Home / Romansa / Oh My Brothers / Kemalangan Arumi

Share

Kemalangan Arumi

Author: ayurinp
last update Last Updated: 2021-07-01 16:23:39

Suara air mengalir masih mengelilingi wastafel pagi itu. 

Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi, dan Arumi sudah berjibaku di dapur untuk mencuci piring-piring kotor bekas makan malam para penghuni panti asuhan ini. 

Sudah menjadi tugas Arumi untuk membersihkan berbagai perlengkapan panti sejak dulu. 

Lamunan Arumi kembali melayang saat ia memikirkan ucapan Dasom kemarin. 

Tentang Dasom yang akan mendaftar ke Draksita University. 

Siapa sih yang tidak tahu Draksita University? 

Setiap murid di kota ini pasti saling berebut memiliki mimpi untuk melanjutkan studi ke sana. 

Universitas itu adalah universitas dengan taraf internasional yang sangat bagus, pendidikannya bermutu dan fasilitas yang di tawarkan sangat mumpuni. 

Hanya mahasiswa pilihan yang dapat mendaftar di sana. 

Bisa di bilang, Draksita University adalah Universitas nomer satu di kota ini, ah, bukan. Bahkan skalanya adalah seluruh negeri.

Universitas itu bagaikan tempat impian untuk semua orang yang bermimpi mendapatkan pendidikan terbaik di negeri ini. Jaminan mutu untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. 

Banyak orang penting yang merupakan lulusan dari sana. Para pebisnis, pengusaha, ilmuwan, insinyur, sastrawan.

Arumi sering melihat mereka semua para lulusan Draksita menjadi pembicara di stasiun televisi. Mengungkapkan betapa beruntungnya mereka bisa menjadi bagian dari Draksita University. 

Arumi terdiam sejenak. 

Kalau boleh jujur, Arumi pernah mendapatkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan sekolah di sana saat ia mendapatkan angket penentuan universitas beberapa bulan yang lalu. 

Arumi adalah murid yang rajin dan pintar. Ia selalu hampir mendapatkan tawaran beasiswa dari beberapa pihak akan prestasinya yang luar biasa cemerlang di bidang akademik. 

Sebenarnya Arumi sangat senang akan tawaran beasiswa itu. Siapa yang tidak senang sih kalau di tawari masuk ke dalam Universitas beken nomer satu di kota ini?  

Arumi tahu, bahkan semua teman sekelasnya memimpikan masuk ke sana, tapi karena seleksinya yang bukan main banyak yang menyerah dan tidak berani berpikir masuk ke Draksita. 

Arumi termasuk beruntung. 

Ia mendapatkan tawaran tersebut langsung dari pihak kampus karena nilai-nilai akademiknya yang terbilang gemilang selama kurun waktu tiga tahun. 

Arumi memang mati-matian mempertahankan peringkatnya selama di sekolah. Ia selalu menargetkan untuk menjadi peringkat satu bagaimanapun caranya. 

Karena hanya dengan cara itu ia dapat membanggakan Ibu kepala panti asuhannya selama ini bernaung.

Mempunyai salah satu anak asuh yang dapat beasiswa ke universitas bagus, itu pasti akan menjadi nilai plus untuk panti asuhan ini, bukan? 

Namun seketika Arumi tersadar akan sesuatu.

Ia tersadar jika menerima tawaran bersekolah di Draksita University itu sama saja ia akan semakin memberatkan Ibu Kepala,  menambah beban kepada wanita paruh baya itu. 

Uang semester di Draksita itu sangat mahal, tiga kali lipat nominalnya dari pengeluaran sebulan di panti asuhan tempat Arumi tinggal. 

Belum lagi untuk membeli perlengkapan lainnya, uang buku, uang bangunan, uang fasilitas, uang ekstrakulikuler tiap bulan yang akan memakan banyak biaya.

Meskipun mendapatkan beasiswa, memikirkan biaya hidup bertahan di kampus mewah itu saja sudah membuat Arumi menggelengkan kepalanya, tidak sanggup. 

Oleh karena itu, Arumi mengurungkan mimpinya dan menolak tawaran itu begitu saja.

Membiarkan mimpinya untuk menjadi mahasiswi Draksita meluap begitu saja, melayang ke udara bersama angan semunya. 

Dan pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk tidak usah memikirkan kuliah. 

Ia sudah mantap, setelah benar-benar lulus dari sekolah, Arumi akan mulai mencari pekerjaan. Part time pun tak mengapa, asalkan menghasilkan uang. 

Dasom benar, orang seperti dirinya memang tidak akan bisa melakukan sesuatu yang besar, karena dia bukan siapa-siapa. Hanyalah seorang gadis panti asuhan yang penuh mimpi-mimpi kelabu belaka.

‘Arumi, mengapa kau selalu mengeluh. Berhentilah sedih, menyedihkan tahu?  Bukankah kau masih memiliki kehidupan yang layak?’ 

