"Shit...kau bahkan menginginkannya sebesar ini?."Sejauh apa pikiran Anggara, semakin besar keinginan yang ia rasakan untuk sosok semu di atas ranjang.Pria tersebut, seolah enggan menghilangkan sosok manis yang menjerat seluruh pikirannya, meski ia sadar bahwa segalanya adalah palsu.Wajah Anggara kian memerah seiring semakin erotis imajinasi, serta tekanan hangat yang mulai melingkupi tubuhnya."Sial...sial...sejak kapan aku semakin lemah mengatasi ini?." Umpatnya lagi untuk diri sendiri.Dan itu benar adanya, sosok lawan main yang di siapkan Handoko semalam belum sampai 30 menit meninggalkan ruang kamar hotel miliknya. Pria tersebut sudah kelimpungan lagi, dengan hasrat yang menggebu."Sialan kau Angel...." Serunya dengan suara sedikit keras, sembari menghentakkan kaki dan membawa tubuh itu masuk ke kamar mandi, Anggara harus menyelesaikan secara pribadi kebutuhan yang di rasanya telah mulai menyiksa.........................Meningg
"Makanlah dulu, kau pasti lapar." Angel bukan tidak memahami maksud dari sikap itu, jelas di sana adalah sosok yang pengertian dalam situasi tertentu, misalnya untuk sekarang ini.Jika Bagas ingin mengabaikan topik yang di sampaikannya, maka dengan senang hati ia akan mengikuti alur."Baiklah, sebenarnya aku juga sudah lapar." Jawab Angel mengimbangi saran Bagas.Wanita itu melangkah perlahan menuju pintu ruang, dan menarik gagang kunci. "Cekleeek."Akan tetapi, gerakan tangan tersebut berhenti, Angel menoleh sejenak kearah sosok di atas ranjang, dan berkata. "Benar tidak apa-apa di tinggal sebentar." Sambungnya lagi.Mendengar perkataan itu, hati Bagas menghangat secara signifikan.Bibirnya yang semula hanya mencetak senyum kecil, kini semakin melengkung lebar serta indah. "Sebenarnya aku takut mati karena kangen, tapi demi kepuasan istri tercinta aku rela menunggu...hehe." Bagas ingin sedikit bercanda dengan Angel seperti dulu. Hanya sekedar ingin membangkitkan kenangan serta memor
"Angel...apakah itu kamu?." Wanita itu menoleh kebelakang, dan menemukan sosok pria dengan pakaian kerja putih yang tersenyum kearahnya."Angel kan?." Tanyanya lagi ragu-ragu.Namun kali ini ia berjalan lebih mendekat kearahnya."Ya..?" Jawabnya dengan pikiran yang di penuhi tanda tanya.Melihat pakaian yang di kenakan oleh sosok itu, Angel jelas tahu bahwa pria di depannya adalah seorang dokter, dan tentu saja dengan pertemuan mereka disana, berarti pria di depannya sekarang juga salah satu dokter di rumah sakit ini.Dan seingatnya, selama ini ia tidak memiliki kenalan ataupun sahabat yang berprofesi di bidang kedokteran.Wajah Angel yang mulai cerah ketika melihat plakat "Kantin" terpasang di depannya beberapa saat yang lalu, kini berubah menjadi kernyitan tebal dengan kebingungan."Ternyata wajahku tidak meninggalkan kesan sama sekali untukmu. Haaaah...padahal banyak yang bilang ketampanan ini susah di lupakan lho..." Ucap
"Malunya.....". Wajah itu semakin tertunduk, jika bisa ia ingin menggali lubang di bawah meja dan masuk untuk mengubur diri sendiri.Angel tak bisa mengatakan apapun sama sekali.Piring dengan nasi yang masih tersisa di depannya, seolah tak lagi bisa ia sendok untuk di masukkan ke mulut.Bahkan karena rasa malu yang besar, suhu tubuhnya juga meningkat tajam, dan tangan itupun seolah berkarat pada setiap persendian serta sulit untuk di gerakkan. "Rupanya dia tahu."Jika saja dirinya adalah pasien di sini, mungkin sekarang dokter harus meresepkan obat penurun suhu tubuh dengan segera."Ya Tuhan...bukankah niatku baik, mengapa hasilnya jadi memalukan seperti ini, apa.tidak ada bonus sedikitpun?." protesnya dalam hati.Angel merasa bahwa akhir-akhir ini peruntungan nasibnya sungguh buruk, dari biduk rumah tangga, perkerjaan, pertemanan, bahkan upaya dengan niat kebaikan selalu bermasalah.Perlahan Angel mengintip tipis kearah meja di depannya, dan berlanjut menoleh kearah lain di sekitaran
