Home / Romansa / Obsession In Love / Bab 57 Pengkhianat

Share

Bab 57 Pengkhianat

Author: Nuvola
last update Last Updated: 2024-12-03 19:11:03

Arin bangun di pagi hari, dia melihat Samuel yang tengah tidur. Tangan Samuel memeluknya dengan posesif membuat Arin pelan-pelan mengangkat tangan itu agar menyingkir darinya.

Arin segera masuk ke dalam kamar mandi, dia menyikat gitinyat di depan wastafel. "Sayang kenapa tidak membangunkanku?" tanya Samuel yang masuk ke dalam kamar mandi dan langsung memeluk Arin dari belakang.

"Aku juga baru bangun," jawab Arin setelah selesai menyikat gigi. "Sana Mas keluar, aku mau mandi."

"Mandi berdua," ucap Samuel.

"Tidak mau," tolak Arin.

"Tapi anak kita mau, iyakan Sayang?" tanya Samuel yang mengusap perut Arin.

Arin mengerucutkan bibirnya dia membiarkan Samuel berada di sana. Samuel menyikat giginya dan Arin mulai melepas pakaian. Arin berdiri dibawah shower membiarkan air hangat membasahi dirinya. Tak lama Samuel pun bergabung, keduanya saling menatap hingga Samuel mencium bibirnya.

"Mas ingat kita di kamar mandi," ucap Arin mendorong dada Samuel.

"Iya Sayang, aku tidak mungkin mencel
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Obsession In Love   Bab 58 Siksaan

    Arin keluar dari kamar bersama dengan Fani dan Sinta mereka berjalan ke ruang makan untuk makan malam. Saat keluar dari lift, mereka melihat Kakek Indra yang juga akan ke ruang makan. Arin langsung berlari menghampiri Kakek Indra. "Kakek," panggil Arin. "Jangan berlari Sayang," tutur Kakek Indra membuat Arin tersenyum. "Mas Samuel kok belum pulang ya Kek? Dia juga belum memberi kabar," ucap Arin yang melingkarkan tangannya di lengan Kakek Indra."Lagi sibuk mungkin," jawab Kakek Indra.Keduanya sampai di ruang makan, Arin lalu mengambilkan makanan untuk Kakek Indra. "Silahkan dimakan, Kek," ucap Arin yang meletakkan piring itu di depan meja Kakek. "Terimakasih Sayang."Mereka pun makan malam bersama dengan sesekali mengobrol, Kakek Indra memberikan perhatian penuh kepada Arin. Selesai makan Fani mendekat ke arah Arin. "Nyonya, Rocky memberi kabar jika Tuan akan pulang terlambat hari ini," tutur Fani. Arin menganggukan kepalanya, dia pun memilih kembali ke kamar setelah menganta

    Last Updated : 2024-12-05
  • Obsession In Love   Bab 59 Siksaan

    Samuel terbangun dari tidurnya saat Arin menyingkirkan tangannya. "Baby, mau kemana?" tanya Samuel yang kemudian menarik Arin kembali ke pelukannya. "Mau pipis," jawab Arin. Samuel melihat jam yang masih menunjukkan pukul tiga pagi. Samuel pun melepaskan Arin, Arin segera bangkit dari tempat tidur dia masuk ke dalam kamar mandi. Samuel pun ikut bangkit dia mengikuti Arin ke dalam kamar mandi. "Mas kan bisa gantian!" sungut Arin karena dia masih buang air kecil. Samuel nampak acuh dia tidak peduli dengan Arin yang kesal, Arin segera keluar setelah ia selesai. Dia kembali naik ke atas tempat tidur, dan Samuel pun menyusulnya. "Sayang," panggil Samuel yang menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Arin. Arin tidak menanggapi Samuel hingga Samuel semakin bertindak jauh, dia mencium leher Arin hingga meninggalkan bekas merah. "Mas." Arin mendorong dada Samuel agar menghentikannya. Tanpa menghiraukan Arin dia langsung melumat bibir Arin membuat Arin membuka matanya. Tapi de

    Last Updated : 2024-12-06
  • Obsession In Love   Bab 60 Pesta

    Arin duduk di taman dia membaca sebuah berita di layar ponselnya. Dalam artikel itu mengatakan jika Perusahaan Venus semakin berkembang. Arin menatap layar ponselnya cukup lama hingga dia tidak menyadari kehadiran Samuel di belakang dirinya. "Apa kamu butuh bantuanku, Baby?" tanya Samuel membuat Arin menoleh. Karena Samuel yang membungkuk hingga wajahnya tepat di samping Arin membuat Arin mencium pipinya "Mas kamu ngagetin," gumam Arin menepuk lengan Samuel. "Kok sudah pulang?" tanya Arin ketika melihat jam menunjukkan pukul sembilan pagi. "Ada yang ketinggalan jadi Mas pulang," jawab Samuel yang mengusap kepala Arin laku dia duduk di samping Arin. "Bagaimana sayang, apa kamu perlu bantuan Mas?""Untuk saat ini tidak perlu, aku hanya perlu uang Mas saja." Samuel hanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Maaf akhir-akhir ini aku menghabiskan banyak uang.""Nominal itu masih kecil Sayang.""Sepuluh milyar bagi Mas kecil tapi dengan tidak tahu malu menagih seratus juta?"Samuel terkekeh

    Last Updated : 2024-12-06
  • Obsession In Love   Bab 61 Menantang

    Elio berjalan ke arah Ola ketika dia melihat kekasihnya yang terlibat masalah. "Baby ada apa?" tanya Elio. "Tidak apa-apa," jawab Ola dengan tersenyum. Sebuah tangan tiba-tiba melingkari pinggang Arin membuat Arin menoleh. "Baby, maafkan aku yang terlambat," tutur Samuel. "Tidak apa-apa, sejak tadi aku ditemani Ola kok," ucap Arin membuat Samuel menatap Ola dan Elio. "Bu Ola Pak Elio terimakasih karena telah menemani istri saya," tutur Samuel. "Sama-sama, lagipula saya disini juga tidak punya teman," jelas Ola yang kemudian mengulum tawanya. Arin merasa jika Ola adalah teman yang cocok untuknya, dia tidak suka menjilat. Bahkan berani melawan tanpa melihat siapa musuhnya, meskipun begitu dia juga tidak malu untuk minta maaf jika dia yang bersalah. Pukul sembilan lewat dua puluh menit Samuel membawa Arin untuk pulang. Di dalam mobil Samuel melepaskan hak tinggi yang Arin kenakan. "Lelah ya?" tanya Samuel. Arin menyandarkan kepalanya di dada Samuel, dia terlihat manja membuat Sam

    Last Updated : 2024-12-07
  • Obsession In Love   Bab 62 Butik

    Arin berada di sebuah mall dia ingin berbelanja, Arin tidak sendiri dia di temani oleh Ola. Keduanya berjalan ke salah satu butik tempat biasa Ola membeli pakaian. "Kak, bagus tidak?" tanya Ola kepada Arin dengan menunjukkan dress berwarna biru. "Cocok untuk kamu," jawab ArinArin membuat Ola tersenyum. "Kalau ini cocok untuk Kakak," ucap Ola yang menunjukan sebuah lingerie berwarna hitam. Arin langsung melotot membuat Ola terkekeh, "Sungguh ini akan membuat Kakak semakin seksi," bisik Ola. Arin memukul lengan Ola. "Cewek kampung bisa masuk sini juga?" ujar seseorang berada tepat di belakang mereka. Tawa Ola seketika menghilang ketika mendengar suara itu. Arin menghela nafasnya dia menghafal pemilik suara itu. Ola langsung menatap Clara dengan malas, lalu meletakkan kembali lingerie itu. "Oh mau beli lingerie pasti buat nanti malam sama gadun kalian ya?" tutur Iren yang melihat lingerie yang sangat seksi itu. Ola dan Arin saling pandang keduanya malas meladeni mereka. Ola mengemb

    Last Updated : 2024-12-07
  • Obsession In Love   Bab 63 Kelicikan Clara

    Arin berada di dapur dia menatap punggung Samuel dia tersenyum saat Samuel melangkah ke arahnya. "Silahkan dinikmati, Nyonya," ucap Samuel yang menyajikan steak di depan Arin. Arin tadi memang meminta Samuel untuk membuat steak karena dia menginginkannya. Dia tidak menyangka jika suaminya langsung menuruti permintaannya itu. Samuel seperti tidak kesulitan untuk membuat steak yang Arin minta. Arin mengambil pisau untuk memotong steak itu lalu dia memakannya. Samuel menatap Arin menunggu reaksi istrinya tersebut. Arin menggoyangkan kepalanya membuat Samuel langsung tahu jika Arin menyukai makanan itu. "Kakek dimana Mas?" tanya Arin yang belum melihat batang hidung Kakek Indra. "Tidur, tadi Paman Hendrik mengatakan jika Kakek tidur setelah minum obat," jelas Samuel. "Oh ya besok aku ke cafe ya Mas," tutur Arin. "Kamu tidak lelah Sayang tiap hari keluar?" tanya Samuel yang mengkhawatirkan istrinya itu. Arin menggelengkan kepalanya, "Justru aku senang karena berada di rumah t