Arumi mengambil nafas dan mencoba berkata pada dirinya sendiri, mengingatkan dirinya agar tidak menangis seperti orang bodoh menangisi hidupnya lagi. 

“Ada apa dengan kakimu?” ucapan Ibu Jang membuat lamunan gadis itu menguap seketika.

Arumi buru-buru berbalik menatap Ibu Kepala dan mengganti ekspresi wajahnya dengan sebuah senyum cerah yang sengaja ia tunjukkan.

“Ibu kepala, mengagetkanku saja. Aku terjatuh saat sepulang sekolah. Tidak apa-apa , kan?” Arumi memaksakan senyum bodohnya yang bisa langsung terbaca oleh Ibu Kepala.

Wanita paruh baya itu hanya terdiam menatap kaki Arumi yang membiru seperti habis mendapatkan sebuah pukulan yang cukup banyak.

"Benar tidak apa-apa?  Kau yakin?  Kau sedang tidak menyembunyikan sesuatu bukan?"

"Tidak, Ibu. Ibu ini terlalu khawatir. Lagipula kenapa aku harus berbohong pada Ibu, kan?"

“Ya sudah.  Bergegaslah ke sekolah. Kau harus mengurus berkas kelulusanmu hari ini kan? Dan,  oh ya, jangan lupa untuk pulang sebelum hari sore, akan ada orang tua yang datang ke sini . Kau harus mengurus adik-adik mu hari ini, kalau aku sendiri akan repot. Setidaknya hari ini, harus ada satu yang terpilih."

“Aku mengerti, Ibu." Arumi mengangguk sambil membersihkan tangannya dan bergegas memakai seragam sekolahnya kembali. 

Hari ini. 

Ia harus berhasil merayu salah satu orang tua asuh untuk memungut anak di tempat ini. 

***

Arumi melirik jam di ponselnya, sebentar lagi jam 4 sore dan ia belum juga pulang. Padahal hari ini akan ada orang tua yang datang ke panti untuk melihat anak-anak. 

Arumi kan harus mengurus para anak-anak yatim yang sudah ia anggap seperti adik-adiknya sendiri itu, karena Arumi tahu para anak itu sebagian ada yang nakal dan hanya Arumi—lah yang bisa membuat mereka patuh. 

Arumi mempercepat langkahnya agar bisa pulang tepat waktu setidaknya sebelum ‘orang tua’ itu datang namun langkah gadis itu terhalang seketika karena begitu banyaknya murid yang mendadak berkerubung di depan trotoar jalanan menutup berbagai akses jalan membuat Arumi tidak bisa lewat dengan mudahnya.

“WAA!!!! Mereka benar-benar C4!!!”

“Semuanya sangat tampan!!”

“Kenapa mereka bisa berada di sini? “

“Kenapa kau bertanya, sih. Suka suka mereka kan mau kemana saja.”

“Sepertinya mereka habis mencoba coffee di café ujung jalan itu!”

“Waaa~ mereka sangat tampan! Lihat, itu Kak Christ sedang meminum kopinya!"

“Apa kau sudah mengambil foto mereka? Cepat.”

“Aku menyentuhnya! Aku menyentuh Gerald!!”

“Mereka memang benar-benar pangeran Draksita. Sangat berbeda dengan lingkungan kita.”

“Aku akan pingsan!”

“Jangan biarkan mereka pergi!!!”

***

 

Arumi menggosok dengan kedua tangannya dan menaruhnya ke kedua kupingnya setengah meringis, mendadak telinganya menjadi bising mendengar suara-suara para manusia ini yang entah sedang meributkan apa, sungguh apa yang terjadi sebenarnya?

 

Apa ada artis yang tiba-tiba kedapatan berjalan di jalan trotoar ini dan langsung di kepung massa? 

Apa EXO datang melakukan jumpa fans di jalan sempit ini? Atau justru NCT yang datang? Arumi mendengus berat, ia tidak peduli dengan semua itu. 

Yang ia inginkan sekarang hanyalah agar ia bisa di beri jalan hingga ia bisa menyebrang ke ujung jalan sana dan sampai ke panti dengan tenang.

“Permisi, aku harus pulang cepat.” Arumi berusaha menyelusup masuk ke gerombolan itu hanya untuk bisa melewati jalan, namun itu benar-benar sulit mengingat banyak sekali manusia di sini yang entah sedang mengerubungi apa.

“Permisi,tolong biarkan aku lewat.” Arumi berusaha menyelusup dari satu celah ke celah lain. Targetnya sekarang hanyalah agar segera bisa melewati jalan ini dan menyebrang ke arah sana, kembali pulang ke panti.

Namun seakan tidak ada yang mendengarkannya, ucapan Arumi menguap begitu saja ke udara.

