“Saya terima nikahnya dan kawinnya Keysa Asyila Putri binti Arsenio Galen Putra dengan maskawinnya tersebut dibayar tunai!” Devan mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang serta sekali nafas tarikan.
“Bagaimana para saksi, sah?” Tanya penghulu yang membantu acara pernikahan Devan dan Keysia.
“Sah,” Ujar para perawat juga dokter yang menjadi saksi pernikahan keduanya.
Detik itu juga, Key resmi menjadi Nyonya Aderland. Keduanya pun saling bertukar cicin satu sama lain dan dilanjut dengan doa hingga acara pernikahan dadakan itu berakhir dan semua yang menjadi saksi berlalu pergi.
“Key,” Panggil Arsen.
“Iya, Pa?” Berat saat Key menjawab. Gadis itu ingin menangis sekencang-kencangnya sekaranag. Namun itu tidaklah mungkin, dihari yang menurut ayahnya itu adalah hari bahagia maka Keysia tidak akan merusaknya. Lantas Keysia menarik paksa kedua sudutnya membentuk seulas senyum peliknya.
Pernikahan yang ia harapkan akan terjadi dengan seseorang yang ia cintai dan mencintai dirinya kini malah ia lakukan dengan seorang laki-laki yang bahkan baru saja dirinya kenal. Pernikahan tanpa adanya sebuah penedekatan, tanpa tahu siapa sebelumnya sososk itu dan juga tanpa didasari dengan cinta, seperti apa jadinya?.
“Papa bahagia karena sekarang kamu sudah punya seseorang yang bisa menjaga kamu,” Ujarnya.
“Papa berharap, kamu bisa menjadi seorang istri yang baik, istri yang selalu ada untuk suami disaat keadaan susah maupun senang,” Arsen menjeda kalimatnya sejenak.
“Layani suami kamu, jangan jadi istri durhaka yang membantah perkataan suaminya,” Imbuhnya.
Keysia tidak lagi mampu untuk membendung air matanya, lelehan kristal yang sejak tadi tertahan kini akhirnya luruh menganak sungai mengguyur penuh pipi mukusnya. “Iya, udah ya Papa nggak perlu lagi mikirin itu. Key pasti akan menjadi istri yang baik buat Mas Devan,” Keysia melirik kearah Devan sekilas kemudian kembali menatap sang Papa.
“Devan,” Arsen mengalihkan perhatiannya menatap sang menantu.
“Iya, Pa?” Balas Devan tanpa rasa canggung. Laki-laki itu bahkan masih memasang tampang datar namun sopan,
Arsen yang mendengar menantunya memanggil dirinya dengan sebutan Pa itupun mengulas senyum tipisnya. “Papa titip Keysia ya, jaga dia, berikan dia cinta juga kasih sayang seperti yang papa berikan , jangan buat putri kecil papa ini bersedih karena papa sangat menyayangi dia,” Pintanya.
Devan menoleh sejenak kearah Keysia yang duduk disebelahnya sebelum akhirnya kembali menoleh kearah sang papa mertua. “Papa tenang saja, tanpa Papa minta pasti Devan akan lakukan itu,” Balasnya mantap.
“Terimakasih, sekarang Papa bisa istirahat dengan tenang,” Ujar Arsen yang kemudian memejamkan matanya dan detik itu juga mesin pendeteksi jantung yang berada disebelah brankar Arsen itu mengeluarkan suara yang panjang. “Tiiiiiittttttttttt.”
“PAPAAA,” Pekik Keysia dengan derai air mata yang mengalir deras layaknya hujan yang turun kebumi.
Sedangkan Devan, laki-laki itu tidak tinggal diam. Ia dengan segera memanggilkan dokter untuk memeriksa keadaan mertuanya.
“Papa bangun hiks,” Keysia mengguncang kasar tubuh sang papa berharap cinta pertamanya itu membuka mata.
Tak berselang lama, Devan juga dokter pun tiba kemudian langsung memeriksa keadaan Arsen.
“Maaf Tuan dan Nyonya Aderland, Tuan Arsen sudah meninggal dunia,” Tutur dokter itu. Lantas meminta suster untuk melepaskan alat bantu hidupnya.
“Papa jangan tinggalin key,” Keysia berhambur memeluk jasad sang papa. Gadis itu menangis sejadi-jadinya berharap sang papa akan membuka mata.
“Papa, hiks Key sayang papa, Papa bangun hiks Key tidak punya siapa-siapa selain Papa,” Ujar gadis itu dengan berlinang air mata.
Devan yang melihat itu merasa tidak tega, ntah kenapa hatinya tercubit saat melihat gadis yang baru saja dinihahinya itu menangis padahal dia sendiri tidak mempunyai rasa apa-apa.
“PAPA BANGUN!!!” Key terus mengguncang tubuh sang Papa.
“BANGUN PAPA BANGUN!!!”
“Jangan tinggalin Key sendiri,” Tangis Key semakin menjadi-jadi membuat Devan yang melihatnya semakin tidak tega.
Lantas, Devan menarik tubuh Keysia dan membiarkan gadisnya itu menangis dipelukannya, dan Key pun tidak memberontak. Jujur, ia sangat butuh sosok yang bisa ia jadikan sandaran sekarang, sosok yang bisa menguatkan dirinya saat cinta pertamanya telah pergi untuk selamanya.
Tangan kekar Dev tergerak untuk mengelus surai panjang milik istrinya. “Masih ada aku yang akan menjadi teman hidupmu,” Ujarnya. Entah Devan berucap seperti itu sadar atau tidak.
Key masih menangis dengan tersedu-sedu dibalik dada bidang Dev yang sekarang berstatuskan suaminya. Gadis itu benar-benar merasa terluka atas kepergian ayahnya.
“Dokter,” Ujar Devan memanggil dokter yang masih setia diposisinya.
“Tolong langsung diurus ya!” Pintanya.
“Baik Tuan.”
*******
Keesokan harinya, setelah acara pemakaman selesai Key pulang kerumahnya juga dengan Devan yang ikut bersama istrinya. Rumah sederhana yang jauh dari kata mewah kini hanya menyisakan kenangan buat Keysia yang masih menyelami masa duka.
“Maaf ya Mas kalau rumahnya mungkin nggak semewah rumah Mas Devan,” Ujar Key, gadis itu merasa tidak enak kepada suaminya. Key memang belum pernah kerumah Devav, tapi gadis itu cukup tau kalau Devan adalah orang yang terpandang.
“Tidak apa-apa,” Balas Devan.
Keysia kemudian membuka pintu rumahnya, gadis itu terlebih dahulu masuk kedalam diikuti dengan Devan. Kakinya terus melangkah hingga kini keduanya berhenti di depan sebuah pintu kamar. “Mas Dev istirahat aja dulu di kamar ku, aku akan siapkan makanan dulu,” Ujarnya lembut. Lantas, Key hendak berlalu menuju dapur untuk membuatkan makan siang untuk suaminya. Namun, suara Devan membuat Key mengurungkan niatnya.
“Tidak usah masak, kita pesan aja,” Ujarnya.
“Hm, baiklah,” Balas Key. Gadis itu tidak membantah apa yang dikatakan Devan. Dirinya juga tidak tersinggung dan berfikir buruk mengenai Devan yang memilih memesan makanan daripada mencoba masakannya.
“Ya udah, Mas Dev istirahat aja dulu. Key mau ke kamar Papa terlebih dahulu,” Ujar gadis itu. Dev mengangguk dan berlalu masuk kedalam kamar sederhana namun bersih juga rapi milik Keysia.
Sejenak, Dev mengedarkan pandangannnya menyapu bersih setiap sudut kamar milik istrinya itu. Kaki jenjangnya membawa tubuh tegapnya menuju ketempat tidur minimalis yang ada disudut ruangan. Devan mendudukkan dirinya kemudian memainkankan ponselnya untuk memesan makan siangnya. Selepas itu, ia kembali menyapu bersih setiap sudut kamar milik istrinya hingga kini tatapan matanya jatuh pada sebuah vigura yang menampilkan foto Keysia yang mengenakan seragam SMA.
Tangan Devan tergerak untuk melihat foto itu, ibu jarinya bergerak lembut mengusap wajah Key yang tersenyum manis. Tanpa sadar, Devan mengangkat salah satu sudut bibirnya membuat sebuah senyum tipis, sangat tipis.
Setelah puas memandang, Devan kembali meletakkan bingkai foto tersebut ditempat yang semula. Tangannya kembali tergerak untuk mengambil ponselnya dan memainkannya, terlihat disana ada beberapa pesan serta panggilan tidak terjawab dari Anna.
Sedetik kemudian ponselnya kembali berdering dengan nyaring, nama Anna tertera dilayar ponselnya. Devan kemudian menggeser icon berwarna hijau dan mendekatkan benda berbentuh pipih itu kedekat daun telinganya.
