"Een...kita belum selesai bicara Eeen...." Angel tak lagi menghiraukan panggilan dan tetap mengabaikan Bagas, ia justru dengan santainya membaringkan tubuh pada kursi."Bicara saja dengan punggungku." Ucapnya dalam diam, sembari memunggungi Bagas yang masih menatap kearahnya.Angel bukan sosok yang bisa bersabar dengan mudah. Baginya menahan kegeraman dalam hati, serta menyaksikan kepura-puraan bodoh dari Bagas, telah membuatnya jengkel hingga batas tak terkatakan. Menyesalkah ia datang kesana?.Kedatangannya kali ini tidak dapat di kategorikan ataupun di tentukan dalam penyesalan atau tidak.Bagi sosok Angel demi alasan masa lalu dan kebaikan keluarga Pambudi yang begitu baik kepadanya, serta status wanita tersebut yang masih resmi istri Bagas. Berapa kalipun waktu diputar, seberapa jengkel ia untuk sosok Bagas, pada akhirnya dirinya tetap harus datang.Buka semerta-merta demi kasih sayang keluarga itu saja, namun lebih spesifi
"Apakah aku telah sampai pada tahap mencintai wanita itu sebesar ini?, dan haruskah ia memiliki kecemburuan?." Pertanyaan tersebutlah terus bergulir dalam pikirkan.Handoko mencoba mengingat saat mereka masih kecil dulu, bermain, bercanda dan berpisah lantaran keluarganya pindah ke kota lain. Pria tersebut juga mengingat pertemuan pertamanya kembali beberapa hari yang lalu, meski itu bukan kejadian yang menyenangkan, namun ia mensyukurinya sekarang.Pikiran Handoko kembali melayang saat ia mengingat kontrak kerja hasil budidaya Anggara, yang sedikit skeptikal untuk Angel. Wajah tampan itu tersenyum.Akan tetapi, ketika ia mengingat pagi hari dimana ia menjemput wanita tersebut, tubuh gagahnya terlonjak secara reflek, sebuah gambaran terlintas jelas di benak Handoko, dan itu membuatnya sedikit merasakan desir tak terungkap.Pria tersebut segera menuju meja kecil di samping ranjang, menarik laci kecil di sana dan melebarkan mata tak percay
"You are mine, i won't let go of you." Ucap Anggara, di tengah desahannya."Yes, I am your's to night." jawab WM.Entah sejak kapan Anggara mulai memperlakukan sosok partner adu kungfunya dengan kelembutan ektra. Bahkan, ia juga selalu menyebut sosok di bawahnya sebagai tampilan Angel, yang ia puja untuk kurun waktu tertentu.Dalam hal kebiasaan Anggara tidak menyadari perubahan yang ada pada dirinya tersebut.Ia hanya berpikir, setiap ia merasa kesal dan di kecewakan oleh sosok sang sekertaris baru, melakukan adu tos dengan cara baru ini, cukup efektif meredakan kemarahannya.Anggara kembali masuk ke kamar mandi sekitar pukul 8 pagi, ia menghabiskan hampir 40 menti di ruangan tersebut.Dan selama ia berada di sana, sosok di atas ranjang sudah hampir kehilangan tenaga sepenuhnya.Tubuh itu lunglai dan terlelap ke alam mimpi tanpa sadar.Sehingga yang seharusnya ia berbenah diri dan meninggalkan hotel pagi ini, justru kini
"Bahkan untuk satu hari lagi, kau sudah tidak pantas. Cepat ambil uang itu dan enyah dari hadapanku." Wajah di atas ranjang itu berubah dari yang centil menggoda, menjadi muram dan kesal.Namun, yang terlihat jelas saat ini, justru keterkejutan yang besar tengah hinggap.pada wajah menggodanya yang semula tampil sempurna.Bagaimana ada orang yang tega mengatakan kekasaran itu, untuk sosok lemah lembut nan menggoda dengan tubuh polos di sana.Tentu saja segalanya tidak berarti bagi Anggara, semalam tiga kali menjamah tubuh yang sama, sudah dalam kategori luar biasa. Entah mengapa, kebiasaan ini mulai di lakukan oleh sosok tampan tersebut, dan malam ini adalah kali keduanya itu di lakukan."Siapa yang semalam penuh bahkan hingga pagi, menyanjungnya ibarat seorang Dewi(Angel)?, siapa juga yang terus meraba serta menikmati sangkar madu tubuhku?." Wanita itu ingin melontarkan perkataan tersebut dengan nada jengkel.Ia jelas tak p
