Terdengar suara pintu bergetar hebat seakan mau jebol. Iwan terbangun dan langsung panik. Wajah paman Beni itu masih terlihat kusut, kedua matanya terbelalak kedepan.
“Apa itu?” Iwan bergerak mendekati Beni yang sedang membawa semangkuk mie instan panas. Uap panas masih terlihat hingga menyentuh kulit wajah Beni.
Brak.. brak!
Suara pintu itu semakin keras, mereka juga makin takut seakan didatangi malaikat pencabut nyawa. Iwan yang belum apa-apa sudah basah. Sedangkan Beni mulai gemetar hingga suara getaran garpu dan sendok bersentuhan dengan mangkok itu terdengar nyaring.
“Sepertinya pasukan itu kesini,” oceh Beni.
“Waduh, gawa
Beni menatap Mauli dengan ekspresi salah, sedangkan wanita itu makin penasaran.“Kau tenang dulu,” Beni menyodorkan telapak tangan menghadap Mauli.Dengan berat hati, Beni menjelaskan semua yang telah terjadi. Mendengar hal itu Mauli terpukul, ia tidak mengira mereka bakal meninggalkan Ogan sendiri.Tiba-tiba Mauli menatap Akuadron, ia lalu berbicara dengan benda itu. Mauli mengeluarkan pertanyaan inti terhadap permata tersebut.“Apakah Ogan masih hidup?”Benda itu awalnya tidak bereaksi apa pun, karena benda itu tidak tahu cara untuk menyampaikan informasi tentang Ogan.Benda itu bergerak mendekati Mauli lagi. “Sedang apa kau?” ucap Mauli heran dengan benda yang mendekatinya. Salah satu ujung tongkat itu menempel kening Mauli lagi. Seketika Mauli mendapat penglihatan tentang Ogan.Di dalam penglihatann
Dia duduk dengan tenang meski raut wajahnya terlihat panik. Dari tadi orang nomor satu itu meremat-remat telapak tangan.“Maka tempat ini akan menjadi kuburan bagi kita semua,” ucap Walikota.Kehebatan Profesor Garung bukan sekedar gosip belaka, orang yang pernah berfoto dengan Bapak Walikota itu telah menghancurkan sebagian Miranda. Pasukan logam itu menjadi barisan paling depan dalam menghancurkan gedung-gedung Miranda hingga terlihat kota mati.Makhluk itu lebih mengerikan dari zombie, Profesor beserta pasukannya jadi hantu dan ditakuti penduduk Miranda. Pemerintah sudah putus asa dalam menghadapi Profesor yang kini menjadi penjahat nomor satu di Miranda.“Cepat atau lambat bajingan itu pa
Mereka kelimpungan setelah satu mobil melayang ke arah mereka, benda beroda empat itu membuat mereka kocar-kacir. Tak hanya itu, satu gapura depan juga mendarat di kumpulan pasukan manusia itu. Akibat serangan itu beberapa di antara terluka dan tak berdaya.Bahkan mereka sudah menjadi bulan-bulanan, satu pukulan saja lima orang langsung melayang ke udara. Suara jeritan dan rentetan peluru makin terdengar mencekam di telinga.Melihat hal tersebut Profesor hanya ketawa karena rencananya berhasil. Profesor hanya berdiri tegak menyaksikan pasukannya melumpuhkan manusia-manusia berseragam lengkap di barisan depan gedung Pemkot Miranda.Satu orang tentara melempar granat, tetapi benda itu malah mental berbalik ke arah dirinya setelah mengenai tubuh pasukan Bodem.
Rekaman itu tersebar luas di media Miranda hingga semua masyarakat dapat menyaksikan pernyataan dari Walikota.Warga yang mendengar keputusan tersebut sangat terkejut dan mereka tidak setuju. Namun, mereka mengerti keputusan tersebut tidak mudah, bahkan mereka juga tidak mampu mengalahkan pasukan Bodem milik Profesor.Di suatu ruangan rumah salah satu penduduk Miranda, satu keluarga menyaksikan siaran tersebut.“Miranda akan hancur!” ucap pria botak dengan jenggot panjang. Ia duduk sambil menggendong seorang bayi.Mereka menyadari bahwa beralih kekuasaan pada orang tidak tepat dapat membuat negeri tersebut hancur. Apalagi Profesor adalah penjahat nomor satu yang dibenci oleh masyarakat Miranda.