    Last Updated : 2024-12-08
  • Obsession In Love   Bab 64 Keluarga Berantakan

    Arin bersama dengan Luna menuju ke hotel saat mobil berhenti Arin tak langsung turun karena dia mengenal seseorang. "Ada apa Nyonya?" tanya Luna. "Cari tahu apa yang wanita itu lakukan di hotel," ucap Arin menunjuk Bella yang keluar dari hotel bersama dengan seorang pria."Baik Nyonya," jawab Luna yang kemudian lebih dulu keluar dari mobil. Arin masih berada di dalam mobil melihat Bella yang masuk ke dalam mobil bersama pria muda itu. Setelah mobil Bella pergi dari area hotel maka Arin pun turun dari mobil. Mereka masuk ke dalam hotel menuju ke ruangan khusus, tak lupa Arin memakai masker karena dia tidak mau para karyawan melihat wajahnya. "Nyonya," panggil Luna yang menyambut Arin. Arin duduk di sofa, "Bella masuk ke hotel tadi pagi dan setelah saya telusuri ternyata dia sering keluar masuk hotel ini," jelas Luna. "Sekarang aku tahu sifat Miko menurun dari siapa," gumam Arin dalam hati yang membuat sudut bibirnya terangkat. "Apa perlu saya cari tahu lebih dalam lagi, Nyonya?" t

    Last Updated : 2024-12-08
  • Obsession In Love   Bab 65

    Samuel pulang ke rumah dia langsung menuju ke kamar, Arin terlihat memakai dress berwarna pink. Dia langsung berjalan ke arah Samuel membantu Samuel melepas jas dan dasinya. "Pulang jam berapa tadi?" tanya Samuel. "Jam satu lewat," jawab Arin. "Oh ya tadi Ola main ke sini, maaf tidak izin dulu sama Mas," sambung Arin."Tidak apa-apa Sayang, ini rumah kamu jadi kamu bebas membawa siapapun kecuali laki-laki ya," tutur Samuel yang kemudian mencium bibir Arin. "Aku mandi dulu ya gerah," tutur Samuel yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Arin menyiapkan pakaian untuk Samuel lalu dia meminta Sinta membawa kopi dan cemilan ke kamar. Tak butuh waktu lama Sinta pun datang membawa kopi untuk Samuel, Arin membiarkannya masuk ke dalam kamar. Sinta meletakkannya di atas meja lalu dia langsung keluar dari kamar itu. Samuel keluar dari kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Dia segera memakai pakaiannya lalu duduk di samping Arin. "Irawan tadi ke kantor," ucap Samuel. "Un

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • Obsession In Love   Bab 119 End

    Langit pagi itu mendung, seolah menyelimuti bumi dengan kesedihan yang tenang. Angin bertiup lembut, menyapu dedaunan yang jatuh di sepanjang jalan menuju pemakaman. Arin berdiri diam di depan dua nisan yang tertata rapi, dengan nama kedua orang tuanya terpahat di atas batu marmer putih. Matanya berkaca-kaca, tapi bibirnya menyunggingkan senyuman kecil yang penuh makna. Di sampingnya, Samuel berdiri memegang Noah yang tertidur dalam pelukannya. Bayi mungil itu tampak tenang, seolah memahami bahwa hari ini adalah momen penting bagi mamanya. Sementara itu, Fani berdiri beberapa langkah di belakang mereka, menjaga jarak, tapi tetap waspada seperti biasanya. Arin menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. “Akhirnya, aku kembali ke sini, Ayah, Ibu,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. Suaranya bergetar, tapi ia mencoba untuk tetap tegar. “Aku tahu... sudah terlalu lama aku tidak datang. Tapi sekarang, aku punya banyak hal yang ingin aku ceritakan.” Samuel

  • Obsession In Love   Bab 118

    Mila masuk ke apartemen bersama dengan Rocky, Rocky langsung berlutut untuk melepaskan heels yang Mila kenakan. “Aku bisa sendiri, Mas.”“Tapi selama ada aku, kamu tidak boleh melakukannya sendiri,” ucap Rocky yang menarik hidung Mila. “Bagaimana apa kamu lelah? Atau mual?“Tidak Mas, aku baik-baik saja. Gerah sekali, aku mau mandi dulu ya.”“Jangan mandi malam-malam,” larang Rocky.Dari dulu Rocky memang perhatian tapi setelah mengetahui jika Mila hamil dia semakin perhatian.“Gerah Mas.”“Nanti sakit Sayang, sudah ayo ganti baju lalu tidur,” tutur Rocky yang langsung menggendong Mila. Mila dengan refleks mengalungkan tangannya di leher Rocky. Mila akhirnya patuh dengan perkataan Rocky yang melarangnya untuk mandi. Dia hanya mengganti pakaiannya dengan baju tidur. “Loh Mas kok mandi?” protes Mila. “Gerah.”“Curang!”Rocky mencium pipi Mila dengan gemas, “Aku khawatir kamu sakit, Sayang. Kita tidur ya.”Rocky menuntun Mila naik ke atas tempat tidur, dengan lengan Rocky sebagai bant