“Astaga Devan, kamu kemana saja dari kemarin tidak ada kabar? aku nungguin kamu dari kemarin dan kamu tidak kunjung tiba juga,” Seketika itu Devan langsung menjauhan gawai yang digenggamnya dari telinganya. Suara nyaring kekasihnya itu benar-benar menggertakkan telinganya.
Laki-laki itu sudah mengira kalau kekasih cerewetnya itu pasti akan menyerangnya dengan berbagai macam pertanyaan yang bisa membuat bahaya telinganya.
Devan kemudian kembali mendekatkan gawainya kedekat daun telinganya. “Maafkan aku Anna, aku tiba-tiba mendapat panggilan dari perusahaan dan harus pergi detik itu juga karena ada kepentingan mendadak yang tidak bisa aku tunda,” Alibinya karena ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Anna kekasihnya.
“Terus sekarang kamu dimana?” Tanya Anna disebrang telfon.
“Aku masih diluar kota, besok baru pulang,” Balasnya.
“Sesampainya di Jakarta kamu harus ke tempat aku!” Pinta gadis itu tanpa bisa Devan tolak.
“Iya, ya sudah aku akhiri dulu telfonnya karena sebentar lagi aku mau ada rapat.”
“Baiklah-baiklah masterku yang sibuk, Love you muach.”
“Hm,” Devan langsung memutus panggilannya begitu saja tanpa membalas ungkapan cinta atau kiss dari Anna.
Selepas bertukar suara dengan kekasihnya, Devan hendak merebahkan dirinya namuan suara pintu yang diketuk dengan sedikit keras itu membuat Devan mengurungkan niatnya. Lantas ia segera beranjak keluar dari kamar istrinya dan berlalu untuk membukakan pintu yang ternyata seorang go food yang mengantarkan pesanannya.
“Terima kasih,” Ujar Devan menerima pesanan itu kemudian segera membawanya kebelakang.
Disimpannya paper bag yang dibawanya diatas meja makan, Devan kemudian berlalu menyusul Keysia yang tadi sempat berpamitan ke kamar sang papa.
Sejenak Devan menghentikan langkahnya, ia mengintip Keysia yang ternyata ketiduran dengan posisi meringkuk serta memeluk sebuah bingkai foto.
Perlahan tangan Devan tergerak untuk membuka pintu kayu yang menyisakan sedikit celah itu disusul dengan dirinya yang melangkah masuk menghampiri istrinya yang terlelap dengan damainya serta sisa air mata yang membekas dipipinya.
Serasa tidak tega Devan untuk membangunkan Keysia, Tetapi, gadis itu pasti lapar karena dari sejak kejadian malam itu hingga sekarang Keysia belum sekalipun makan.
Mau tidak mau Devan akhirnya memutuskan untuk membangunkan istrinya. “Key,” Ujarnya lembut sembari menepuk pelan lengan Keysia.
Tidak susah untuk membangunkan gadisnya, Keysia mengerjabkan matanya dan perlahan terbuka dengan sempurna. “Mas Dev, kenapa?” Tanyanya dengan suara seraknya.
“Makan dulu,” Ajaknya kemudian berlalu terlebih dahulu dari kamar mertuanya.
Keysia kemudian beranjak untuk duduk, gadis itu menyimpan bingkai foto yang digenggamnya itu ditempat yang semula sebelum akhirnya menyusul Devan yang sudah mendudukkan dirinya di kursi meja makan.
Keysia kemudian dengan segera membantu Devan untuk mengambil makanannya sebelum ia mengambil untuk dirinya sendiri, setelah itu keduanya pun sama-sama menikmati makanannya dalam diam.
“Besok kita akan tinggal dirumah ku, apa kamu keberatan?” Tanya Devan tiba-tiba disela-sela menikmati makanannya.
Keysia menggeleng sebagai jawaban kemudian kembali memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya tanpa selera.
*
*
*
Hallo, jumpa lagi dan terima kasih buat yang sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak dan beri rate 5 ya :)
Keysia mengunci pintu rumahnya, hari ini ia akan pindah ke rumah Devan suaminya. Gadis itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya menyimpan kunci rumahnya kedalam tas yang dibawanya dan berlalu menghampiri Devan yang kini sedang menyimpan kopernya didalam bagasi.“Mas yakin aku cuma bawa pakaian segitu saja?” Tanya Key memastikan. Pasalnya Devan hanya memintanya untuk membawa sedikit saja baju-baju miliknya dan barang-barang yang sekiranya penting saja.“Hm,” Devan hanya membalas dengan dehem
Sepi dan sunyi kini menghiasi ruang tengah di rumah mewah milik Devan, hanya suara televisi menyala yang terdengar menemani malam yang kian larut. Berkali-kali Keysia menguap namun gadis itu tak kunjung mengistirahtkan tubuhnya. Entah sudah keberapa kali mata Keysia melirik kearah jam dinding yang terletak diatas televisi, waktu sudah menunjukkan pukul 01.11 tetapi Devan tak kunjung pulang juga.Keysia akhirnya memutuskan untuk mematikan televisinya dan gadis itu segera berlalu menuju ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Devan mengendarai mobilnya membelah jalanan kota yang ramai akan mobil yang berlalu lalang. Sebelah tangannya mencengkram stir mobil dan sebelah tangannya lagi menggenggam tangan mulus Anna dan sesekali menciumnya.“Kita mau kemana?” Tanya Devan. Sesekali ia menoleh kearah Anna yang nampak sedang asik mendengarkan musik yang menjadi pengiring perjalanan keduanya.“Ke mall ajalah, temani aku belanja atau mau nonton juga
“Hai, apa sudah lama menunggu?” Keysia yang baru saja tiba itu langsung mendudukkan dirinya berhadapan dengan Nana yang sedang memainkan ponselnya. Mendengar suara sosok yang sejak tadi ditunggunya membuat Nana seketika mengalihkan atensinya dan menyimpan gawai miliknya.“Lama, sangat lama!” Ujarnya mendrama.“Maaf, tadi gue ada sedikit urusan,” Ujar Keysia.
Satu bulan telah berlalu sejak kejadian itu, rumah tangga Keysia dan Devan masih sama hambar seperti saat dulu hari pertama. Setiap harinya mereka melalui hari-harinya dengan perdebatan-berdebatan kecil yang sebenarnya itu bukanlah sepatutnya diperdebatkan. Seperti sekarang ini, Keysia sedang membantu Devan memakaikan dasinya.Dengan balutan dress rumahan, Keysia nampak sudah cantik. Kini, ia sedang memperhatikan penampilannya didepan cermin yang ada dihadapannya hingga suara pintu yang terbuka membuat Keysia mengalihkan atensinya.“Kau sudah selesai?” tanyanya pada suaminya— Devan yang terlihat baru saja keluar dari ruang ganti dengan balutan setelah jas yang membungkus tubuh kekarnya.”Ya, bantu aku untuk memakai dasi!” pintanya seraya mengulurkan sebuah kain panjang yang memiliki warna senada dengan jas ya
Keysia nampak sedang berdiri didepan rak yang menyimpan begitu banyak keperluan dapur. Jari-jemari lentiknya menyusuri masing-masing botol nutella yang ada dihadapannya kemudian mengambil salah satu dan menyimpannya kedalam keranjang belanjaannya.“Sepertinya sudah semua,” Gumam Keysia seraya mengecek bahan belanjaanya yang sudah disimpan didalam keranjang.Setelah benar-benar memastikan tidak ada yang kurang, lantas Keysia s
Makan malam sudah berakhir lima belas menit yang lalu, Keysia nampak sedang merapikan tempat tidurnya sedangkan Devan sibuk di ruang kerjanya.Dering ponsel yang terdengar begitu nyaring itu menyita atensi Keysia untuk mengintip siapa yang menelfonnya. Keysia mempercepat aktivitanya kemudian bergegas menerima telfon dari Nana.“Ada apa?” Tanya Keysa. Kakinya melangkah menuju sofa yang berada disudut kamarnya kemudian mendaratkan tubuhnya.
Devan menutup perlahan pintu kamarnya, laki-laki itu mendapati Keysia yang tengah duduk berselonjoran diatas tempat tidurnya dengan sebuah buku yang berada digenggamannya. Keysia nampak begitu fokus dengan buku yang kini sedang dibacanya hingga kedatangan Devan pun tak membuat ia mengalihkan atensinya.Devan mendudukkan dirinya disebelah Keysia dengan posisi yang sama, berselonjoran. Tangannya terulur untuk meraih ponsel yang ada di atas nakas sebelah tempat tidurnya kemudian memainkannya.