"Aahkk...sial..Wanita itu meloloskan ikan ku." Umpatnya lirih.Perkataan itu meluncur ringan, dengan bercampur kekesalan akibat ikan yang lolos.Sehingga tanpa di sadari, nada yang terlontar saat ia melepas perkataan termasuk dalam kategori lumayan keras.Dan hal itu, membuat sosok yang berada di sisi lain sungai menoleh kearahnya.Prakas membeku sejenak, ketika mendapati tatapan mereka bertemu."Deg." Dada Prakas berdegup kencang. Di saat itulah, pria tersebut menyadari apa yang baru saja ia ucapkan adalah sebuah kebodohan."Bagaimana mungkin ikan itu lolos, ada hubungannya dengan wanita di sana?." Ia sadar betul bahwa semua adalah kelalaiannya sendiri, dan perkataan barusan hanya sekedar baris kata kosong, tanpa maksud apapun atau berniat dengan sungguh-sungguh untuk menyalahkan sosok di sana."Mata sendiri yang meleng(tidak fokus), namun ujung jari menuding orang lain.".Prakas ingin membuka suara lagi d
"Kau sudah kembali?. Darimana saja kau barusan?." Ucap Heni dengan wajah menampilkan rasa kelegaan yang nyata."Kau ini, baru datang tapi langsung ke sungai. Bukankah itu masih disana, dan tidak akan pergi meskipun nanti atau besok kau melihatnya." Sambung Heni lagi sembari menyentuh pundak Angel, yang tampak rapuh.Bahasa itu mungkin terdengar kasar, namun itulah sosok Heni yang tak bisa berkata baik ketika ia bergulat dengan kecemasan.Heni yang telah mengetahui perihal kejadian buruk rumah tangga Angel dan Bagas, semakin cemas ketika melihat sang keponakan datang kesana dengan kehancuran jelas di mata.Bahkan, sebelum ia menempatkan barang bawaan kedalam kamar yang di siapkan, Angel menghilang dari pandangan Heni, ketika wanita itu ke dapur untuk mengambil air minum untuknya.Wanita itu berangkat kesana pagi-pagi sekali, bahkan mungkin Angel bersaing dengan ayam jantan tetangga yang bertugas membangunkan cakrawala pagi ini, setelah memutusk
"Semua akan baik-baik saja, percayalah tak ada ujian yang akan melebihi batas kekuatan kita." Mereka berpelukan sebentar di sana, dan beranjak masuk dengan Heni yang masih merengkuh pundak Angel untuk membawanya masuk.Di depan pintu, Dirga sebagai putra tertua keluarga tersebut tampak telah menunggu di depan pintu."Apa kakak juga habis memancing?." Tanya Dirga dengan sedikit cibiran candaan.Ia telah mengetahui perihal kedatangan Angel pagi ini.Hal itu ia dengar bukan dari bibir sang ibu, melainkan dari Bagas sendiri, yang kebingungan lantaran Angel menghilang dari rumah pagi ini, hanya dengan secarik coretan di atas kertas, yang di letakkan di atas meja kecil samping ranjang.Bagas ingin memastikan bahwa wanita itu sudah sampai di sana dengan selamat.Namun, justru tindakannya tersebut membuat Dirga curiga dan meruntutkan banyak pertanyaan kepadanya.Bagas tidak menutupi apapun dari Dirga. Hal ini bukan karen ia takut pada sosok sang saudara
Dan disaat keduanya menyadari kehadirannya di sana, Dirga mulai membuka suara. "Apa kakak juga habis memancing?.'' .................................Setelah kejadian di hari itu, Angel menetap di keluarga tersebut untuk beberapa hari.Dan dengan kejadian yang menimpa biduk rumah tangga Angel, baik sang paman, bibi dan kedua sepupu tidak banyak mengganggu wanita tersebut.Meskipun, Angel menyendiri di dalam kamar untuk sehari penuh, atau menghabiskan waktu berkeliling di sekitar lingkungan rumah mereka, tak ada yang memberikan komentar apapun.Bagi semua anggota keluarga di sana, ketenangan dan waktu adalah jalan pemulihan terbaik untuk saat ini. Sesekali Angel memang di panggil, ketika ketika saat jam sarapan, jam makan siang ataupun saat makan malam.Namun, dengan kemelut hati yang sedang panas-panasnya, Angel hanya mengiyakan ataupun mengangguk untuk menjawab panggilan mereka.Angel mengerti bahwa semua keluarga di sana tengah