk di depan jendela rumahnya. Asap rokok mengebul dihembuskannya membuat udara disekitarnya menjadi semakin berasap. Hanya suara helaan napas yang terdengar di kesunyian malam.“Aku harus bagaimana dengan Keira? Kenapa dia begitu egois.” Dean berkata tanpa semangat.Perasaan Dean begitu kecewa pada Keira. Betapa mudahnya wanita yang dinikahinya mengatakan cerai padahal dia sudah memberikan semua kesetiaan juga cintanya pada Keira.“Aku ga menyangka Keira sama saja seperti Mama,” ucap Dean.“Apa dia juga akan berselingkuh kayak Mama dulu, meninggalkan suaminya demi pria lain?”Dean teringat tentang masa lalunya saat Rosy, Mamanya meninggalkannya dan Rudi demi pria lain. Perkataan Keira yang meminta cerai sudah sangat menyinggungnya.“Aku harus kembali ke Jakarta untuk menjelaskan semua masalah yang sebenarnya pada Keira,” ucap Dean.Dean menghubungi sekretarisnya untuk melihat
Keira mengerjapkan matanya dengan perlahan membuka matanya. Dia menatap keadaan di sekitarnya yang berwarna putih seperti berada di sebuah kamar di rumah sakit. Kepalanya terasa berat dan juga perutnya yang masih nyeri walau tidak sama seperti sebelumnya. “Aduuh, aaarg.” Keira mengerang sambil memegangi perutnya.Suara erangan Keira terdengar oleh Ettan yang berada di sofa tepat di depan tempat tidur Keira.“Kei, kamu sudah bangun,” ucap Ettan sambil berjalan mendekati ranjang rumah sakit.“Ettan? Kamu di mana?” tanya Keira bingung.“Kamu kok malah menanyakan aku di mana. Kamu baik-baik saja Kei?”Keira kebingungan sendiri kenapa dia malah bertanya seperti itu. Entahlah pikirannya sendiri tercampur aduk mana kepalanya terasa berat dan perutnya masih nyeri.“Eeh, iya ya seharusnya aku yang bertanya. Sekarang aku di mana?” tanya Keira sambil tersenyum tipis.“Nah begitu dong.”“L
Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m
Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga
Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes
Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.
Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa
Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes
Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress
Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har
Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan