Ketukan di pintu ruangan Juan menarik perhatian keduanya. Melalui kaca transparan yang ada di pintu, Chloe tahu jika seseorang yang sedang berdiri di depan ruangan Juan adalah Sam.
Juan beranjak dari posisi, lalu membuka pintu.
"Siang, Pak Juan—eh, ada Chloe juga?" sapa Sam beralih pada Chloe ketika menemukan perempuan itu sudah dalam posisi berdiri memegang map merah milik Clara.
Air muka Juan terlihat tidak terlalu senang. "Ada apa, Sam?"
Sam bertukar pandang antara Chloe dan Juan.
"Saya … cuma mau bahas tentang proker himpunan aja, Pak, tapi kalau misalnya Bapak masih ada urusan, ngga apa-apa nanti aja saya—"
"Udah kok!" Chloe sp
Kahim Sam : Hei Chloe. Jadinya besok gimana? Lo mau balikin buku ke mana? Mau gue temenin?Salah jika Chloe berpikir bahwa Sam telah lupa perihal itu. Siang tadi Juan memang membantunya dan untuk saat ini waktunya Chloe menangani Sam sendirian. Dan jujur saja, Chloe masih belum tahu harus mengelak seperti apa. Apa memang ada baiknya mengatakan apa adanya? Hanya perihal masalah buku, tapi kenapa begitu membuat otaknya kesulitan untuk berpikir?Pak Grim : Yakin kamu mau ke tempat Nathan dengan Sam?Belum lagi lelaki super tua yang satu ini. Apa dia tidak bisa memfokuskan diri untuk mengurus Raline saja? Tidak perlu repot-repot ikut campur dengan masalah Chloe lagi.Mungkin ada lima menit berlalu tanpa ada niatan untuk mem
Rasanya seperti sudah lama sekali tidak datang ke toko Nathan. Seperti biasa tampak ramai dengan kehadiran pengunjung, baik keperluannya untuk membeli, meminjam, menyewa, atau mengembalikan apa yang sudah disewa dan dipinjam, seperti Chloe.Ketika kaki melangkah masuk, hawa dingin dalam toko langsung menerpa. Suasana bangunan toko bergaya Eropa klasik seakan menjadikan Chloe seperti tengah berkunjung ke sebuah museum bergaya Eropa. Chloe akui, Nathan berhasil menghadirkan suasana toko yang demikian kepada para pengunjungnya. Namun, kenapa mesti Eropa? Apa memang karena Nathan yang mau atau ada keikutsertaan Juan? Karena Juan pernah berkata kalau asal mula kemunculan toko ini adalah berasal dari idenya.Tapi jika dilihat baik-baik, wajah Juan memang menyerupai wajah orang Eropa yang … entahlah. Sulit untuk dideskripsikan. Pastinya setiap orang
Nathan termenung. Menyebabkan Chloe berpikir apa pertanyaannya tadi terdengar tidak sopan?“Tapi kalau misalnya Om Nathan ngga mau cerita juga ngga masalah kok,” ralat Chloe segera.“Oh, jangan begitu,” balas Nathan membenarkan posisi duduknya. “Aku tahu kamu pasti bingung kenapa aku begitu memperlakukanmu layaknya orang terdekatku, padahal aku baru bertemu denganmu hari itu sewaktu Juanito membawamu ke sini.”Benar. Jujur Chloe memang merasa demikian. Nathan begitu memperlakukan Chloe dengan baik, padahal dia hanyalah mahasiswa Juan yang notabene tidak ada hubungan apa pun dengan mereka berdua. Nathan memang tahu tentang Chloe dari Juan, tapi tampaknya itu tidak terlalu bisa dianggap sebagai penyebab kenapa Nathan mau membuka diri pada Chloe.