Arumi justru makin terdesak terdorong oleh seorang murid wanita berbadan besar yang menghimpitnya.

Kekesalan Arumi semakin memuncak begitu badannya seenaknya saja di dorong-dorong dengan kasar dan kakinya di injak begitu saja oleh orang-orang ini. Belum lagi udara begitu panas, Arumi merasakan kekesalannya memuncak.

Kenapa ia selalu di persulit oleh orang-orang di sekitarnya? 

 

“YAAAAA!!!! APA KALIAN TIDAK BISA MEMBIARKAN KU LEWAT SEBENTAR SAJA!!!” Arumi berteriak dengan kesal membuat orang-orang itu sontak terdiam seketika, menatap Arumi yang sudah berteriak dan menampakkan raut wajah kesalnya.

Arumi memandang ke arah depan mendapatkan pemandangan 4 orang lelaki tampan mirip 'pria bunga' tengah menatap ke arahnya. 

Sungguh, Arumi tidak bohong ke empat pria itu terlihat sangat berkilauan. Tapi sayangnya, Arumi tidak peduli dengan semua itu. Mau setampan apa orang-orang yang ada di depannya sekarang, yang lebih penting baginya adalah bisa pergi dari tempat ini secepat mungkin. 

4 orang di sana itu juga tidak kalah terkejutnya mendengarkan suara Arumi yang terdengar sangat keras. 

Bisa Arumi rasakan kalau ke 4 orang itu mengarahkan pandangan mereka hanya kepada dirinya, gadis yang memecah suasana ramai tadi dengan teriakannya.

“Aah, Naira Arumi si anak buangan ya? Berani sekali kau berteriak kepada kami!” murid wanita berbadan besar yang tadi mendorong Arumi itu kembali mendorong tubuh kecil Arumi membuat Arumi refleks tersungkur ke jalan trotoar dengan mudahnya hanya dalam sekali dorongan.

“Ya!!! Heii!!!  Kau sudah membuat para pangeran kita kaget, tahu! Kau memang pembuat masalah, Arumi!” sekarang seorang gadis jangkung yang agak kurus merampas tas yang dibawa Arumi begitu saja, Arumi segera bangkit, hendak melawan dan mengambil kembali tasnya dari tangan gadis kurus itu.

“Siapa suruh kau berteriak kepada kami? Kau bahkan membuat pangeran kita terkejut. Kak C4, kalian tidak apa-apa kan? Gadis bodoh ini memang tidak punya etika. Seenaknya saja ia berteriak. Memang itu adalah yang dilakukan oleh seseorang yang tidak punya orang tua.” gadis kurus itu kembali berceloteh dan dengan seenaknya membuang tas orange Arumi begitu saja sambil sesekali menatap 4 pemuda di depannya dan memasang senyum munafik miliknya sesekali.

Arumi terkesiap mendapati tas orange miliknya yang sudah rusak dan menjadi kotor atas perlakuan gadis kurus tadi. 

Kenapa? Kenapa semua orang menjahatinya?

Kenapa seorang membencinya? Hanya karena ia adalah seorang gadis panti asuhan , ia bahkan tidak diizinkan untuk hidup dengan baik di dunia?

“Ya, terbaca dengan jelas. Dia kan tidak punya orang tua, jadi dia tidak pernah di ajari dengan benar.” timpal gadis berbadan besar tadi sambil tertawa.

Arumi mengepalkan tangannya perlahan mendengar celotehan orang-orang yang sudah menghinanya. 

Sungguh, ia tidak masalah jika semua orang meneriakinya gadis panti asuhan atau gadis buangan, namun jika menyinggung masalah orang tua Arumi tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia sangat sensitif dengan kata itu. 

Memangnya kenapa kalau ia tidak mempunyai orang tua? Apakah ini salahnya kalau ia terlahir tanpa memiliki orang tua disisinya?

Tess~

Satu bulir air mata jatuh membasahi pipi putih merona Arumi. 

Arumi bukanlah gadis yang cengeng, ia juga jarang untuk menangis sesulit apapun masalah membelenggunya.

Namun entah mengapa, kali ini ia tidak bisa menahan diri dan bersikap tegar seperti biasanya.

Terlalu menyakitkan. Hidup yang terlalu menyedihkan.

Tanpa Arumi sadari, ke 4 pemuda di sana itu yang merupakan objek kerubungan para murid wanita ini sedari tadi terus menatap Arumi dalam diam. Tidak ada yang mengalihkan pandangan mereka sedetik pun dari sosok Arumi saat gadis itu menangis.

Arumi menghapus bulir air mata yang menyentuh pipinya, lantas meraih kembali tas nya yang sudah kotor berbalik untuk segera meninggalkan tempat ini.

“Bisakah kalian menyingkir? Aku sudah muak dengan kehidupan ini.” ujar Arumi pelan kepada 4  pemuda yang berada di depan dan menghalangi langkahnya.