  • Obsession In Love   Bab 117 Kelahiran dan Kematian

    Malam itu begitu tenang. Samuel duduk di samping Arin yang terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, tetapi senyum kecil tak pernah lepas dari bibirnya. Di pelukannya, seorang bayi mungil yang baru saja lahir beberapa jam lalu. "Noah," bisik Samuel, matanya menatap lembut ke wajah anak itu. "Aku ingin menamainya Noah. Untuk menghormati Ayahmu, Arin. Dia pasti bangga." Arin tersenyum meski lelah. Air mata hangat mengalir dari sudut matanya. "Noah... Nama yang indah.”Samuel membelai rambut Arin dengan penuh kasih. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk menjaga dua orang yang paling ia cintai ini dengan segenap jiwa raganya. "Kamu tahu, aku tidak pernah seberharap ini sebelumnya," ujar Samuel, suaranya pelan tapi penuh emosi. "Melihat kamu dan Noah… rasanya seperti semua perjuangan selama ini terbayar." Arin mengangguk kecil. Tubuhnya masih lemah setelah proses persalinan yang cukup panjang. Tapi melihat bayi mereka yang sehat dan Samuel yang selalu ada di sisinya, ia meras

  • Obsession In Love   Bab 116

    Mentari pagi menyelinap dari celah-celah tirai jendela kamar tidur mewah milik Samuel dan Arin. Suara burung yang berkicau terdengar lembut, seolah menyambut hari baru yang penuh kebahagiaan. Arin membuka matanya perlahan. Dia menoleh, menemukan Samuel yang sudah duduk di tepi ranjang, mengenakan kemeja putih yang digulung di bagian lengannya. Tatapan pria itu hangat, penuh cinta. “Pagi, istriku,” sapa Samuel sambil tersenyum. Arin tersenyum kecil, matanya masih setengah mengantuk. “Pagi, suamiku. Kenapa bangun pagi-pagi sekali? Biasanya kamu kan malas-malasan dulu.” Samuel tertawa kecil, lalu membelai rambut Arin dengan lembut. “Aku cuma ingin memastikan kamu istirahat dengan cukup. Lagipula, ada sesuatu yang spesial hari ini.” Arin mengerutkan kening, bingung. “Spesial? Apa? Hari ini bukan ulang tahun kita, kan?” Samuel mengangguk pelan, wajahnya penuh rahasia. “Nanti juga kamu tahu. Yang penting sekarang, kamu siap-siap, ya. Aku mau kita habiskan hari ini dengan santai, cu

  • Obsession In Love   Bab 115

    Pagi itu, Arin berdiri di depan gedung utama Venus Corporation. Bangunan megah itu terlihat kokoh, tapi di matanya, gedung itu seperti menyimpan luka lama. Perusahaan yang dulu milik kedua orang tuanya telah mengalami begitu banyak perubahan buruk di tangan Irawan. Namun sekarang, semuanya ada di tangannya. Arin menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya. Ini adalah langkah besar, dan dia tidak boleh gagal.Di sampingnya, Samuel berdiri dengan tenang. Wajahnya seperti biasa, penuh ketegasan, tapi ada senyum kecil yang membuat Arin merasa lebih percaya diri.“Kamu yakin bisa handle semuanya?” tanya Samuel, memecah keheningan.Arin menoleh, tersenyum tipis. “Aku harus bis. Ini perusahaan orang tuaku, Mas. Aku tidak bisa biarin apa yang mereka bangun terbuang sia-sia.”Samuel mengangguk. “Kalau kamu butuh bantuan, Mas selalu ada. Mas tahu ini berat, tapi kamu tidak sendirian.”Mendengar itu, Arin merasa lebih lega. Ada kekuatan dalam kata-kata Samuel yang membuatnya yakin la