Benar.Begitupun dengan benang-benang di kepala Chloe yang sudah tidak jelas berlarian ke mana. Mungkin sudah terlilit-lilit saking rumitnya menyambungkan segala sesuatu. Hingga membuat Chloe benar-benar bingung.Walau begitu, Chloe tetap berterima kasih pada Nathan, karena secara tidak langsung memberi secercah harapan juga semangat pada Chloe, meskipun dia tahu bahwa yang dimaksud dengan feeling Nathan itu memang salah. Tidak mungkin Chloe orangnya. Tidak mungkin Juan mau diserahkan padanya. Sudah jelas-jelas Raline-lah reinkarnasi dari wanita yang ada di foto itu. Sudah jelas perempuan itu yang tengah Juan tunggu, sampai-sampai hatinya tidak pernah berpaling ke perempuan lain.Belajar dari pengalaman, Chloe tidak in
"Oh, maaf. Apa aku mengganggu?"Raline bertanya usai menemukan ada sosok seorang perempuan berdiri di depan Juan. Apa sebegitu kecilnya Chloe hingga dia tidak bisa melihat keberadaannya? Atau sebenarnya Raline memang sengaja ingin mengganggu? Apa pun yang menjadi alasannya, mengganggu atau tidak, yang jelas kaki jenjangnya tetap bergerak mendekat."Aku cari kamu, tapi sekilas aku lihat kamu di lantai dua, jadi aku ke sini," katanya pada Juan.Juan beberapa kali bertukar pandang antara Raline dan Chloe. Kepala Raline mengitari seantero lantai dua."Aku baru tau kalau lantai dua ini—""Sebenarnya ... ngga bisa sembarang orang naik ke sini," jelas Juan hati-hati. Tidak ingin Raline tersinggung. "Area lantai dua
Malam minggu.Biasanya dihabiskan kalau tidak pergi ke kantin asrama bersama Grace, jalan santai ke minimarket, ataupun menemani Grace bermain basket. Namun, pada kesempatan kali ini malam minggu Chloe terlihat berbeda. Segala sesuatunya berbeda. Di depan mata Chloe sekarang tidak lagi berupa pemandangan area Seirios yang sudah mulai membosankan, melainkan hamparan air danau yang bekerlapan akibat memantulkan cahaya lampu yang ada di sekitar. Sementara di bagian atas, langit malam tampak cerah hingga titik-titik putih yang merupakan sekumpulan bintang terlihat sejauh mata memandang. Sayangnya Chloe tidak terlalu paham dengan rasi bintang, jadi kalaupun bintang-bintang yang sedang bertebaran di langit memang tengah membentuk semacam rasi bintang tertentu, Chloe tidak tahu. Cukup menilai bahwa mereka tampak cantik. Itu saj
Berbeda dengan Chloe dan Sam, Juan justru mengajak Raline makan malam di sebuah restoran. Ini sudah kali kedua dia makan malam bersama Raline dan mungkin untuk yang ketiga kalinya nanti ... sepertinya Juan akan menerima tawaran Alex untuk mempersiapkan agenda makan malam spesial. Harusnya malam ini. Namun, karena suasana hati Raline sudah membaik dengan sendirinya usai malam terakhir mereka bertemu, jadi Juan urungkan dulu niatnya untuk menciptakan suasana makan malam yang lebih serius.Raline menyudahi makan malamnya. Garpu beserta pisau diletakkan, lalu berlanjut meneguk minuman limun. Juan yang sudah lebih dulu selesai menghabiskan US Prime Rib Eye Steak pesanannya, tidak tahu harus melakukan apa lagi selain memandangi Raline yang berada di hadapannya.Raline meletakkan gelas minumannya."Andai kamu tau kalau per
"PJ tolong bagikan hasil ujian ini," titah Juan dimana salah seorang mahasiswa laki-laki langsung berdiri dari kursinya. “Jika ada yang bermasalah dengan hasil penilaian saya silakan temui saya di ruangan.”Entah kenapa semuanya tampak tegang. Padahal ini baru ujian tengah semester, masih ada ujian akhir, meskipun itu menjadi satu-satunya kesempatan untuk bisa memperbaiki diri jikalau nilai ujian tengah semester ini tidak sesuai dengan harapan.Sang penanggung jawab pun membagikan satu per satu lembar jawaban ujian minggu lalu yang sudah selesai diperiksa oleh Juan. Chloe menunggu sambil melihat ponsel dimana tayangan beranda media sosialnya menampilkan suatu cuplikan lucu hingga dia pun tertawa pelan. Menyebabkan Juan yang masih berkutat dengan laptop, melirik penuh tanda tanya. Namun, dia sudah tidak punya hak untuk menegur lagi karena pada
Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di
Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di
"Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub
Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an
Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan
Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja
Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld
Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti
Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.