Devan menghentikan mobilnya tepat didepan restaurant milik istrinya. Buru-buru Devan tutun dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam restaurant yang belum terllau ramai pengunjung itu.“Selamat pagi, Tuan,” sapa para pelayan ketika mendapati Devan. Para pelayan yang bekerja bersama dengan Keysia memang sudah tahu kalau majikannya itu adalah istri dari seorang Devano Ristran Aderland, pengusaha muda paling sukses di negara yang ditinggalinya.“Pagi,” balas Devan. Laki-laki itu membalas senyuman para karyawan membuat Nana yang kebetulan melihatnya dibuat terheran-heran.“Tumben banget,” gumam Nana seraya melangkahkan kakinya menghamiri suami dari sahabatnya.“Tuan Dev,” panggil Nana.Mendengar namanya dipanggil, sontak Devan menghentikan langkahnya dan menatap Nana. “Dimana Keysia?” tanyanya.“Diruang kerjanya,” mendengar jawaban dari Nana, Devan kemudian langsung bergegas
“Kau yakin sudah merasa lebih baik sekarang?” tanya Keysia seraya memasnagkan dasi pada kerah kemeja yang dikenakan oleh suaminya.“Iya, ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan sekarang,” ujarnya.“Baiklah, oh iya siang nanti mau aku antar makan siang ke kantor?” Keysia kini tengah selesai memasangkan dasinya. Tangan gadis itu terulur untuk mengambil jas kerja milik Devan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dan membantu suaminya untuk mengenakan pakaiannya.“Boleh,” Devan tersenyum menanggapi perkataan istrinya.“Baiklah, aku akan memasakkan makanan enak untukmu,” Keysia tersenyum senang. Hari ini, adalah hari pertama ia akan menuju ke tempat suaminya itu bekerja, tentu saja ia tidak boleh membuat kecewa.Keysia meraih tas kerja milik Devan, perempuan itu membantu suaminya untuk membawa tas kerjanya serta mengantarkan sampai ke pintu depan.“Aku berangkat dulu,&rdqu
Pagi telah tiba dengan sinar mentari yang menyambutnya ceria. Seperti biasa, Keysia terlebih dahulu terbangun dari suaminya. Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan membuka korden kamarnya membiarkan sinar matahari menerangi kamarnya.Keysia merenggangkan tubuhnya saat matanya mendapati pemandangan pagi dari kamarnya. Setelahnya, Keysia menuju Devan untuk membangunkan suaminya itu.Keysia menyentuh pipi Devan sontak membuat Keysia membelalakkan matanya. “Astaga, Dev bangun,” seru Keysia saat merasakan tubuh Devan yang sangat panas.“Dev!” Keysia menepuk perlahan pipi Devan sampai pada akhirnya laki-laki itu mulai mengerjabkan matanya hingga terbuka.“Minum dulu,” Keysia memberikan air putih yang baru saja diambilnya dari nakas dan membantu suaminya itu untuk minum.“Kamu demam, kita ke rumah sakit ya,” ujar Keysia namun Devan menggelengkan kepalanya.“Tapi suhu badan kamu panas
Hujan terdengar begitu lebat diseratai dengan angin hingga menggerakkan korden kamar Keysia yang masih terbuka sepenuhnya. “Apa disana juga hujan selebat ini?” pikir Keysia. Lantaran ia segera turun dari tempat duduknya dan segera menutup pintu kaca penghubung antara kamar dan balkon kamarnya.Sejenak, Keysia menatap keluar, memperhatikan dengan seksama air hujan yang jatuh membasahi tanah. “Semoga Devan baik-baik saja,” gumam Keysia sebelum akhirnya ia menutup pintu juga tirai kamarnya.Keysia kembali mendudukkan dirinya diatas ranjang, tangannya tergerak untuk meraih ponselnya yang diletakkan diatas kasur, waktu kini sudah menunjukkan pukul 23.53 WIB. “Seharusnya Devan sudah hampir sampai,” gumam Keysia.***********“Hujannya lebat sekali,” umpat Devan kesal karena percikan air hujan membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas jalanan depan sehingga membuat ia harus mengurangi kecepa
