"Bibi.. Apa Eva belum pulang? Sedari tadi aku menghubunginya tapi tak tersambung.. "
"Bibi juga tak melihatnya sedari tadi Rean, bibi pikir Eva sedang bersamamu mengigat sekarang hari libur.. "
"Tidak bi.. Astaga dia dimana? Sekarang sudah larut.. "
Si pria bernama Rean, ya... Dia adalah tunangan yang Eva maksud. Pria baik, sederhana, dan penyayang itulah Rean.
Sedari sore Rean mencari Eva mengelilingi tempat yang sering didatangi Eva, namun tak sama sekali ia menemukan keberadaan Eva. Ditambah lagi Eva yang tak bisa dihubungi, Rean sangat khawatir akan keadaan gadis tunangannya itu.
"Rean.. Apa kau sudah mencari ke tempat Armita? Siapa tahu Eva mengibap disana.. " usul nenek Rene, seorang wanita tua yang tinggal di sebelah kontrakan sederhana Eva.
"Ah.. Kau benar bi.. Aku akan mencoba menemui Armita.. Terimakasih sarannya bi.. Aku pergi dulu.. "
Lalu Rean bergegas menaiki sepeda bututnya, Rean memang bukan orang kaya yang berlimpah harta, ia hanya pria sederhana. Dan, alasan itu kurasa cukup membuat seorang gadis baik seperti Eva mau menerimanya.
Jalanan sudah cukup sepi walau biasanya pusat kota itu akan ramai dua puluh empat jam.
'Tok.. Tok.. Tok.. '
Rean mengetuk pintu rumah Amrita, dia salah satu teman yang paling dekat debgan Eva.
"Amrita.. Amrita.. " panggil Rean yang masih setia mengetuk pintu, ya ini sudah larut malam wajar jika para penghuni rumah sudah jauh terlelap.
'Cklek'
"Rean? " kaget Amrita saat mengetahui yng mengetuk pintunya adalah Rean, tunangan Eva, sahabatnya.
"Amrita apa kau tahu dimana Eva? Apa dia ada disini? " tanya Rean langsung.
"Eva? Aku bertemu denganya siang tadi saat di pasar.. Setelah itu aku tak tahu.. " jujur Amrita.
"Oh.. Ya Tuhan.. " Rean memijat pangkal hidungnya.
Amrita menatap Rean yang terlihat sangat lelah dan khawatir disaat bersamaan. Ya.. Amrita sangat mengetahui bagaimana Eva dan Rean saling jatuh cinta. Amrita sangat tahu sejak dulu, saat mereka bertiga-- Amrita, Rean, dan juga Eva pertama kali bertemu.
"Rean.. Ayo masuk dulu.. Kau terlihat sangat lelah.. Mungkin secangkir teh Rosella mampu menenangkan pikiranmu.. "
Teh Rosella itu salah satu produk teh yang terbuat dari bunga rosella yang berwarna merah.
"Tidak.. Aku harus mencari Eva.. "
"Tunggu.. " Amrita mencekal tangan Rean.
"Minumlah sebentar.. Setelah itu aku akan membantumu.. Lagipula ini sudah larut Rean.. Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu? "ucap Amrita.
"Tapi Eva.. "
"Percayalah.. Dia baik baik saja.." Amrita mencoba meyakinkan Rean.
"Ayo.. "
"Ayo Rean.. " lalu Amrita membawa masuk Rean, ia mempersiapkan teh dan bebarapa kue kering.
Tak beberapa lama Rean tertidur, Amrita menatap seberapa rupawannya wajah Rean. Dia adalah pria yang baik, tampan nmun sederhana, Eva sangat beruntung mendapatkan pria seperti Rean.
"Nyonya Amrita.. Kamarnya sudah siap.. " ucap seorang pelayan.
Pelayan? Ya.. Amrita itu orang kaya, walau ia berteman dengan Eva dan Rean yang jauh dibawahnya.
Amrita tahu Eva sebatang kara sejak ibunya meninggal, lalu Rean pun sama, bahkan paman Rean baru meninggal dua bulan yang lalu.
"Rean.. Kau terlalu lelah.. Istirahatlah.. " Amrita mengelus wajah Rean.