Satu per satu para pemuda itu menggeser langkah mereka dengan teratur memberikan jalan kepada Arumi untuk lewat. Arumi tidak peduli, ia tidak peduli pada apapun. 

Tidak peduli kepada pandangan sinis dan mengejek yang di ajukan para teman-temannya itu. Arumi menyeret langkahnya menyebrangi sisi jalan untuk segera kembali pulang.

Empat pemuda itu masih memandangi sosok Arumi yang berjalan pergi dari arah belakang. 

Seakan tidak memperdulikan teriakan histeris para gadis yang kembali mengelukan nama mereka, ke 4 lelaki itu hanya fokus kepada pandangan mereka masing-masing.

Gadis dengan seragam cokelat yang sedang beranjak pergi itu.

Gadis yang dari tadi terus mereka perhatikan.

“Gadis yang menarik, huh?” gumam mereka berempat secara bersamaan entah karena satu koneksi yang sama atau hanya... sebuah kebetulan semata. 

***

Arumi menghapus sisa-sisa jejak air matanya dan menepuk-nepuk tas miliknya hanya untuk menghilangkan debu dan pasir yang membuat tas ini menjadi begitu kotor begitu sampai di depan gerbang panti asuhan. 

Gadis itu berusaha mengambil nafas dan memaksakan senyumnya, ia tidak boleh membuat Ibu Kepala curiga.

“Aku pulang.” sahut Arumi begitu ia beranjak masuk ke dalam. 

Anak-anak panti sudah menunggunya sedari tadi, mereka langsung menyambut kedatangan Arumi yang baru pulang dari sekolah.

“Kak Rumi, kenapa lama sekali? Kak Rumi, kata Ibu Kepala ‘orang tua’ akan datang.” anak lelaki kecil dengan rambut jamur itu langsung menghampiri Arumi yang baru akan membuka kaus kakinya.

“Kak Rumi, apa benar salah satu dari kita akan diambil? Aku takut, Kak. Takut sekali.” sekarang gadis kecil berambut pendek sebahu dengan gigi susu itu merengek di lengan Arumi dan menampakkan wajah cemas yang menggemaskan. 

Arumi terkekeh pelan menatap adik-adiknya ini.

“Reyna, Kevin, kenapa harus takut? Seharusnya Reyna, Kevin senang dong, mungkin salah satu dari kalian akan mendapatkan keluarga baru. keluarga yang hangat.” jawab Arumi sambil membelai pelan rambut lurus dua anak kecil bernama Reyna dan Kevin itu.

“Tabita minggu lalu juga mendapatkan keluarga baru. Tapi ia tidak pernah datang kembali kemari lagi, Kak."

“Kak, terus kenapa Kakak belum mendapatkan keluarga baru?” Arumi terkesiap mendengar ucapan polos yang begitu saja keluar dari adik kecilnya yang sedang menatapnya polos. 

Arumi terdiam sejenak.

Arumi sejak kecil selalu menolak jika ia akan diadopsi. 

Banyak pasangan orang tua yang berniat mengambilnya , namun Arumi benar-benar selalu membuat masalah agar orang tua itu batal mengadopsinya. 

Arumi juga tidak tahu mengapa ia menjadi seperti itu. Arumi hanya merasa takut dengan kehidupan yang baru. Ia takut meninggalkan panti asuhan ini. 

Ia takut mengenal arti sebuah keluarga yang mungkin hanya akan memberikan sebuah luka padanya. Itulah mengapa, sampai sekarang Arumi tinggal di Panti Asuhan kecil ini. 

Ia sudah terlalu terbiasa tinggal disini.

“Sudah, sudah. Apa kalian sudah mandi? Kakak akan mengganti baju kalian. Cepat.” Arumi kembali memasang senyumnya yang sempat memudar dan menggiring para adik-adiknya itu kembali ke kamar.

Hari ini cukup menguras tenaga, tapi seperti motto hidup Arumi selama ini, ia harus tetap semangat!  Karena hidup ini terlalu berharga untuk di lalui dengan mengeluh dan berakhir dengan tangisan, bukan?  