Keysia mendaratkan tubuhnya pada kursi kebesarannya. Pikirannya kini terlempar pada Reyhan yang melamarnya tapi ternyata dirinya telah mempunyai seorang kekasih.“Bagaimana mungkin dia bisa melamar perempuan lain untuk menjadi istrinya kalau dia sendiri mempunyai seorang kekasih?” gumam Keysia.“Itulah manusia, yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Kenapa para pria itu sangat suka meyakiti hati para wanita? Apakah mereka tidak memikirkan ibunya?” tambahnya.Drtttt…..drttttt….drttttt…..Suara getaran yang berasal dari ponsel Keysia kini membuat gadis itu lantaran mengalihkan atensinya pada benda pipih yang kini tergeletak diatas mej. Nama Devan kini memenuhi laray ponselnya membuat Keysia sontak mengulas senyum manisnya, “Dev, akhirnya dia menghubungi juga,” ujar Keysia seraya mengambil ponselnya dan segera menerima panggilan dari suaminya.“Hallo,” ujar Devan disebrang
Siang harinya, benar apa yang dikatakan oleh Nana. Reyhan berserta staf kantornya kini tiba diresto dan café milik Keysia yang sekarang akrab dengan nama panggilan Key Resto and Café. Para pelayan kini nampak disibukkan untuk mengantarkan makanan yang telah dipesan oleh para pelanggan sebelumnya.Suasana kini nampak begitu canggung pada salah satu meja yang dimana meja tersebut nampak sedang diduduki oleh Keysia, Reyhan dan juga Nana.“Kalian kenapa diam-diam saja? Ayo makan makanannya nanti keburu dingin,” Nana yang sudah tidak tahan dengan atmosfer dingin yang menyelimuti tepat duduknya lantaran membuka suara.“Iya,” ujar Keysia yang lantas menikmati makan siang miliknya, pun dengan Reyhan. Ketiganya kini sama-sama menikmati makanan yang ada dihadapannya tanpa mengucapkan sepatah kata hingga pada kahirnya Reyhan memutuskan untuk membuka suara.“Menunya oke juga,” ujarnya.“Tentu saj
Dentingan jarum jam kini menemani malam sepasang suami istri yang terlihat tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain dibalik balutan selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya.Dengan lembut, Devan mengusap wajah Keysia seraya berkata, “Tidurlah, ini sudah hampir pagi.”“Apa besok kamu akan pergi lama?” tanya Keysia.“Hanya sehari saja, mungkin malam aku sudah sampai rumah,” ujar Devan.“Hm, baiklah,” balas Keysia.“Sudah, sekarang tidurlah,” Devan mengusap puncak kepala Keysia lantas mendaratkan sebuah ciuman pada puncak kepala istrinya.“Iya,” Keyisa lantas mencari posisi ternyaman, menelusupkan wajahnya dibalik dada bidang milik Devan lantaran memejamkan matanya. Melihat hal itu, sontak Devan pun lantas ikut memejamkan matanya.************Mentari kini telah kembali menyinari bumi, kicauan burung pun mengalun indah namu
“Hai sayang, akhirnya kamu sampai juga,” ujar Anna yang menyambut kedatangan Devan.Gadis itu terlihat cantik dengan balutan dress berwarna merah. Sepertinya Anna sengaja mengenakan pakaian yang memiliki warna mencolok itu untuk menarik perhatian lebih dari Devan. Apalagi, kini Anna mengenkan pakaian yang bisa dikatakan cukup kurang bahan.“Duduklah, aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu, semoga kamu suka,” ujar Anna seraya mengambilkan makanan untuk Devan yang kini sudah mendudukkan dirinya pada kursi yang baru saja ditariknya.“Sepertinya ini enak, kamu benar-benar memasaknya sendiri?” tanya Devan.“Iya, demi kamu aku belajar memasak ini semua sampai tanganku pun menjadi korban pisau,” adunya seraya meletakkan piring yang sudah berisikan naik beserta lauk pauk dihadapan Devan.“Kenapa kau tidak berhati-hati, kemarikan tanganmu biar aku bantu mengobati,” Devan mengulurkan tangannya menc
“Ibu Meira, kita tidak bisa seperti ini terus menerus, saham diperusahaan kita semakin hari semakin menurun sejak wafatnya tuan Arya, kalau seperti ini terus menerus maka kita lama-lama akan bangkrut,” ujar salah seorang laki-laki dengan setelan jas kantornya.“Itu benar, dan perusahan pak Reyhan tidak mungkin terus menerus menyokong perusahan kita,” timpal salah seorang dewan direksi yang satunya lagi.“Satu-satunya solusi adalah dengan cara kita mencari investor baru untuk perusahaan kita ini,” salah satu dari dewan direksi itupun menyahut kembali.“Sekarang ini, hanya ada Aderland Crop yang bisa menolong kita, tetapi aku dengar sangat susah untuk bisa bekerjasama dengan perusahaan tersebut,” ujar Dewan Direksi yang pertama membuka suara.“Selain Aderland Crop, Arman Crop juga merupakan salah satu perusahaan terbesar dieropa kini sedang mencoba untuk memasuki pasaran di Indonesia, bagaiamana kalau ki