Keira mengerjapkan matanya dengan perlahan membuka matanya. Dia menatap keadaan di sekitarnya yang berwarna putih seperti berada di sebuah kamar di rumah sakit. Kepalanya terasa berat dan juga perutnya yang masih nyeri walau tidak sama seperti sebelumnya.
“Aduuh, aaarg.” Keira mengerang sambil memegangi perutnya.Suara erangan Keira terdengar oleh Ettan yang berada di sofa tepat di depan tempat tidur Keira.“Kei, kamu sudah bangun,” ucap Ettan sambil berjalan mendekati ranjang rumah sakit.“Ettan? Kamu di mana?” tanya Keira bingung.“Kamu kok malah menanyakan aku di mana. Kamu baik-baik saja Kei?”Keira kebingungan sendiri kenapa dia malah bertanya seperti itu. Entahlah pikirannya sendiri tercampur aduk mana kepalanya terasa berat dan perutnya masih nyeri.“Eeh, iya ya seharusnya aku yang bertanya. Sekarang aku di mana?” tanya Keira sambil tersenyum tipis.“Nah begitu dong.”“LDean sudah tidak sabar menunggu kabar dari Yudika. Sudah 3 jam dia menatap ponselnya berharap adik iparnya segera memberikannya kabar, entah itu kabar baik ataupun buruk. Baginya Keira merupakan hal yang terpenting untuk saat ini walau ada keraguan dalam hatinya dengan kesetiaan Keira.Dia pun akhirnya memutuskan untuk menghubungi Yudika dari pada harus menunggu dengan tak pasti.“Hallo Kak,” ujar Yudika.“Di mana kamu? Aku sudah menunggu kabarmu ini selama 3 jam,” ucap Dean kesal.“Maaf Kak bukannya tidak mau menghubungi, aku masih di depan rumah Kak Dean, tapi ga ada orang Kak di rumah.”“Masa ga orang sih. Kamu sudah pencet-pencet itu bel rumah.”“Sudah Kak tapi ga ada yang keluar.”“Panjat pagar lihat dari jendela.”“Aku ga berani Kak nanti dikiranya aku maling.”“Aku yang suruh, aku yang punya rumah. Kamu kan adik ipar Keira jadi bukan maling.”“Tapi Kak, aku —”“Aku apa
Emosi Dean memuncak, dia tidak tahan dengan pemandangan yang membuatnya terbakar cemburu. Dia pun keluar dengan segala rasa amarahnya.“Lepaskan tanganmu dari istriku, Ettan!” seru Dean dengan marah.Keira yang hampir terjatuh dan dipeluk oleh Ettan sangat terkejut saat mendengar suara Dean. Dia pun menoleh kebelakang dan sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan suaminya. Tapi ada yang aneh kenapa suara Dean terdengar marah?“Ooh jadi begini kelakuanmu, Keira. Aku tidak menyangka perbuatanmu begitu rendah persis wanita jalan.g!” Dean menatap Keira dengan marah.“Dean ini tidak seperti yang terlihat dan seperti pikiranmu. Aku dibantu oleh Ettan,” ucap Keira lemah.“Apa yang aku lihat tidak seperti Ettan membantumu, tapi kamu menggunakan kesempatan ini agar bisa bersama bajinga.n itu.”Dengan emosi Dean melayangkan tinju ke wajah Ettan. Ettan yang tak siap dengan serangan mendadak dari Dean menjadi oleng. Dia mer
Dean mencari Keira di rumah sakit terdekat dari rumahnya, tapi tidak menemukan wanita tersebut. Dia pun mencari di rumah sakit lain dan hasilnya juga sama tidak menemukan Keira.“Pak Angelo gimana kalau ke rumah sakit milik keluarga Geraldo. Itu yang megang rumah sakit istrinya Pak Richie,” ujar Pak Joko.“Ooh istrinya Pak Richie wanita karir juga. Aku tidak mengetahui secara pasti siapa istrinya cuman tahu kalau anaknya ada 2, laki-laki dan perempuan,” ucap Dean.“Saya itu sudah bekerja selama 5 tahun di keluarga Geraldo. Perjuangan cinta dan hidup Pak Richie dengan istrinya begitu menyentuh hati loh Pak. Ga mudah mereka bisa bersama, tapi pada akhirnya kalau memang jodoh tak akan lari ke mana walau berliku-liku perjalanan cintanya.”“Ooh yaa. Aku malah baru tau kalau perjalanan cinta Richie seperti itu.”“Ada kok Pak kisah cinta mereka di novel Miss L yang Twin Husband, tapi sayangnya harus beli babnya.” “Tenang aja aku b
Betapa hancurnya hati Keira saat kehilangan buah hatinya yang baru berusia 4 minggu. Sebuah kata-kata tak dapat menggambarkan hatinya yang begitu sakit dan tercabik-cabik mengiris hati luka yang tak berdarah. Air mata pun sudah tak lagi dapat menggambarkan apa yang dia rasakan.Ettan menatap Keira dengan iba. Melihat keadaan Keira yang tak berdaya membuat hatinya juga ikut sakit. Seharusnya dia bahagia saat bayi dalam kandungan Keira meninggal, tapi entah mengapa dia juga ikut sedih secara bersamaan. Dia berjalan mendekati Keira.“Kei… maafkan aku,” ucap Ettan sambil memegang tangan Keira.Keira hanya menatap Ettan dengan lemah. Dia sudah tak berdaya, tubuhnya bagai raga tak bernyawa.“Maafkan Kei.” Ettan berlutut di depan Keira.Ettan memperhatikan sorotan mata Keira yang kosong. Dia yakin keguguran yang dialami Keira membawanya dalam kesedihan yang mendalam. “Aku akan selalu bersamamu. Aku akan menghapus setiap rasa sakit yang ada di hatimu. Maafkan aku.” Ettan berkata dengan penye