Related chapters

  • Oh My Brothers   Biarkan Kami Mengadopsimu

    “Yang ini namanya Kevin. Usianya baru 5 tahun, Nyonya,Tuan. Dia anak yang pintar. Dia bahkan sudah pandai menghitung. Yang ini namanya Reyna. Usianya 6 tahun. Dia cantik, kan? Reyna, ayo menunduk pada Tuan dan Nyonya.”Arumi mengenalkan setiap anak di panti asuhan ini dengan telaten kepada pasangan orang tua paruh baya yang kini sedang duduk di sofa ruang tamu, menatap satu persatu anak kecil yang di tampung di panti asuhan ini.Mereka semua adalah anak yang menggemaskan. Arumi yakin salah satu dari mereka akan mendapatkan rumah selamanya kali ini.Arumi dengan telaten memperkenalkan mereka dengan baik satu per satu tanpa ada yang tertinggal sedikit pun. Sebelum masuk ke ruangan ini Arumi sudah memberikan wejangan kepada para adik-adiknya ini agar menjadi anak yang baik.Jangan nakal.Jangan berbuat gaduh.Jadilah anak yang patuh.“Apa kau staf disini? Apa kau juga salah satu biara

    Last Updated : 2021-07-01
  • Oh My Brothers   Dunia Baru Arumi

    "Dapet telefon, katanya Papa sama Mama nyuruh kita pulang." seorang lelaki bertubuh tinggi tegap melempar ponselnya dengan asal ke arah lelaki bertubuh agak mungil yang berdiri tidak jauh dari dirinya.Ajaibnya, lelaki bertubuh mungil itu dapat menangkap lemparan ponsel itu dalam sekali tangkap dengan sigap."Tapi, kerjaan kita belum selesai." seorang lelaki dengan kulit kecokelatan berbalik dalam hitungan detik, menjawab ucapan lelaki barusan."Santai, brothers. Udah gue beresin semuanya."Ketiga lelaki itu sontak secara bersamaan berbalik, menatap ke arah lelaki yang membuka suara tadi dan melihat sendiri bagaimana lelaki tersebut berhasil mengalahkan tiga orang preman bertubuh besar secara bersamaan yang mencoba menghalau mereka hanya dalam sekali tendangan.Jalanan gang yang terlihat sepi saat itu ternyata penuh dengan pemandangan berbagai manusia yang tepar mencium tanah. Mereka semua nampak luka memar dan beberap

    Last Updated : 2021-07-05
  • Oh My Brothers   Bertemu Para Saudara Lelaki

    Apakah ini tempat dimana ia akan tinggal dan memulai hidup selanjutnya?Apakah ini bukan mimpi?“Bagaimana Arumi? Apa kau suka? Mulai sekarang ini adalah rumahmu, kita akan tinggal bersama mulai hari ini." ujar Tuan Richard dari arah bagasi belakang yang sibuk mengeluarkan koper-koper Arumi sambil tersenyum.Arumi tersadar akan lamunannya, dan gadis itu mulai menepuk-nepuk pipinya pelan. Entah sudah berapa kali ia melamun sejak menginjakkan kedua kakinya di rumah ini untuk pertama kalinya.Ia tidak sedang bermimpi kan?Ketakjuban Arumi berlanjut ketika mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Arumi tidak bisa menahan hasratnya untuk tidak membuka mulut ketika melihat isi kediaman Keluarga Chandrawinata.Baru di ruang tamu saja ia sudah melihat lampu kristal yang sangat mahal terpasang di langit-langit rumah, sofa-sofa menarik yang kelihatan mewah, ukiran-ukiran di sekeliling dinding yang memukau, dan beberapa dereta

    Last Updated : 2021-07-05
  • Oh My Brothers   Berkenalan Satu Sama Lain

    Arumi sudah memakai piyama tidurnya yang terbuat dari kain satin lembut itu, Arumi berani bertaruh kalau ini pasti adalah piyama mahal hanya dari menghirup aromanya saja.Kemudian gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar dan mendecakkan bibirnya kagum melihat kamar barunya yang sangat luas dan sepertinya 8 kali lipat lebih lebar dan luas dari kamarnya di panti asuhan dulu.Kemudian pandangannya beralih ke arah tempat tidur berwarna pink yang di hiasi boneka-boneka lucu itu. Ah, Arumi selalu bermimpi bisa mempunyai tempat tidur secantik ini sejak kecil.Arumi mencubit pipinya sendiri.Sakit.Berarti Arumi benar-benar tidak bermimpi.Ini semua kenyataan, rumah ini, keluarga baru, kamar puteri ini…semuanya kenyataan!Kkruyukkk~Arumi memegang perutnya, mendadak teringat bahwa ia sedang merasa lapar.Ini salahnya sendiri karena menolak ajakan Nyonya Gita i untuk m

    Last Updated : 2021-07-11
  • Oh My Brothers   Mencoba Akrab

    “Lurus saja , lalu ketika bertemu guci besar kau belok ke kanan. Kamar no.2 dari samping, itu kamar milikmu.” ujar lelaki berkaos merah itu sambil menunjukkan arah kamar Arumi.“Ah, terima kasih. Maaf merepotkan kalian.” Arumi membungkukkan badannya berterima kasih kepada pemuda yang sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum.“Tidak perlu sungkan. Aku Rion.” ujar lelaki berkaos merah itu lagi. Tubuhnya tinggi menjulang dengan wajah oriental yang khas.“Dan dia Kai.” lanjut lelaki itu sambil menunjuk lelaki yang sedang melipat tangan sambil berdiri di belakang. Lelaki bernama Kai itu memiliki kulit kecokelatan sawo matang, membuatnya terlihat berbeda dari saudaranya yang lain.Arumi hanya mengangguk kemudian menatap lelaki itu satu persatu.Lelaki yang berdiri di belakang itu kelihatannya menakutkan. Perawakannya tinggi dengan tubuh yang tegap dan kulit yang agak kecokelatan.

