Beni menatap Mauli dengan ekspresi salah, sedangkan wanita itu makin penasaran.
“Kau tenang dulu,” Beni menyodorkan telapak tangan menghadap Mauli.
Dengan berat hati, Beni menjelaskan semua yang telah terjadi. Mendengar hal itu Mauli terpukul, ia tidak mengira mereka bakal meninggalkan Ogan sendiri.
Tiba-tiba Mauli menatap Akuadron, ia lalu berbicara dengan benda itu. Mauli mengeluarkan pertanyaan inti terhadap permata tersebut.
“Apakah Ogan masih hidup?”
Benda itu awalnya tidak bereaksi apa pun, karena benda itu tidak tahu cara untuk menyampaikan informasi tentang Ogan.
Benda itu bergerak mendekati Mauli lagi. “Sedang apa kau?” ucap Mauli heran dengan benda yang mendekatinya. Salah satu ujung tongkat itu menempel kening Mauli lagi. Seketika Mauli mendapat penglihatan tentang Ogan.
Di dalam penglihatann
Dia duduk dengan tenang meski raut wajahnya terlihat panik. Dari tadi orang nomor satu itu meremat-remat telapak tangan.“Maka tempat ini akan menjadi kuburan bagi kita semua,” ucap Walikota.Kehebatan Profesor Garung bukan sekedar gosip belaka, orang yang pernah berfoto dengan Bapak Walikota itu telah menghancurkan sebagian Miranda. Pasukan logam itu menjadi barisan paling depan dalam menghancurkan gedung-gedung Miranda hingga terlihat kota mati.Makhluk itu lebih mengerikan dari zombie, Profesor beserta pasukannya jadi hantu dan ditakuti penduduk Miranda. Pemerintah sudah putus asa dalam menghadapi Profesor yang kini menjadi penjahat nomor satu di Miranda.“Cepat atau lambat bajingan itu pa
Mereka kelimpungan setelah satu mobil melayang ke arah mereka, benda beroda empat itu membuat mereka kocar-kacir. Tak hanya itu, satu gapura depan juga mendarat di kumpulan pasukan manusia itu. Akibat serangan itu beberapa di antara terluka dan tak berdaya.Bahkan mereka sudah menjadi bulan-bulanan, satu pukulan saja lima orang langsung melayang ke udara. Suara jeritan dan rentetan peluru makin terdengar mencekam di telinga.Melihat hal tersebut Profesor hanya ketawa karena rencananya berhasil. Profesor hanya berdiri tegak menyaksikan pasukannya melumpuhkan manusia-manusia berseragam lengkap di barisan depan gedung Pemkot Miranda.Satu orang tentara melempar granat, tetapi benda itu malah mental berbalik ke arah dirinya setelah mengenai tubuh pasukan Bodem.
Rekaman itu tersebar luas di media Miranda hingga semua masyarakat dapat menyaksikan pernyataan dari Walikota.Warga yang mendengar keputusan tersebut sangat terkejut dan mereka tidak setuju. Namun, mereka mengerti keputusan tersebut tidak mudah, bahkan mereka juga tidak mampu mengalahkan pasukan Bodem milik Profesor.Di suatu ruangan rumah salah satu penduduk Miranda, satu keluarga menyaksikan siaran tersebut.“Miranda akan hancur!” ucap pria botak dengan jenggot panjang. Ia duduk sambil menggendong seorang bayi.Mereka menyadari bahwa beralih kekuasaan pada orang tidak tepat dapat membuat negeri tersebut hancur. Apalagi Profesor adalah penjahat nomor satu yang dibenci oleh masyarakat Miranda.
Profesor girang, kini Miranda berhasil ia kuasai. Pria aneh itu terlihat percaya diri ketika wajahnya terlihat di media online di seluruh Miranda.“Wahai rakyat Miranda, Akulah pemimpin kalian sekarang. Siapa pun harus tunduk dengan perintahku, jika tidak maka, nyawa kalian yang akan menjadi taruhannya!”Seluruh rakyat Miranda menyaksikan bahwa orang aneh itu terlihat tak tahu diri memangku jabatan yang tidak seharusnya ia pegang. Profesor menuju ruangan khusus dan meminta singgasana yang megah layaknya seorang raja. Beberapa pelayan wanita melayani seperti mengipasi, memberi buah anggur sedangkan Profesor duduk dengan santai seperti preman.Selain ingin kekuasaan, Profesor juga harus mengorbankan satu per satu rakyat Miranda untuk dihisap jiwa guna mempertahanka
Penampilan Miranda semakin kacau, tempat yang dulunya megah dan indah kini semakin terlihat seperti kapal pecah. Bangkai-bangkai mobil berserakan di jalan, tidak ada yang mengurus. Bahkan sampah-sampah berhamburan. Populasi mereka juga semakin berkurang karena jadi tumbal oleh Profesor dan pasukan Bodem.Seorang pria berkumis, mendekati penjara Ogan bersama beberapa orang itu. Pria itu berjas hitam dikawal oleh beberapa orang tentara Miranda. Sedangkan dia robot besi penjaga berlalu bergeser di belakang orang itu.Orang itu berjalan dengan sombong mendekati penjara Ogan. Ia memberi pengumuman yang bisa membuat Ogan naik pitam.“Tak bosan hidup di penjara ini,” katanya senyum sinis.Ogan bangkit dari dudu
“Kau pernah merasakan jatuh cinta tidak?”“Maksudmu apa Mauli?” Beni balik bertanya.“Setelah sekian lama, aku jatuh cinta terhadap lelaki yang usia jauh dariku,” Mauli memangku tangan.Beni lebih mendekat, pria satu profesi tersebut membawa kayu bakar. Tangannya meletakan kayu bakar di atas nyala api. Wajahnya sesekali menatap wanita satu-satunya di tempat tersebut. Tampak mereka menggunakan mantel tebal. Beni menggunakan warna hitam sedangkan Mauli warna biru dongker dengan menutup kepala hitam.“Aku tak pernah mengalami hal aneh sepertimu Mauli.”“Kau dan Ogan menurutku unik, tidak ada man
“Lihat!” kata Beni. Mereka diam sambil menatap lama plang nama dengan kelap-kelip lampu warna tersebut. “kau bawa uang?” Mauli khawatir. “Hehehe… tentu saja! Kau tenang saja, jika uangku habis kita peloroti atm Iwan,” ungkap Beni. Mauli senyum lalu meraih perut Beni. Beni berkelit tetapi tak bisa lolos. Cubitan tersebut menghasilkan suara keras. Tiba-tiba muncul sosok emak-emak berambut singa, wajahnya jutek pelit senyum. “Mau beli apa? Apa pun yang kalian butuhkan pasti ada,” ungkapnya. “Masuklah, carilah barang yang kalian cari,” perintah wanita pemilik minimarket itu. Mauli dan
“Kali ini kalian dapat diskon 50 ribu, jika suamiku berhasil kembali akan traktir makan,” wajah wanita tak terlihat senyum.“Ba baiklah,” Beni menarik uang tersebut.Beni dan Mauli bergegas pergi. Wanita itu menatap mereka dari pintu kaca, sementara Beni dan Mauli terus melangkah. Sesampainya di vila, Iwan sudah menunggu sambil menjaga nyala api. Iwan menambah kayu bakar dari belakang.“Kau bilang tempat ini sepi!” kalimat Beni bernada tinggi.“Memang!” balas Iwan santai.Setelah mendekat, “Aku belanja di area ini, masih banyak warga bernyawa berkeliaran di Husbul.”