"Shit."
Juan mengumpat usai mendapati Chloe menutup telepon secara sepihak.
Alex pun juga belum membalas chat darinya. Kelihatannya Alex dan Chloe memang tidak bisa disatukan, karena apabila hal tersebut terjadi, tentunya Juan akan mengalami kerepotan dua kali lipat. Contohnya sekarang. Baik Chloe maupun Alex, keduanya sama-sama tidak menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi. Seakan menggantung rasa penasaran Juan dengan sengaja.
Juan terus menjalankan mobilnya yang telah memasuki kawasan Seirios. Melewati setiap liku jalan yang telah kembali sepi usai diserang oleh kegaduhan acara parade pekan olahraga. Sebenarnya Juan bisa saja kembali ke Seirios sore hari—karena yang dia tau, parade kali ini hanya diperbo
Juan benar.Meskipun Chloe tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Juan kala itu, tapi untuk sekarang ini Chloe memang tengah memantapkan diri untuk menghadapi ujian. Jadi, sebisa mungkin dia memohon pada seluruh ruang pikir di dalam kepalanya untuk mengunci sejenak ruang pikir yang khusus menangani segala macam pemikiran tentang Juan. Selama lima hari saja. Hanya dibiarkan fokus untuk belajar dan mengerjakan ujian. Setelahnya, barulah Chloe mempertimbangkan dengan matang apa perlu dia meminta penjelasan pada Juan terkait segala informasi yang dia dapatkan dari Alex.Entah memang sudah jalannya seperti itu atau memang Juan sendiri yang secara sengaja menghindari Chloe—sebab mungkin saja Alex sudah memberi tahu Juan tentang obrolan mereka berdua di dalam mobil, sehingga Juan takut untuk bertemu—karena selama pekan ujian berlangsung, Chloe sama
“Gimana? Apa Chloe udah mulai aksinya?” tanya Alex menyisipkan sedikit rasa simpati.Juan terlebih dulu duduk di salah satu kursi yang tersedia di lobi Gedung Malaikat Maut. Sebuah gedung yang sama rupanya dengan gedung akhirat lainnya. Putih bersih penuh dengan sekumpulan asap tipis sejauh mata memandang. Begitu kontras dengan pakaian yang para malaikat maut pakai.“Seneng lo, ya?” tanya Juan bernada sarkastis.Alex menyengir. Masih merasa tidak enak. Masih belum berani juga mengajak Juan bercanda.“Ngga taulah,” cetus Juan menyandarkan kepala dan punggung ke salah satu pilar gedung. “Lima hari ini gue benar-benar ngga ada kontak sama dia. Baru tadi waktu dia ikut ujian di kelas gue, tapi dia langsung pergi gitu aja. Ngga ada ta
Juan menggunakan waktunya untuk berpikir. Memikirkan tanggapan macam apa yang harus dia berikan atas informasi yang diberikan Ethan, karena jujur tidak pernah terbayang olehnya bahwa di akhirat pun bisa kedatangan penyusup. Terlebih ada yang janggal dengan informasi dari Ethan.“Oke,” balas Juan seadanya. “Mungkin aku perlu penjelasan sedikit.”Ethan mengangguk pelan. Sudah tahu jika Juan akan bertanya lebih jauh.“Data penting tentang kita. ’Kita’ yang kamu maksud di sini adalah malaikat maut secara umum?” tanya Juan dimana Ethan menatap sambil merapatkan bibir. “Tapi dari sekian banyak malaikat maut yang ada di sini, kenapa cuma aku yang dipanggil? Harusnya informasi penting semacam ini diinfokan ke seluruh Ketua Malaikat Maut, Ethan. Bukan cuma kamu dan
Juan langsung pergi begitu saja tanpa terlebih dahulu menemui Alex yang barangkali sedang menunggunya di lobi Gedung Malaikat Maut dengan perasaan waswas. Sengaja agar tidak memperoleh tekanan demi tekanan yang berasal dari beribu macam pertanyaan Alex terkait apa yang dibahas di dalam ruangan Ethan. Untuk saat ini, Juan benar-benar sedang tidak ingin membahas hal tersebut lebih lanjut.Benar apa yang dikatakan Alex. Ada baiknya Juan segera pulang ke asrama untuk menyiram tubuhnya dengan kucuran air hangat. Berharap dengan begitu isi kepalanya melunak, hingga akhirnya membuat Juan dapat lebih berpikir jernih dalam rangka persiapan menghadapi masalah baru yang tampaknya akan jauh lebih rumit. Namun, keinginannya itu buyar ketika tiba-tiba Juan teringat jika dirinya masih ada keperluan di gedung jurusan. Dilihatnya jam yang tertera pada layar ponsel, rupanya telah menunjukkan pukul dua siang lebih. Mem