Tenang.. Amrita tak akan mengkhianat dua sahabatnya itu.. Tidak.. Tidak untuk saat ini.
*****
"Eungh.. " keluh Eva saat merasakan sakit di bagian lehernya.
Ia membuka matanya dn menyadari hal yang salah disini.
"Aku dimana? " Eva mengamati sekelilingnya.
Kamar ini begitu mewah, indah dan.. Klasik. Lampu gantung dari kristal lalu sprei ranjang ini dari bahan sutra. Belum lagi berbagai hiasaan ala Eropa kuno melengkapi kamar ini dengan sentuhan warna peach dan putih yang lembut. Jelas ini bukan kamar Eva.
'Cling'
"Rantai? " Eva menyadari ada rantai yang membelenggu tangan kanannya.
'Cklek'
"My Eva.. Kau telah bangun hm... Apa kau tidur nyeyak..? " Adam masuk sembari membawa sebuah hidangan ditanganya.
Eva memandang Adam binggung. Anehnya Eva sama sekali tak takut atau cemas, apakah ia tak menyadari jika dirinya sekarang tengah diculik dan dirantai oleh Adam?!
"Adam.. "
"Yes My Eva.. "
"Seeingatku tadi kita di padang lavender.. Dan.. "
"Shut.. Jangan diingat.. Kau hanya bermimpi.. Oke.. "
"Mimpi? "
"Ya.. Kau tidur lama sekali.. Kau hanya mimpi, percaya paaku.. " Adam menatap Eva tepat di tengah matanya.
"Tapi--"
"Shutt.. " Adam meletakan jarinya di bibir Eva menandakan agar Eva berhenti bertanya.
"Kau makan.. Ini adalah kesukaan Evaku kan? Pai Apple dengan saus madu dan buah berry.. " ya.. Adam selalu mengingat segala hal yang Eva sukai sedari kecil dulu.
"Pai!! " girang Eva. Sontak Adam tersenyum mendapati reaksi Eva yang begitu menggemaskan.
Hei! Eva.. Dia terlalu polos mendekati bodoh, padahal sore tadi ia menangis dan mati matian menjauhi Adam.. Tapi kini apa? Apa Eva lupa? Atau..
"Ini buatanku.. Khusus untuk My Eva.. Aaaa.. " Adam menyuapi Eva dan Eva dengan senang hati menerimanay. Hingga Eva mulai sadar.
"Adam.. "
"Ya.. "
"Rantai ini.. " Eva menunjuk rabtai di tangannya. Adam tersenyum tenang dan lagi lagi ketampananya bertambah .
"Ya.. Itu rantai.. Ada apa Eva..? " Adam sengaja membalikan pertanyaan.
"Ini.. Kau merantai tanganku memangnya kenapa? " tanya Eva polos.
"Eva.. Kau mau mendengar sebuah cerita tidak.. " tanya Adam seperti seorang guru yang bertanya pada muridnya.
"Mau.. Apa itu Adam..? "
"Kau.. Kau tahu kau sudah tidur lama sekali.. Kecelakaan yang kau alami membuatmu tidur begitu panjang dan aku sangat merindukanmu.. " ucap Adam dengan raut wajah sedih.
Eva terkaget, apa ia selama ini tertidur? Rasanya hanya seperti tidur beberapa jam saja kok.
"Hah? Maksudmu apa? Aku tak mengerti... Aku kecelakaan? "
"Ya.. Kau kecalakaan bersama Mama mu.. "
"Mama.. " Eva sedikit gelisah.
"Tapi.. Dia meninggal di tempat saat kecelakaan.. " ucap Adam sedih.
"Hiks.. Apa ini hiks kenapa aku tak mengingatnya Adam? Kenapa aku hiks.. Adam.. Hiks.. " Eva menangis dengan sigap Adam memeluk gadisnya mencoba menenangkan.
"Kenapa aku hiks lupa Adam? Kenapa aku tak ingat.. Hiks.. Mama.. Adam.. Mama.. "
"Shh.. Tenang Eva.. Ada aku.. Aku tak akan pergi darimu.. Aku disini.. Bersamamu.. Selalu.. Dan selamanya.. Hanya ada kita.. Aku.. Dan kau.. My Eva.. " ucap Adam lembut namun sarat akan sebuat tekad yang kuat.
Eva masih menangis. Ia tak mengerti. Bahkan Eva tak menyadari jika semua yang Adam katakan hanyalah ilusi.
"Adam.. Kenapa bisa aku kecelakaan.. Hiks.. Aku tak ingat apapun adam.. Hiks.. " tangis Eva dipelukan Adam.
Ini yang Adam suka.. Eva menangis dalam pelukan eratnya. Hanya Adam yang mampu mendekap erat Eva.
"Ceritanya begitu panjang.. My Eva.. "
"Hik.. Ceritakan.. Adam.. "
"Kau yakin? " Adam bertanya dan Eva mengagguk dengan derai airmatanya.
Lalu Adam mulai bercerita atau kalian boleh menggapnya sedang mengarang sebuah cerita. Hahaha.. Hidup itu adalah lembaran yang harus kau isi dengan beragam cerita bukan.. Asli.. Palsu.. Kau yang menentukan.
"Hiks.. Mama..mama.. "
"Shutt... Tenanglah Eva.. Tak apa.. Sekarang aku berjanji, kita akan selalu bersama.. Apapun dan bagaimanapun.. Kau paham..? "
Setelah kurang lebih tiga puluh menit Adam bercerita dan membuat Eva kian menangis hingga tertidur karena lelah akibat tangisan nya sendiri.
Adam memposisikan tubuh Evanya agar nyaman. Lalu menatap dalam pada Eva yang kini terpejam.
"Lihatlah Eva.. Kau.. Memang hanya untuku.. Sekarang kau disini.. Disampingku.. "
'Cup'
"Mata ini.. Begitu indah akhirnya aku menemukan berlian berkilaumu lagi"
'Cup'
"Pipi ini masih seperti dulu.. Berisi dan merona.. Favoritku.. "
'Cup"
"Ahh.. Hidung ini.. Manis sekali.. "
'Cup"
"You're mine.. Setelah bertahun tahun akhirnya aku merasakan manis dari bibir ini.. My Eva.. " Adam mengecup dalam bibir ranum Eva menikmati setiap detiknya bersama Eva.
Adam mulai berbaring disamping Eva, membawa tubuh tertidur Eva kedalam pelukanya.
"Aku bisa membuatkan identitas bahkan hidup baru untukmu.. agar kau bersamaku.. Eva.. My Eva.. "
"I love you... You're my life, light, and love.. My Eva.. Now.. And Forever.. And it will be never ending.. "
Adam mulai memejamkan matanya mengikuti Eva yang lelap dalam alam mimpi.
Ya.. Ini adalah malam yang begitu membahagiakan bagi Adam. Sejak tiga belas tahun terakhir ia tak pernah sekalipun tertidur nyenyak.. Dan kini.. Adam dan Eva begitu dekat, Eva doi pelukan Adam, dan mereka berbagi irama detak jantung yang seolah bernyanyi untuk kebahagian ini.
Lalu tak penasaran kah kalian bagaimana Eva bisa melupakan semuanya? Atau Adam yang memanipulasinya? Lalu.. Bagaimana dengan Rean... Tunangan Eva.
Nantikan kisah selanjutnya.. Antara mereka.. Adam, Eva, Rean dan.. Amrita..
*=*=*=*=*=
Vote+Comment = Next..
Tbc.With love
♡♡♡♡♡♡♡Di sana, di sebuah ranjang yang nampak sangat nyaman, Adam memeluk Eva dengan penuh rasa."Eugnhh.. " Eva mulai membuka matanya, rasanya ia tertidur begitu nyenyak.Eva menelisik dan menemukan Adam disebelahnya tertidur damai dengan tangannya memelul pinggang Eva penuh kepemilikan. Eva bersemu malu, sungguh Eva tak suka berdusta, tapi,"Adam tampan sekali.. " gumam Eva mengamati wajah Adam, lalu tanpa Eva sadari, sedari tadi Adam sudah terbangum.'Cup'"Adam! " rajuk Eva kaget, pasalnya Adam tanpa permisi mengecup bibirnya bahkan dengan mata yang masih tertutup.Kecupan ringan yang sedikit renyah. Ah.. Sebut saja frenchkiss"Kau.. ""Kau manis Eva.. Sangat manis.. " Adam membuka matanya, dan kini jarak diantara mereka sudah kandas, bahkan hidung mereka bersentuhan.Eva dapat dengan jelas melihat bagaimana rupawanya seorang
"Eva!! " panggil seseorang dari belakang Adam dan Eva."Siapa? " ucap Eva lirih sambil menatap wajah orang itu."Aku Rean.. Tunanganmu.. "'Deg'"Rean? " beo Eva binggung, lantas bangkit dan mengamati Rean.Adam mengepalkan jarinya, ini di luar perkiraan. Ia tak menyangka akan ada orang yang mengenal bahkan mengatakan jika dia adalah tunangan Eva?! Hell no!! Eva akan selalu menjadi milik Adam."Eva.. Kau kemana saja? Aku mencarimu semenjak tiga hari yang lalu.. Eva.. " Rean mendekati Eva yang menatapnya penuh tanya.'Grep'Rean memeluk Eva secara reflek, baru satu detik Adam sudah menendang keras tulang kering Rean hingga membuat Rean jatuh ke tanah dan meringis kesakitan."Akkhsss""Rean" Amrita mendekati Rean dan membantu temanya itu.Amrita mema
"Bi, aku akan membantumu... " Eva saat ini sedang berada di dapur mansion itu dengan niat ingin membantu Helen dan pelayan lain menyiapkan makan malam."Eva, tak perlu... Kami akan mengerjakanya.." tolak Helen secara lembut, bukan apa-apa, mereka hanya takut jika Eva tergores pisau, atau terciprat minyak panas saat membantu mereka di dapur, bisa-bisa Adam akan mencambuk mereka satu-persatu."Ayolah bi, aku sangat bosan... Aku juga akan memasak saja bersama kalian.. ""Tapi tuan Adam akan marah nanti.." celetuk salah seorang pelayan muda disana."Kalian tenang saja, aku nanti akan berbicara pada Adam. Lagipula aku kan calon istri Adam, aku harus memasak untuknya" senyum Eva secerah matahari p
Happy Reading!!♡♡♡♡♡♡♡"Bibi.. Hisk, Adam bi.. " Eva menangis, ia merasa bersalah pada Adam. Masakanya membuat Adam terluka seperti ini."Hisk.. Aku membuat Adam sakit karena makanan itu.. Bibi.. Adam ..hiskk" tangis Eva tak kunjung henti sedari tadi.Helen tak bisa berbuat apapun, ia memeluk Eva dan mencoba menenangkan gadis muda itu, 'Eva ini bukan salahmu, dokter sedang memeriksa tuan Adam, dia akan baik-baik saja' ucap Helen meyakinkan.'Cklek'Pintu kamar Adam terbuka, seorang dokter muda keluar dari sana, 'dok, bagaimana kondisi Adam?' Eva langsung bertanya dengan penuh kekhawatiran."Tuan Adam bukanlah orang yang lemah, ia tentu baik-baik saja.. Kau tenang saja" ucap si dokter muda tadi-- Smith."Ah.. Syukurlah..." Eva mengelus dadanya dan bernafas lega.Ia merasa sa
Happy Reading!!♡♡♡♡♡♡♡'Brak'Adam membuka paksa pintu kamar yang telah Eva kunci dari dalam. Tanpa mempedulikan apapun ia kemudian mendekati Eva dan memeluknya sangat erat. Tentu saja Eva sangat ketakutan. Jujur saja, Eva sangat meragukan Adam saat ini."Adam! Lepaskan!" Eva mencoba melepaskan pelukan Adam yang begitu erat, namun sayang Adam enggan melepaskan pelukannya di tubuh gadis yang paling ia cintai itu."Kau marah padaku Eva?" Adam menghirup harus lavender yang menguat dari leher Eva. Ahh, sangat menenangkan.Eva diam, posisinya saat ini begitu intim. Bagaimana tidak Adam memeluk pinggang Eva dan mendudukkannya di pangkuan Adam. Posisinya yang membuat Eva merasakan hembusan nafas Adam yang begitu terasa di lehernya. Huh! Adam menciumi leher Eva dengan sangat lembut."Apa kini kau
Happy Reading♡♡♡♡♡♡♡"Hisk... Adam aku--""Berhenti! Jangan katakan apapun!" Adam berjalan mendekati Eva.Diambilnya wajah cantik Eva. 'Aku tak pernah menyangka Eva manisku bisa seliar itu! Aku tak percaya evaku ini begitu murahan,' ucap Adam dengan tatapan kekecewaan.Eva menggeleng,ia tak tahu apapun. Ia bahkan tak tahu jika ia sedang mengandung. Dan lagi ia pikir dengan mengatakan ia hamil pada Adam akan membuat Adam melepaskannya saja. Eva hanya ingin lepas dan pergi dari tempat itu saat ini juga."Tak apa... Aku akan selalu menerimamu Eva,kau tahu itu kan?" Raut wajah Adam berubah,bukan lagi kekecewaan,melainkan senyuman yang mematikan."Aku bisa membunuh bayi itu dan menggantinya dengan bayi kita nantinya kan?" Ucap Adam dengan entengnya."Sialan!" Rean maju dan langsung menusuk Adam di punggu
Happy Reading🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤Eva sedang terbaring tak sadarkan diri di meja operasi, Adam membiusnya tadi. Adam menghembus kan nafasnya lega, 'syukurlah...' dan Adam membelai rambut Eva yang nampak sedikit kusut."Aku tahu Eva manisku tak akan serendah itu... Aku tahu Eva kau tak akan membiarkan dirimu disentuh oleh orang lain" ucap Adam dengan Sura seraknya.Tadi Adam melakukan pemeriksaan pada Eva, dan benar dugaannya, Eva tak hamil. Ia tak mengandung anak dari pria lemah itu, Adam sebenarnya mengetahui semuanya dari awal. Bahkan saat pertama kali Eva datang di mansion ini, saat Adam menghapus semua memori Eva, ia telah mengecek kondisi Eva. Eva tak hamil. Ia melakukan dan mau mengikuti semua permainan ini hanya untuk keberhasilan nya. Ya... Ini salah satu taktik Adam.Tahu Amritha? Dia meminta Adam untuk bekerja sama, Adam dan Amritha memang salin
Happy Reading🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤 Suasana khas pinggiran kota yang begitu tenang menyambut Adam dan Eva, disaat keduanya telah memasuki sebuah tempat dengan suasana asri dan banyak sekali ditumbuhi pohon Pinus serta mawar rambat yang sengaja dibiarkan tumbuh liar disekitarnya. Disana tak panas, redup, dan sempurna bagi Adam maupun Eva. Ah, aku lupa menyebutkan ya bagaimana dan apa saja yang ada disana? Disana terdapat sebuah danau yang sangat luas dan juga sebuah gazebo yang terlihat sangat klasik. Hmmm, rasanya seperti sebuah tempat fantasi yang kau miliki pribadi, sangat menenangkan. Disana juga tak ada orang lain kecuali, Adam dan Eva, sudah kukatakan Adam itu kaya raya, membuat sebuah tempat seperti ini adalah hal yang terlampau kecil baginya. "Wah Adam! Semuanya sangat indah, bagaimana bisa kau tahu tempat seindah ini?" Tanya Eva yang masih mengamati beragam tanaman