    Last Updated : 2021-07-11
  • Oh My Brothers   Kuliah Perdana

    Arumi sudah selesai dengan semua berkas pendaftarannya untuk masuk ke dalam Draksita University, kampus impiannyaMulai hari ini, ia akan resmi menyandang status sebagai mahasiswi Draksita University.Bagaimanapun rasanya Arumi memikirkannya, ia tetap saja merasa layaknya orang yang sedang bermimpi.Arumi pikir ia tidak akan pernah melanjutkan kuliah seumur hidupnya.Siapa yang sangka, Tuhan dengan murah hati memberikan jalan hidup yang tak terduga.Semua kemudahan ini, tidak akan pernah Arumi rasakan seandainya ia tidak bertemu dengan Tuan dan Nyonya Chandrawinata."Arumi sayang, besok adalah hari pertama kau masuk kuliah. Jangan khawatir, Papa dan Mama sudah menyiapkan semua kebutuhan Arumi, jadi Arumi sisa tinggal berangkat besok dengan bahagia." Nyonya Gita memeluk Arumi dengan sayang selesai gadis itu keluar ruangan pendaftaran.Arumi membalas pelukan ibu angkatnya itu dengan penu

    Last Updated : 2021-07-11
  • Oh My Brothers   C4 Dan Gadis Gila

    Arumi berjalan memasuki gerbang Draksita University ketika sudah turun dari mobil mengkilap Ayah angkatnya dan di buat termangu akan keindahan kampus elit nomer satu di kota ini.Benar kata orang-orang bahwa Draksita bukanlah sekolah biasa.Pekarangan, taman, gerbang, dan gedungnya benar-benar kualitas yang berbeda.Saking terpakunya, Arumi jadi tidak melihat jalannya dan tidak sengaja menabrak seseorang.“Siapa yang berani menabrakku di pagi ini? Who dare you?” gadis dengan rambut pirang yang tanpa sengaja menabrak Arumi itu langsung memasang wajah jutek amarahnya dengan logat inggrisnya yang kebarat-baratan sambil menatap Arumi dengan wajah sinis luar biasa.“Maaf, aku benar-benar tidak sengaja.” Arumi sontak membungkukkan badannya tanda minta maaf namun gadis blonde itu malah justru mendorong dirinya hingga tersungkur di tanah.“Jessica, kendalikan emosimu. Ini masih pagi dan kau sudah emosi

    Last Updated : 2021-07-11
  • Oh My Brothers   Kawan Baru

    Arumi benar-benar merasa terkejut saat ke empat lelaki yang tidak lain dan tidak bukan adalah para saudaranya itu menghampirinya secara serentak ketika gadis itu tengah berdiri di depan koridor kampus dengan memasang raut wajah penuh kebingungan. Namun berikutnya Arumi merasa bersyukur karena para lelaki itu datang menghampirinya pada saat yang tepat. Ya, Arumi merasa beruntung karena para saudaranya itu datang saat gadis itu sedang kebingungan. Mereka berempat mengatasi kebingungan Arumi dan menunjukkan tempat ruang administrasi kepada Arumi dengan mudahnya. Mereka bahkan tidak keberatan dan bersedia mengantar Arumi ke ruangan itu meskipun Arumi tidak memintanya. Padahal awalnya Arumi ragu, hubungan dirinya dan keempat orang ini kan masih canggung. Tapi sudahlah, ini awal yang bagus. Well, kalau tidak ada mereka Arumi pasti sudah kelimpungan mencari dimana keberadaan ruang administrasi yang sebenarnya di kampus yang amat besar ini mengingat Arumi mer

    Last Updated : 2022-02-18

Latest chapter

  • Oh My Brothers   Kencan Pertama

    “ALENA TANUBRATA???” kelima manusia itu secara kompak berteriak, sementara Alena juga tidak kalah kagetnya mengetahui keberadaan C4 dan Sally yang berada di sini.“Alena? Kenapa jadi kau? Dan…. Kenapa kau memakai pakaian Arumi kami?” tanya Sally terkejut, tentu karena ia tahu persis bahwa baju yang sedang di pakai Alena sekarang adalah baju yang sama dengan baju yang di pakai Arumi saat meninggalkan rumah tadi.Alena tidak menjawab, bukan karena ia tidak ingin, tapi lebih kepada suhu tubuhnya yang mendadak menjadi panas dan membuat dirinya kembali tidak bisa di kontrol begitu melihat C4 secara tiba-tiba dan mendadak menghampirinya secara serempak bersamaan seperti ini.Kenapa mereka bisa berada di sini bersama-sama?“Hihihihihihihihihihihihi…..aku bertemu kalian di sini. Kebetulan sekali. Hihihihihihihhihihihihihi~ lalalalalalalala~” C4 dan Sally ternganga bersama-sama melihat Alena cekikikan