  • Obsession In Love   Bab 114

    Clara berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Gaun merah yang membalut tubuhnya terlihat sempurna, namun wajahnya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Senyum tipis menghiasi bibirnya, meskipun hatinya penuh amarah. Samuel. Nama itu terus berputar di kepalanya. Dia ingat betul bagaimana pria itu menatapnya dingin beberapa hari yang lalu, menolak kehadirannya tanpa sedikit pun ragu.“Dia tidak bisa terus seperti ini,” gumam Clara pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. Matanya menatap pantulan dirinya dengan tajam, seolah mencoba meyakinkan diri bahwa dia masih punya kendali. ---Di ruang tamu, Irawan berdiri dengan wajah merah padam. Di depannya, Bella berdiri dengan koper besar di tangannya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, tidak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini terlihat dingin dan penuh kebencian. “Kamu mau ke mana?” suara Irawan terdengar keras, hampir seperti teriakan. Bella menatapnya dengan tenang, tapi sorot

  • Obsession In Love   Bab 113 Kedatangan Samuel

    Pagi itu, suasana kantor pusat Venus terasa berbeda. Setelah konfrontasi besar yang terjadi kemarin, berita tentang keberanian Arin menyebar seperti api. Namun, meski kemenangan awal itu membuat hatinya sedikit lega, ia tahu ancaman belum berakhir. Irawan dan Clara tidak akan tinggal diam. Arin duduk di ruangannya, memandangi secangkir teh yang sudah dingin. Matanya menatap kosong ke luar jendela besar, pikirannya melayang pada langkah selanjutnya yang harus ia ambil. Fani mengetuk pintu perlahan sebelum masuk dengan membawa beberapa dokumen.“Nyonya Arin, ini proposal yang harus Nyonya tandatangani untuk rapat siang nanti,” ujar Fani sambil meletakkan map di meja. “Dan tadi ada kabar dari Tuan Samuel. Katanya beliau sudah di jalan ke sini.”Arin tertegun, menoleh cepat ke arah Fani. “Mas Samuel... akan datang ke sini?”“Iya, Nyonya. Katanya mau mendukung Ibu langsung di hadapan para pemegang saham,” jawab Fani dengan senyum kecil. “Sepertinya beliau tidak mau cuma diam melihat Nyony

  • Obsession In Love   Bab 112 Konfrontasi di Venus

    Langit pagi itu cerah, tapi hati Arin penuh badai. Di balik ketenangan wajahnya, ada amarah yang telah lama ia simpan. Hari ini, ia akan menyelesaikan semuanya, mengembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya—Venus, perusahaan yang dibangun oleh kedua orang tuanya dengan penuh cinta dan kerja keras. Terakhir dia memang berhasil membuat Irawan dan Clara diusir tapi dengan licik mereka memanipulasi semua lagi. Para pemegang saham lebih percaya dengan omongan mereka daripada ArinArin berdiri di depan cermin besar di kamar utama. Gaun formal berwarna hitam yang ia kenakan memancarkan aura kekuatan. Rambutnya disanggul rapi, memberi kesan elegan namun tegas. Di belakangnya, Fani berdiri dengan tangan di pinggang, seperti biasa dengan ekspresi serius.“Bu Arin, semua dokumen sudah siap. Rekaman suara dan bukti saham yang Ibu minta sudah saya simpan di tas kerja. Kalau ada yang coba macam-macam, saya juga sudah siap.” Fani.Arin tersenyum tipis. “Terima kasih, Fani.”Ruang rapat di lant

  • Obsession In Love   Bab 111

    Pernikahan Mila dan Rocky berjalan dengan sangat lancar. Arin yang ikut menyaksikan pernikahan mereka pun ikut merasa senang. Pernikahan yang penuh kebahagiaan dan rasa haru itu mampu membuat Arin sedikit iri. Iri karena kedua orang tua Mila yang hadir, kasih sayang orang tua Mila membuat Arin merindukan kedua orang tuanya. Samuel yang menggandeng tangan Arin merasakan tangan itu semakin dingin. "Apa kamu baik-baik saja, Baby?" tanah Samuel yang nampak cemas. Arin menganggukan kepalanya dengan tersenyum kecil. Samuel tak bisa ia bohong dia mengerti jika Arin sedang tidak baik-baik saja. Tapi Samuel tak mau bertanya lebih karena mereka belum kembali ke rumah. Keduanya berjalan keluar dari gedung pernikahan itu, Alec membukakan pintu mobil untuk mereka. Arin dan Samuel pun segera masuk ke dalam mobil. Samuel membawa Arin agar bersandar di dadanya. Pria itu mencium puncak kepala Arin membuat Arin merasa nyaman. Diusapnya perut Arin yang sudah membesar itu. "Baik-baik ya Sayang di dal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status