"Sial...sial......Dia tidak terpengaruh sama sekali." Umpatnya kesal di bawah kran air.Wanita tersebut mengigit ujung kuku jempol kiri miliknya, dengan mata yang terus berkilat akan sesuatu yang sulit untuk di lepas dengan mudah."Percepat semuanya." Anggara.Akan tetapi, ketika sebuah suara dari luar kamar mandi menyambangi kedua telinga miliknya, wanita di bawah pancuran bergegas menyelesaikan acara bersih-bersih diri, secepat kilat.Tak membutuhkan waktu lama seperti ketika Anggara mandi, sepuluh menit saja telah membawa tubuh polos disana keluar dari kamar mandi.Wanita itu meraih setiap pakaian miliknya, yang masih tergolek nyaman di atas lantai akibat letupan gelora gairah tidak sabar Anggara semalam.Dan dengan cepat juga, ia mengenakan pakaian tersebut.Setelah semua pakaian melekat kembali ke tubuh, wanita tersebut melirik sejenak pada sosok Anggara yang tengah duduk santai pada sebuah kursi, tak jauh dari ranjang dan se
"Kau tak jauh berbeda dengan wanita-wanita itu. Bahkan nilai nominal yang tertera di keningmu, jelas terlihat di mataku." Anggara menggumamkan semuanya, ketika pintu kamar kembali tertutup setelah punggung wanita itu melangkah keluar.Ia berbalik menoleh untuk melihat sisi ranjang yang masih berantakan.Di sana,dalam sekali lihat melintas sosok wanita lain yang mungkin juga tengah menarik sudut lengkung bibirnya, dan menggoda dirinya dnegan manja."Aku mungkin tengah gila denganya sementara waktu, tapi ketika tubuh itu telah ku jelajahi segalanya akan kembali biasa saja, tidak lebih." Lanjutnya lagi, masih dengan gumaman untuk diri sendiri.Bagi Anggara ia hanya sedang mengagumi sosok wanita itu, dan hal ini terus berlangsung karena ia belum sempat menyentuhnya.Anggara merasa yakin dengan pemikirannya seperti biasa. Namun yang tidak ia pahami, bahwa sebentar lagi, dirinya akan membentur dinding tembok tebal, yang bahkan akan meruntuhkan setiap pandangannya tentang sosok lawan jenis.
"Shit...kau bahkan menginginkannya sebesar ini?."Sejauh apa pikiran Anggara, semakin besar keinginan yang ia rasakan untuk sosok semu di atas ranjang.Pria tersebut, seolah enggan menghilangkan sosok manis yang menjerat seluruh pikirannya, meski ia sadar bahwa segalanya adalah palsu.Wajah Anggara kian memerah seiring semakin erotis imajinasi, serta tekanan hangat yang mulai melingkupi tubuhnya."Sial...sial...sejak kapan aku semakin lemah mengatasi ini?." Umpatnya lagi untuk diri sendiri.Dan itu benar adanya, sosok lawan main yang di siapkan Handoko semalam belum sampai 30 menit meninggalkan ruang kamar hotel miliknya. Pria tersebut sudah kelimpungan lagi, dengan hasrat yang menggebu."Sialan kau Angel...." Serunya dengan suara sedikit keras, sembari menghentakkan kaki dan membawa tubuh itu masuk ke kamar mandi, Anggara harus menyelesaikan secara pribadi kebutuhan yang di rasanya telah mulai menyiksa.........................Meningg
"Makanlah dulu, kau pasti lapar." Angel bukan tidak memahami maksud dari sikap itu, jelas di sana adalah sosok yang pengertian dalam situasi tertentu, misalnya untuk sekarang ini.Jika Bagas ingin mengabaikan topik yang di sampaikannya, maka dengan senang hati ia akan mengikuti alur."Baiklah, sebenarnya aku juga sudah lapar." Jawab Angel mengimbangi saran Bagas.Wanita itu melangkah perlahan menuju pintu ruang, dan menarik gagang kunci. "Cekleeek."Akan tetapi, gerakan tangan tersebut berhenti, Angel menoleh sejenak kearah sosok di atas ranjang, dan berkata. "Benar tidak apa-apa di tinggal sebentar." Sambungnya lagi.Mendengar perkataan itu, hati Bagas menghangat secara signifikan.Bibirnya yang semula hanya mencetak senyum kecil, kini semakin melengkung lebar serta indah. "Sebenarnya aku takut mati karena kangen, tapi demi kepuasan istri tercinta aku rela menunggu...hehe." Bagas ingin sedikit bercanda dengan Angel seperti dulu. Hanya sekedar ingin membangkitkan kenangan serta memor