  • Oh My Brothers   Memburu Kencan Arumi

    Alena sedang melamun di sebuah ruangan yang merupakan salon sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin rias, lebih tepatnya gadis itu kembali teringat terhadap apa yang sudah dilakukan ayahnya kepada dirinya semalam.Alena menyentuh pipinya, masih terasa sakit.Untuk pertama kalinya ia di tampar oleh Ayahnya sendiri. Namun lebih daripada pipinya yang memerah, hatinya lebih sakit melebihi apapun.Bahkan… Ayahnya sendiri pun sudah menganggapnya gila.“E …hem…” sebuah suara deheman terdengar, membuyarkan lamunan gadis itu sehingga Alena refleks menatap lelaki yang tengah berdiri di sampingnya.“Ba… bagaimana?” tanya lelaki itu menatap Alena sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.“Ya! Mark Prakarsa?” Alena segera bangkit dari kursinya , menatap lelaki di depannya ini dari atas rambut hingga ujung kaki.“Kau benar Mark Prakarsa kan?&r

  • Oh My Brothers   Luka Gores

    Sebuah suara sirine ambulans terdengar, mobil ambulans itu melesat pergi meninggalkan sebuah bangunan tua yang sudah di kerubungi beberapa orang dan di pasangi garis pembatas polisi.Yifan berlari tertatih-tatih menghampiri sebuah kerubungan manusia, tidak memperdulikan peringatan polisi yang menyuruhnya untuk berhenti, Yifan tetap berlari menembus kerubungan itu demi untuk mencari sesuatu.Mencari keberadaan Na Bi yang ia tinggalkan begitu saja di bangunan tua itu demi mencari pertolongan.“Kasihan sekali gadis kecil itu….”“Dia sepertinya kehilangan banyak darah….”“Lukanya sepertinya parah.”“Aku benar-benar mau muntah.” terdengar beberapa orang berbisik-bisik tidak jelas.Yifan berusaha meyakinkan dirinya, meyakinkan bahwa orang-orang ini tidak sedang membicarakan Na Bi. Mata anak lelaki itu tetap berusaha mencari keberadaan Na Bi, siapa tahu Na Bi berada diantara banya

  • Oh My Brothers   Na Bi Gadis Kecil

    "Permisi, maaf menganggu." seorang pria berjas hitam mendadak muncul dan menghampiri Ayah Alena dan membisikkan sesuatu, sesuatu yang membuat pria paruh baya itu terkejut hingga matanya membulat tak percaya."Apa?! Anak buah kita patah tulang semua?! Bagaimana bisa?!"Lelaki paruh baya itu terkejut bukan main begitu mendengarkan laporan terbaru anak buahnya.Lelaki berjas itu lantas membuka i-padnya, menunjukkan foto markas yang hancur porak poranda di sana. Banyak orang yang terkapar dan tidak di sadarkan diri di gambar sana.Lelaki paruh baya itu men-zoom salah satu foto yang terpampang di sana. Nampak banyak serpihan tumbuhan hijau yang menjalar memenuhi lantai terlihat. Tumbuhan hijau itu bukankah jenis Cedrus?Tumbuhan asli dari pegunungan Himalaya dan Mediterania yang terkenal langka, juga merupakan simbol dari geng mafia terkenal di kota... Cedrus4?***Kris menempelkan satu plester luka tepat di pipi Gerald yang memar, membuat

  • Oh My Brothers   Tamparan Menyakitkan

    - Flashback -“Oppa…. Oppa….!!” Alena , gadis itu berteriak tidak karuan berusaha memberontak agar 2 orang bertubuh besar dengan pakaian gelap yang memegangi tubuhnya itu melepaskannya, namun sekuat tenaga gadis itu berusaha bergerak,menendang dan berteriak, ia tetap tidak mampu melepaskan diri dari cengkraman dua orang yang memegangi lengannya.“Oppa…. oppa….” sekali lagi Alena berteriak dengan wajah yang sudah basah penuh genangan air mata menyaksikan seorang lelaki yang sedang di pukuli habis-habisan oleh beberapa lelaki bertubuh besar dan menyeramkan di depan matanya sendiri.Lelaki itu, Yonghwa Lee…“Lena…” lelaki itu membuka suaranya dengan suara tertahan saat tubuhnya tersungkur begitu saja dengan hiasan penuh luka diwajahnya.Dia adalah lelaki yang kuat, tapi dia hanya seorang diri sementara tubuhnya dipukuli oleh sekitar 5 orang atau lebih, sekuat apapun