Jadi, ini bingkai foto yang dimaksud Grace?Jadi, selama ini Juan menyembunyikannya di atas lemari? Selama ini pula secara diam-diam dia selalu memperhatikan foto tersebut?Jadi … Raline-lah perempuan yang ada di dalam foto? Bagaimana bisa?Begitu banyak pertanyaan di dalam kepala Chloe hingga rasanya ingin meledak. Saking banyaknya, Chloe sendiri bingung harus bertanya apa. Bersikap seperti apa pun, dia juga tidak tahu.Juan melepas tangannya dari lengan Chloe. Membungkuk untuk mengambil bingkai foto yang terkapar di lantai. Pecahan kaca yang tersebar di sekitar mau tak mau harus segera ditangani oleh petugas kebersihan gedung jurusan."Kamu tunggu di sini dan jangan lakukan apa pun," perint
Ketukan di pintu ruangan Juan menarik perhatian keduanya. Melalui kaca transparan yang ada di pintu, Chloe tahu jika seseorang yang sedang berdiri di depan ruangan Juan adalah Sam.Juan beranjak dari posisi, lalu membuka pintu."Siang, Pak Juan—eh, ada Chloe juga?" sapa Sam beralih pada Chloe ketika menemukan perempuan itu sudah dalam posisi berdiri memegang map merah milik Clara.Air muka Juan terlihat tidak terlalu senang. "Ada apa, Sam?"Sam bertukar pandang antara Chloe dan Juan."Saya … cuma mau bahas tentang proker himpunan aja, Pak, tapi kalau misalnya Bapak masih ada urusan, ngga apa-apa nanti aja saya—""Udah kok!" Chloe sp
Kahim Sam : Hei Chloe. Jadinya besok gimana? Lo mau balikin buku ke mana? Mau gue temenin?Salah jika Chloe berpikir bahwa Sam telah lupa perihal itu. Siang tadi Juan memang membantunya dan untuk saat ini waktunya Chloe menangani Sam sendirian. Dan jujur saja, Chloe masih belum tahu harus mengelak seperti apa. Apa memang ada baiknya mengatakan apa adanya? Hanya perihal masalah buku, tapi kenapa begitu membuat otaknya kesulitan untuk berpikir?Pak Grim : Yakin kamu mau ke tempat Nathan dengan Sam?Belum lagi lelaki super tua yang satu ini. Apa dia tidak bisa memfokuskan diri untuk mengurus Raline saja? Tidak perlu repot-repot ikut campur dengan masalah Chloe lagi.Mungkin ada lima menit berlalu tanpa ada niatan untuk mem
Rasanya seperti sudah lama sekali tidak datang ke toko Nathan. Seperti biasa tampak ramai dengan kehadiran pengunjung, baik keperluannya untuk membeli, meminjam, menyewa, atau mengembalikan apa yang sudah disewa dan dipinjam, seperti Chloe.Ketika kaki melangkah masuk, hawa dingin dalam toko langsung menerpa. Suasana bangunan toko bergaya Eropa klasik seakan menjadikan Chloe seperti tengah berkunjung ke sebuah museum bergaya Eropa. Chloe akui, Nathan berhasil menghadirkan suasana toko yang demikian kepada para pengunjungnya. Namun, kenapa mesti Eropa? Apa memang karena Nathan yang mau atau ada keikutsertaan Juan? Karena Juan pernah berkata kalau asal mula kemunculan toko ini adalah berasal dari idenya.Tapi jika dilihat baik-baik, wajah Juan memang menyerupai wajah orang Eropa yang … entahlah. Sulit untuk dideskripsikan. Pastinya setiap orang
Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di
Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di
"Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub
Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an
Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan
Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja
Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld
Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti
Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.