Profesor girang, kini Miranda berhasil ia kuasai. Pria aneh itu terlihat percaya diri ketika wajahnya terlihat di media online di seluruh Miranda.“Wahai rakyat Miranda, Akulah pemimpin kalian sekarang. Siapa pun harus tunduk dengan perintahku, jika tidak maka, nyawa kalian yang akan menjadi taruhannya!”Seluruh rakyat Miranda menyaksikan bahwa orang aneh itu terlihat tak tahu diri memangku jabatan yang tidak seharusnya ia pegang. Profesor menuju ruangan khusus dan meminta singgasana yang megah layaknya seorang raja. Beberapa pelayan wanita melayani seperti mengipasi, memberi buah anggur sedangkan Profesor duduk dengan santai seperti preman.Selain ingin kekuasaan, Profesor juga harus mengorbankan satu per satu rakyat Miranda untuk dihisap jiwa guna mempertahanka
Penampilan Miranda semakin kacau, tempat yang dulunya megah dan indah kini semakin terlihat seperti kapal pecah. Bangkai-bangkai mobil berserakan di jalan, tidak ada yang mengurus. Bahkan sampah-sampah berhamburan. Populasi mereka juga semakin berkurang karena jadi tumbal oleh Profesor dan pasukan Bodem.Seorang pria berkumis, mendekati penjara Ogan bersama beberapa orang itu. Pria itu berjas hitam dikawal oleh beberapa orang tentara Miranda. Sedangkan dia robot besi penjaga berlalu bergeser di belakang orang itu.Orang itu berjalan dengan sombong mendekati penjara Ogan. Ia memberi pengumuman yang bisa membuat Ogan naik pitam.“Tak bosan hidup di penjara ini,” katanya senyum sinis.Ogan bangkit dari dudu
“Kau pernah merasakan jatuh cinta tidak?”“Maksudmu apa Mauli?” Beni balik bertanya.“Setelah sekian lama, aku jatuh cinta terhadap lelaki yang usia jauh dariku,” Mauli memangku tangan.Beni lebih mendekat, pria satu profesi tersebut membawa kayu bakar. Tangannya meletakan kayu bakar di atas nyala api. Wajahnya sesekali menatap wanita satu-satunya di tempat tersebut. Tampak mereka menggunakan mantel tebal. Beni menggunakan warna hitam sedangkan Mauli warna biru dongker dengan menutup kepala hitam.“Aku tak pernah mengalami hal aneh sepertimu Mauli.”“Kau dan Ogan menurutku unik, tidak ada man
“Lihat!” kata Beni. Mereka diam sambil menatap lama plang nama dengan kelap-kelip lampu warna tersebut. “kau bawa uang?” Mauli khawatir. “Hehehe… tentu saja! Kau tenang saja, jika uangku habis kita peloroti atm Iwan,” ungkap Beni. Mauli senyum lalu meraih perut Beni. Beni berkelit tetapi tak bisa lolos. Cubitan tersebut menghasilkan suara keras. Tiba-tiba muncul sosok emak-emak berambut singa, wajahnya jutek pelit senyum. “Mau beli apa? Apa pun yang kalian butuhkan pasti ada,” ungkapnya. “Masuklah, carilah barang yang kalian cari,” perintah wanita pemilik minimarket itu. Mauli dan
Makhluk-makhluk itu terlihat seperti kera kelaparan. Membuang semua benda yang ada di depan mata. Terlihat seekor makhluk itu membalik mobil tua lalu mengendus-endus kemudian meninggalkannya.Dari arah selatan Akuadron meluncur lalu mendarat di tangan Ogan. Belum lama mereka muncul lagi dan semakin banyak. Ogan melayangkan serangan, di bagian kaki depan, satu musuh jatuh kemudian Ogan melompat dengan bertumpu tubuh monster di depanya.Ogan membantai mereka namun, mereka terus keluar dari lobang yang mengeluarkan energi besar. Tanpa ampun Ogan membidik Saigon, namun kali ini ia mengincar kaki. Bug! Saigon terjatuh, seketika itu portal menutup.“Hentikan! Kau telah merusak kotaku,” Ogan mendekat.Saigon berusaha berdiri, terlihat wajah kesal namun ia justru berkomentar. “Aku tidak merusak, hanya mengambil bagianku saja, yang merusak adalah mereka,” Saigon menunjuk para monster yang masih berkeliaran di tengah kota.Beberapa detik kemudian Katrin muncul. “Jadi, kau telah berkhianat te
“Saigon!” Ogan berteriak sambil mengacungkan tongkat. Beberapa makhluk itu merapatkan barisan menghalangi jalan Ogan. Satu per satu mereka mendapat jatah pukulan ke samping kanan dan kiri. Sementara, Mauli mengeluarkan energi Walas kemudian mengarahkan para makhluk asing tersebut. Mereka mental beberapa meter berefek mengalami pusing kemudian akan terjatuh lepas ke tanah. Sedang Katrin menyambar dengan pukulan keras, ia mendatangi makhluk itu satu per satu kemudian melepaskan pukulannya. Saigon menoleh ke arah Ogan. Ia malah tersenyum. “Kau hanya mengantarkan nyawa!” Saigon berbalik. Pria itu pasang badan menghalau kekuatan Ogan. Ogan memukul tanah, timbul retakan yang berjalan lurus ke arah Saigon. Saigon membalas dengan hentakan kaki retakan itu saling berlawanan. Ogan melambung kemudian mengangkat tongkat. Dari arah kiri makhluk itu menyambar Ogan lalu menggigit lengannya. Ogan ikut terdorong ke kanan, Ia jatuh berguling-guling menyapu lapangan rumput. Dengan sotoy Ogan memukul
Beni cengar-cengir lalu mendekati Katrin. Ia memegang tangan wanita itu. Tanpa pikir panjang Katrin merentangkan tangan hingga membuat Beni melongo. Katrin melayang sambil tangannya menarik Beni yang ikut terseret Katrin terbang ke udara.“Lihat!”Mauli menunjuk mereka yang sedang melayang di depan. “Aku ingin seperti mereka!” Mauli menatap Ogan. Lantas Prajurit itu mengayunkan tongkat sementara tangan kirinya meraih tubuh Mauli. Mereka akhirnya ikut mengudara dengan kecepatan di atas Katrin dan Beni.Hanya dalam waktu singkat Akuadron membawa Ogan dan Mauli lebih cepat dari Katrin dan Beni. “Bisakah kau lebih cepat dari pasangan itu?” Beni menunjuk ke depan.“Maaf, aku tidak bisa secepat itu!” Ungkap Katrin. Terlihat wajahnya terkena angin hingga rambutnya beterbangan ke samping.Empat manusia itu terus mengudara menuju pusat kota Miranda. Setelah itu dari jauh mereka melihat cahaya besar tengah menuju ke langit. “Itu dia, sepertinya dia telah membuka portalnya,” kata Ogan keras.Oga
Kemudian Saigon menghilang. Beni mendekati Katrin tengah bersandar di pohon sementara Ogan bangkit. Ia berjalan mencari Mauli di runtuhan goa sedangkan mulutnya terus menyebut nama Mauli. Ia bongkar satu per satu bongkahan batu yang ada di depannya. Perlahan-lahan jarak pandang pun mulai memanjang. Mata Ogan terbelalak melihat sosok wanita tengah tergeletak di depan tiga meter darinya.“Mauli!”Ogan berlari lalu membuang bebatuan kecil yang menimpa Mauli. Ogan mengangkat Mauli jauh dari tempat tersebut lalu mendekat ke arah Beni dan Katrin. Ogan duduk sambil menopang tubuh Malui dengan paha. Terlihat wajah Mauli penuh debu tak bergerak. Ogan memeriksa nadinya, Mauli masih hidup.Prajurit itu lalu meletakkan ujung tongkatnya ke kening Mauli. Tak berapa lama tangan Mauli bergerak menyentuh tubuh Ogan. Melihat gerakan tangan itu, terlihat senyum lebar dari mulut Ogan. Kemudian kedua mata Mauli membuka dan melihat kekasihnya berada di sampingnya.“Kau tak apa-apa?”Ogan membetulkan posisi
Setelah melangkah jauh ke dalam. Ogan melihat Mauli sedang melakukan sesuatu dengan Walas, namun Ogan justru terpaku melihat sosok orang yang mirip dengannya. Belum sempat melakukan tindakan, Saigon menyerang Ogan dengan batu besar seukuran dekapan manusia. Akibatnya, Ogan kembali keluar dari goa. Tubuh pria itu terdampar di depan goa sementara Akuadron masih dalam genggamannya. Tak Berapa lama Katrin muncul, ia lalu melompat dan mendarat di tubuh Ogan. Ia duduk tepat di perut Ogan sambil menatap tajam wajah lusuh Ogan. “Apakah kau tidak menyadari sebenarnya kau begitu tampan?” “Apa maksudmu? Kau datang hanya untuk menghasut kami.” Ogan tak bergerak sementara matanya mengikuti pergerakan tangan Katrin yang gerayangan menyentuh dada hingga wajah Ogan. “Sejak awal aku jatuh cinta denganmu, prajurit!” “Lepaskan!” Ogan menyingkirkan tangan Katrin lalu membuang muka. “Kau ke sini hanya menghancurkan hubungan kami,” Ogan menyeka keringat. “Aku terpaksa melakukan karena perintah kakakk
Belum lama Ogan meratapi nasib, Akuadron berputar-putar lalu melesat menjauhi Ogan. Mata Ogan tertuju pada tongkatnya. Kemudian ia menyusul tongkat itu. Di atas ketinggian 50 meter dari permukaan bumi, tongkatnya itu terbang menjauhi Miranda. Ogan berlari serta beberapa kali melambung tinggi untuk bisa mengekori Akuadron. Sementara di dalam goa Mauli dipaksa untuk membuka simbol di Walas. Saigon hanya menyuruh Mauli membaca mantra dan meletakkan telapak tangannya di simbol Walas. Mauli mengetahui jejak cerita kitab tersebut yang bisa membangkitkan energi besar dan dapat memberikan kekuatan besar namun sangat jahat. “Ternyata kau adalah masih memiliki darah dari raja-raja Sriwijaya, Mauli!” Saigon berusaha mempengaruhi pikiran Mauli, dari pandangan Saigon, Mauli adalah keturunan raja terakhir Sriwijaya. “Kau adalah keturunan ke-11 rupanya, sayangnya kau sendiri tak mengetahui karena kau hanya anak buangan, hahah!” Saigon melebarkan mulut. “Aku hanya memintamu membaca mantra itu lalu
Ogan Menahan dengan tongkat, Terjadi aksi saling dorong dari keduanya. Saigon melepaskan pukulan ke dada. Ogan mundur beberapa langkah, ia menahan satu kaki ke belakang. Kemudian berlari dan melepaskan pukulan di kepala Saigon.Pukulan menenggelamkan setengah tubuh Saigon ke tanah. Pukulan kedua dilancarkan olrh Ogan hingga Saigon tenggelam menyisakan kepalanya. Sementara Mauli mendekati Katrin serta melontarkan kalimat kesal.“Dasar, selama ini ternyata kau hanya pengganggu.”Mauli menampar Katrin dengan keras, wajah wanita hinga berbalik ke kiri. Bukanya merasa sakit wanita itu justru senyum menantang. Katrin berbalik menampar pipi kanan lalu menendang Mauli hingga ia melayang ke belakang.Ogan balik badan lalu berlari menghampiri Mauli yang tengah terkapar. Namun ia justru dihadang oleh Katrin. Wanita itu melepaskan pukulan ke wajah, Ogan menghindar lalu menahan tangan katrin. Katrin berkelit lalu mencoba menendang lagi-lagi ia gagal justru kakinya ditarik Ogan hingga selangkanga
Katrin hanya senyum puas melihat Mauli dan Ogan bertengkar. Dua karyawan Ogan kembali bekerja sementara Katrin tiba-tiba menghilang dari pandangan mereka.Ogan kembali dengan wajah cemas. Ia merogoh kantong lalu mengambil ponsel, terlihat nama Mauli berada di layar. Berulang kali Ogan melakukan panggilan suara tapi tidak mendapatkan respon. Mauli pulang dengan hati hancur, wanita itu berlinang air mata sepanjang jalan. Ia menepi lalu duduk di depan taman.Sementara Katrin telah tiba di rumah. Di sana telah ada Saigon berdiri dengan membawa kitab Walas, ia meminta agar membawa kitab tersebut. Sebab, buku kuno itu akan mendeteksi keberadaan Trah Sriwijaya tersebut dalam jarak dekat.“Bagaimana jika kitab itu salah?”“Tidak mungkin!”Saigon mendekati Katrin. Ia meyakinkan bahwa kitab itu adalah kompas untuk mencari sang pembuka simbol. Ambisi Saigon membuka simbol di dalam kitab tersebut amat besar hingga ia akan memiliki kekuatan yang luar biasa.Mentari telah menampakan wujud, ruang k
Ogan membawa Katrin ke sebuah kafe. Mereka sedang menikmati minuman dingin berupa White Coffee. Katrin menatap seolah ia menyukai Ogan hingga prajurit itu merasa canggung. “Kenapa kamu menatapku seperti itu?” “Bolehkah aku tanya sesuatu?” “Apa itu?” Ogan mengaduk minuman. “Apa benar kau adalah prajurit Sriwijaya yang tersisa. Yah, aku sempat bertemu dengan Beni ia mengungkapkan bahwa kau ada hubungannya dengan Sriwijaya. Aku pikir kau punya pinformasi tentang Trah Sriwijaya.” Ogan tersenyum sebentar seraya terus mengaduk. “ Sebenarnya kami berlima namun aku tidak tahu keberadaan teman-temanku. Aku, Yaraja, Nalanda, Cudamani dan Lagiri adalah garda depan Sriwijaya ketika masa kejayaan Sriwijaya. “Apakah kau mengetahui keturunan Sriwijaya yang tinggal di kota ini?” “Tidak sama sekali, Aku telah tidur selama 1.166 tahun. Aku tak ingat apa pun ketika bangun Sriwijaya juga telah runtuh hanya tinggal peninggalannya saja,” pungkas Ogan. “Kenapa kau tanya seperti itu?” “Tidak!” Katrin