  • Oh My Brothers   Kebiasaan Alena

    Ddrttt… drrrttt…Suara bunyi getar pesan masuk di ponsel Alena membangunkan gadis yang sedari tadi tertidur dalam posisi meringkuk di bawah ranjang kamarnya itu.Gadis itu menggosok kedua matanya perlahan, kemudian menjulurkan kepalanya keluar dari bawah tempat tidur lalu dengan gerakan cepat meraba seprei tempat tidur dengan tangan kirinya untuk mencari sebuah ponsel yang dari tadi terus mengeluarkan suara.Dapat!Alena mengerjapkan matanya begitu sudah berhasil menemukan benda segiempat itu ke dalam telapak tangannya, kemudian gadis itu mendekatkan ponsel berwarna putih itu ke depan wajahnya.Sebuah Pesan masuk terpampang di layar ponsel gadis itu membuat Alena segera membuka isi pesan seluler yang baru saja masuk di ponselnya.“From : ArumiAlena!! Bagaimana ini, aku tidak bisa tidur! Apa aku benar-benar harus pergi bersama Mark besok? Lena, bagaimana ini? Aku tidak yakin.”Alena menge

  • Oh My Brothers   Siena Dan Takhayul

    “Kau datang?” seorang wanita dengan tudung kepala dan pakaian serba berwarna hitam ala pakaian kaum gypsi dan mata terbalut eyeliner tajam itu mengarahkan pandangannya ke arah seorang gadis muda yang baru datang memasuki ruangannya.Gadis itu, Sienna yang hanya memakai dress terusan selutut berwarna putih dengan motif bunga khas dirinya dengan cepat membungkukkan badannya dengan sopan, kemudian menghampiri wanita paruh baya yang sudah duduk manis di depan meja dengan hiasan bola kristal diatasnya.“Apa kabar, Nyonya Go. Lama tidak bertemu.” ujar Sienna lembut dan pelan begitu ia sekarang sudah duduk di hadapan wanita itu.Wanita bernama Nyonya Go itu hanya tertawa sebentar, kemudian menatap Sienna dengan pandangan sulit diartikan. Menebak apa yang membawa gadis ini datang ke tempat kerjanya setelah sekian lama.“Apa yang membawamu datang kemari? Apakah sesuatu sudah terjadi?” tanya peramal Go dengan tatapan menyel

  • Oh My Brothers   Meminta Izin

    Rion melemparkan sebuah map dokumen coklat ke arah Kris yang sedang tertidur terlentang di rooftop rumah mereka. Kris yang masih dalam kondisi setengah tertidur dengan cepat menangkapnya. Lelaki itu mengamati map dokumen coklat di tangannya, apa ini?"Pemilik bar Alcoholic yang kita datangi beberapa hari yang lalu menepati janjinya. Ia mengutus suruhannya hari ini, memberikan bukti yang sepertinya berguna." jelas Rion sebelum saudara pertamanya itu mengeluarkan suara untuk bertanya.Kris mengerti dengan maksud ucapan Rion, lalu dengan cepat membuka map cokelat di tangannya itu dengan tidak sabaran. Beberapa lembar foto terlihat saat lelaki itu membukanya, dan nampaknya memang hanya lembaran foto-foto itu saja yang menjadi isinya.Rion mendekatkan dirinya pada Kris, ikut mengecek foto-foto di map dokumen cokelat tersebut dengan seksama."Apa ini orang yang kita cari selama ini?" Rion menunjuk ke arah sebuah foto yang memperlihatkan lelaki bertubuh tinggi b

  • Oh My Brothers   Siena dan Alena

    “Setelah apa yang kita lalui selama ini, kau masih memperlakukan ku seperti ini Sienna.” ujar Kai membuka suaranya, seperti ia sama sekali tidak tertarik dengan kotak bekal yang di sodorkan Sienna.Sienna mengangkat kepala dan memiringkannya."Apa maksudmu?" tanya Sienna seakan tidak mengerti.Kai bangkit dari duduknya dan menatap sang dewi kampus itu dengan sinis."Insiden valentine berdarah. Kau mau berpura-pura lupa atas apa yang terjadi hari itu?" tanya Kai dengan tatapan sinisnya lalu melangkah pergi meninggalkan Sienna.Sienna menggemertakkan giginya sendiri saat mendengar ucapan Kai barusan.Bekal buatannya sama sekali belum tersentuh dan Kai masih membahas soal kejadian malam itu?"Insiden itu...bukankah kita sudah sepakat untuk melupakannya?" gumam Sienna dengan wajah kesalnya."Tunggu...!" entah apa yang membawa Sienna, gadis itu menutup bekalnya dan berlari menghampiri Kai yang sudah berjalan agak jauh da

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status