Happy Reading🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤 Hari-hari indah antara Adam dan Eva agaknya kini mulai meredup. Kejadian beberapa waktu lalu yang sangat tak terduga membuat keduanya menjauh. Ada apa?? "Lepaskan aku Adam!!" Eva berteriak marah pada Adam yang kini duduk dengan angkuh di dekat jendela kamar mereka. "Adam! Hisk... Lepaskan aku! Mengapa kau merantai kedua tanganku?!" Eva mengangkat kedua tanganya yang terbelenggu oleh rantai berwarna perak. Adam diam, ia masih setia memandangi Eva. "Eva... Kau tahu alasannya..." ucap Adam singkat, lalu kini Adam berjalan mendekati Eva. Eva membuang mukanya saat Adam dengan sensual mengelus pelipis Eva. "Jangan marah... Aku hanya akan memberimu beberapa suntikan, maka semuanya akan kembali normal... Percayalah," ucap Adam menghirup aroma rambut Eva. Kini Adam sedang memeluk mesra tubuh dari gadis yang men
Happy Reading🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤 Suasana khas pinggiran kota yang begitu tenang menyambut Adam dan Eva, disaat keduanya telah memasuki sebuah tempat dengan suasana asri dan banyak sekali ditumbuhi pohon Pinus serta mawar rambat yang sengaja dibiarkan tumbuh liar disekitarnya. Disana tak panas, redup, dan sempurna bagi Adam maupun Eva. Ah, aku lupa menyebutkan ya bagaimana dan apa saja yang ada disana? Disana terdapat sebuah danau yang sangat luas dan juga sebuah gazebo yang terlihat sangat klasik. Hmmm, rasanya seperti sebuah tempat fantasi yang kau miliki pribadi, sangat menenangkan. Disana juga tak ada orang lain kecuali, Adam dan Eva, sudah kukatakan Adam itu kaya raya, membuat sebuah tempat seperti ini adalah hal yang terlampau kecil baginya. "Wah Adam! Semuanya sangat indah, bagaimana bisa kau tahu tempat seindah ini?" Tanya Eva yang masih mengamati beragam tanaman
Happy Reading🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤Eva sedang terbaring tak sadarkan diri di meja operasi, Adam membiusnya tadi. Adam menghembus kan nafasnya lega, 'syukurlah...' dan Adam membelai rambut Eva yang nampak sedikit kusut."Aku tahu Eva manisku tak akan serendah itu... Aku tahu Eva kau tak akan membiarkan dirimu disentuh oleh orang lain" ucap Adam dengan Sura seraknya.Tadi Adam melakukan pemeriksaan pada Eva, dan benar dugaannya, Eva tak hamil. Ia tak mengandung anak dari pria lemah itu, Adam sebenarnya mengetahui semuanya dari awal. Bahkan saat pertama kali Eva datang di mansion ini, saat Adam menghapus semua memori Eva, ia telah mengecek kondisi Eva. Eva tak hamil. Ia melakukan dan mau mengikuti semua permainan ini hanya untuk keberhasilan nya. Ya... Ini salah satu taktik Adam.Tahu Amritha? Dia meminta Adam untuk bekerja sama, Adam dan Amritha memang salin
Happy Reading♡♡♡♡♡♡♡"Hisk... Adam aku--""Berhenti! Jangan katakan apapun!" Adam berjalan mendekati Eva.Diambilnya wajah cantik Eva. 'Aku tak pernah menyangka Eva manisku bisa seliar itu! Aku tak percaya evaku ini begitu murahan,' ucap Adam dengan tatapan kekecewaan.Eva menggeleng,ia tak tahu apapun. Ia bahkan tak tahu jika ia sedang mengandung. Dan lagi ia pikir dengan mengatakan ia hamil pada Adam akan membuat Adam melepaskannya saja. Eva hanya ingin lepas dan pergi dari tempat itu saat ini juga."Tak apa... Aku akan selalu menerimamu Eva,kau tahu itu kan?" Raut wajah Adam berubah,bukan lagi kekecewaan,melainkan senyuman yang mematikan."Aku bisa membunuh bayi itu dan menggantinya dengan bayi kita nantinya kan?" Ucap Adam dengan entengnya."Sialan!" Rean maju dan langsung menusuk Adam di punggu
Happy Reading!!♡♡♡♡♡♡♡'Brak'Adam membuka paksa pintu kamar yang telah Eva kunci dari dalam. Tanpa mempedulikan apapun ia kemudian mendekati Eva dan memeluknya sangat erat. Tentu saja Eva sangat ketakutan. Jujur saja, Eva sangat meragukan Adam saat ini."Adam! Lepaskan!" Eva mencoba melepaskan pelukan Adam yang begitu erat, namun sayang Adam enggan melepaskan pelukannya di tubuh gadis yang paling ia cintai itu."Kau marah padaku Eva?" Adam menghirup harus lavender yang menguat dari leher Eva. Ahh, sangat menenangkan.Eva diam, posisinya saat ini begitu intim. Bagaimana tidak Adam memeluk pinggang Eva dan mendudukkannya di pangkuan Adam. Posisinya yang membuat Eva merasakan hembusan nafas Adam yang begitu terasa di lehernya. Huh! Adam menciumi leher Eva dengan sangat lembut."Apa kini kau
Happy Reading!!♡♡♡♡♡♡♡"Bibi.. Hisk, Adam bi.. " Eva menangis, ia merasa bersalah pada Adam. Masakanya membuat Adam terluka seperti ini."Hisk.. Aku membuat Adam sakit karena makanan itu.. Bibi.. Adam ..hiskk" tangis Eva tak kunjung henti sedari tadi.Helen tak bisa berbuat apapun, ia memeluk Eva dan mencoba menenangkan gadis muda itu, 'Eva ini bukan salahmu, dokter sedang memeriksa tuan Adam, dia akan baik-baik saja' ucap Helen meyakinkan.'Cklek'Pintu kamar Adam terbuka, seorang dokter muda keluar dari sana, 'dok, bagaimana kondisi Adam?' Eva langsung bertanya dengan penuh kekhawatiran."Tuan Adam bukanlah orang yang lemah, ia tentu baik-baik saja.. Kau tenang saja" ucap si dokter muda tadi-- Smith."Ah.. Syukurlah..." Eva mengelus dadanya dan bernafas lega.Ia merasa sa
"Bi, aku akan membantumu... " Eva saat ini sedang berada di dapur mansion itu dengan niat ingin membantu Helen dan pelayan lain menyiapkan makan malam."Eva, tak perlu... Kami akan mengerjakanya.." tolak Helen secara lembut, bukan apa-apa, mereka hanya takut jika Eva tergores pisau, atau terciprat minyak panas saat membantu mereka di dapur, bisa-bisa Adam akan mencambuk mereka satu-persatu."Ayolah bi, aku sangat bosan... Aku juga akan memasak saja bersama kalian.. ""Tapi tuan Adam akan marah nanti.." celetuk salah seorang pelayan muda disana."Kalian tenang saja, aku nanti akan berbicara pada Adam. Lagipula aku kan calon istri Adam, aku harus memasak untuknya" senyum Eva secerah matahari p
"Eva!! " panggil seseorang dari belakang Adam dan Eva."Siapa? " ucap Eva lirih sambil menatap wajah orang itu."Aku Rean.. Tunanganmu.. "'Deg'"Rean? " beo Eva binggung, lantas bangkit dan mengamati Rean.Adam mengepalkan jarinya, ini di luar perkiraan. Ia tak menyangka akan ada orang yang mengenal bahkan mengatakan jika dia adalah tunangan Eva?! Hell no!! Eva akan selalu menjadi milik Adam."Eva.. Kau kemana saja? Aku mencarimu semenjak tiga hari yang lalu.. Eva.. " Rean mendekati Eva yang menatapnya penuh tanya.'Grep'Rean memeluk Eva secara reflek, baru satu detik Adam sudah menendang keras tulang kering Rean hingga membuat Rean jatuh ke tanah dan meringis kesakitan."Akkhsss""Rean" Amrita mendekati Rean dan membantu temanya itu.Amrita mema
Di sana, di sebuah ranjang yang nampak sangat nyaman, Adam memeluk Eva dengan penuh rasa."Eugnhh.. " Eva mulai membuka matanya, rasanya ia tertidur begitu nyenyak.Eva menelisik dan menemukan Adam disebelahnya tertidur damai dengan tangannya memelul pinggang Eva penuh kepemilikan. Eva bersemu malu, sungguh Eva tak suka berdusta, tapi,"Adam tampan sekali.. " gumam Eva mengamati wajah Adam, lalu tanpa Eva sadari, sedari tadi Adam sudah terbangum.'Cup'"Adam! " rajuk Eva kaget, pasalnya Adam tanpa permisi mengecup bibirnya bahkan dengan mata yang masih tertutup.Kecupan ringan yang sedikit renyah. Ah.. Sebut saja frenchkiss"Kau.. ""Kau manis Eva.. Sangat manis.. " Adam membuka matanya, dan kini jarak diantara mereka sudah kandas, bahkan hidung mereka bersentuhan.Eva dapat dengan jelas melihat bagaimana rupawanya seorang