Dengan langkah gontai Dean akan menemui Dokter SPOG yang menangani keadaan Keira. Dia hanya ingin mencari bukti atas keraguannya sendiri walau dia harus siap dengan berbagai konsekuensi yang akan terjadi.“Permisi bisa saya bertemu dengan Dokter Haris Spog yang menangani pasien Keira Rose,” ujar Dean berkata pada suster rumah sakit.“Maaf Pak. Bapak siapanya nyonya Keira Rose yaa,” ujar suster berpakaian putih.“Saya suaminya Keira Rose.”“Ada keperluan apa Pak?”“Saya ingin menanyakan tentang keadaan dan kandungan istri saya yang baru mengalami keguguran.”“Ooh baik Pak. Tunggu sebentar yaa Pak. Dokter Haris sedang ada pasien.”“Iya suster. Terima kasih.”Dean menunggu sampai pada akhirnya dia pun masuk ke dalam ruangan dokter Haris. Setelah berbasa-basi dengan dokter Haris dan tidak ingin membuang-buang waktu. Dia pun bertanya tentang berapa bulan usia kandungan Keira.“Usia kandungan Bu Keira saat mengalami keguguran itu 4 minggu Pak Dean,” ujar Dokter Haris.Dean terdiam. Dia sang
Penyesalan selalu datang terlambat. jika penyesalan datang awal, maka tidak akan ada orang yang membuat kesalahan. Langkah kaki Dean seakan berat untuk berjalan meninggalkan Keira. Dia mengerti tentang apa yang Keira rasa kan. Walau dia sangat menyesali semua yang terjadi, namun dia menerima semua kesalahannya. Penyesalan merupakan puing-puing dari kesadaran yang terlambat.Keira hanya bisa melepaskan kepergian Dean. Walau dia membenci laki-laki tersebut dan telah membuatnya sangat kecewa, tapi di dalam hatinya masih ada nama Dean Angelo.“Semoga kamu bahagia Dean. Maaf aku tidak bisa memaafkan semua kesalahanmu,” ucap Keira.Mata Keira berkaca-kaca mencoba menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh di pipinya. Hatinya terasa sangat sakit sekarang. Walau Dean telah menoreh luka yang terdalam di hatinya, tapi rasa cintanya untuk Dean begitu besar hingga menusuk relung hatinya yang terdalam.Sepasang mata menatap perpisahan Dean dan Keira. Tatapan tajam tersebut terlihat puas denga
“Aku diperkosa Dean.” Vio berkata sambil menangis di dalam pelukan Dean.Mendengar perkataan Vio membuat Dean terkejut. Bagaimana bisa wanita yang memiliki berbagai pengalaman dengan berbagai pria diperkosa?Dean mengerutkan dahinya. “Apa kamu yakin diperkosa?” tanyanya penasaran.Vio melepaskan pelukannya menatap Dean. “Kamu kira aku wanita murahan yang bisa tidur dengan berbagai laki-laki. Aku mau tidur kalau pakai perasaan Dean bukan asal buka tutup.”“Ooh kirain buka tutup aja. Bukannya sering one night stand, Vi.”“Yaa ga sering cuman beberapa kali aja itupun karena mabuk, tapi bukan berarti mau gitu aja main memperkosa aku, Dean.” Vio menatap Dean kesal.Dean memperhatikan Vio. Dari gayanya terlihat berbeda jika memang bercinta dengan perasaan. Dia jadi tidak enak sendiri telah bertanya hal yang menyinggung Vio.“Aku lelah Dean. Aku ga menyangka si Kiko bisa melakukan itu ke aku,” ucap Vio sedih.“Kiko? Siapa lagi itu Kiko? Memang dia melakukan apa sama kamu?” tanya Dean.“Kiko
Vio berdiri mendekati Dean. Menyentuh rahang tegas dan kokoh yang semakin membuat penampilan Dean terlihat gagah. Hidung Dean yang bangir, mata Dean yang berwarna coklat, dan bentuk tubuhnya yang atletis dengan otot-otot maskulin begitu menggoda. Membangkitkan adrenalin dan gairah yang tak tertahankan.“Miliki aku, Dean,” ucapnya dengan mata memohon.“Kamu sangat cantik, Vio,” ujar Dean.“Kamu juga sangat tampan Dean.”Vio menarik kepala Dean dan melumat bibir seksi Dean. Lumatan demi lumatan yang bergairah membuat suasana menjadi semakin panas. Desiran darah memacu adrenalin untuk bercinta dan membangkitakan hasrat seksual untuk saling bergelut memuaskan di atas ranjang.Tapi semua lamunannya Vio berubah saat merasakan tubuhnya berguncang. Dia melirik ke arah Dean yang menatapnya heran. “Kamu kenapa? Kesurupan?” tanya Dean dengan santai. “Hadeeh, kamu ini mengganggu kesenanganku yang sedang melamun saja.” Vio menatap Dean kesal. “Melamun apaan? Pasti hal-hal jorok yak.” “Idiih, s
Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m
Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga
Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes
Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.
Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa
Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes
Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress
Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har
Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan