Ini hari ketiga dimana Arin koma, Samuel masih setia menunggunya di ruangan itu. Dia tidak pernah kelaur dari sana sekalipun dokter memeriksa Arin. Rumah sakit itu miliknya sehingga para dokter tak berani menentang perkataan Samuel. Sedangkan Kakek Indra sesekali menjenguk Arin, awal Kakek Indra ke rumah sakit itu dia langsung melayangkan tamparsn di pipi Samuel. Berkali-kali Kakek Indra memperingati Samuel agar bersikap lembut kepada Arin. Tetapi perkataan itu tidak pernah di dekat Samuel, dia terlalu terobsesi kepada Arin hingga tak ingin memberikan sedikit celah pun. Apa yang terjadi terakhir kali karena dia cemburu, dia cemburu karena Arin berdekatan dengan pria lain. Hingga dia pun tidak berpikir jernih dan justru membuat Arin hancur. "Maafkan aku, aku mohon bangunlah," pinta Samuel sekian kalinya. Terus memohon dan memohon agar wanitanya membuka mata. Samuel nampak berantakan, dengan rambut yang tumbuh di wajahnya. Tak terlihat seperti Samuel yang biasanya berwibawa dengan m
Hari ini Arin sudah di perbolehkan pulang Samuel dan Kakek Indra menjumputnya. Melihat Kakek Indra yang datang membuat senyum Arin mengembang. "Apa kamu benar-benar sudah membaik?" tanya Kakek Indra. "Sudah Kek," jawab Arin dengan tersenyum. Samuel mengambil kursi roda untuk Arin, sebenarnya Arin sudah mengatakan jika dia bisa berjalan keluar dari rumah sakit sendiri. Tetapi Samuel memaksanya untuk menggunakan kursi roda. Mau tak mau Arin mengikuti perkataan Samuel. Mereka keluar dari rumah sakit dan di depan lobi mobil mereka sudah menunggu. Kakek Indra menggunakan mobil berbeda dari Arin dan Samuel. Di perjalanan Arin menatap ke luar jendela, ia masih tidak percaya dengan statusnya ini. Samuel sendiri sudah menunjukkan buku nikah mereka dan itu benar-benar membuat Arin terkejut. Meskipun Samuel sudah menunjukkan bukti tetap saja Arin merasa canggung dengan Samuel. Karena ingat dia Samuel adalah dosen pembimbingnya yang terkenal killer di kampus. Sangat aneh jika mereka menikah.
Arin keluar dari kamar mandi, Fani dan Sinta sudah mengambilkan pakaian ganti untuknya. Sebenarnya mereka ingin membantu Arin untuk memakai pakaian tetapi Arin menolaknya. Dia sangat malu jika mereka terus membantunya memakai pakaian dan sesuai pesan Samuel kepada mereka untuk menuruti perkataan Arin mereka pun patuh kepada Arin. Selesai mengenakan pakaian mereka membanti Arin mengeringkan rambutnya. Pintu kamar Arin di buka terlihat Samuel dengan setelan jasnya. "Sudah selesai, Baby?" tanya Samuel yang dijawab anggukan kepala. "Ayo sarapan, Kakek sudah menunggu di bawah," ajak Samuel. Arin pun melangkah ke arah Samuel, Samuel menggenggam tangan Arin membawa Karin ke ruang makan. Arin terus menundukkan kepalanya, dia merasa aneh dengan semua ini. "Angkat kepalanya Baby," bisik Samuel membuat Arin semakin merinding. Samuel mencium puncak kepala Arin membuat Arin seakan tersengat aliran listrik. Ting! Pintu lift terbuka membuat Arin segera melepaskan genggaman tangan Samuel dan kel
Jam menunjukkan pukul delapan malam, Arin baru saja selesai makan malam. Dia tidak kembali ke kamar, pikirkan sangat kacau tentang Samuel dan suara tembakan itu malah terdengar jelas di telinganya. "Baby kenapa disini?" Deg! Suara itu mempu membuat Air membeku, ia mendongakkan kepalanya menatap pria yang berada di hadapannya sekarang. Samuel menatapnya dengan tersenyum kecil, terlihat lembut dan penuh kasih sayang. Jika ingatan itu tidak kembali mungkin Arin langsung terpesona melihatnya. "Ayo masuk," ajak Samuel tetapi Arin masih diam di tempatnya. "Aku tidak akan menyakitimu Sayang, aku hanya tidak mau kamu sakit. Udara disini dingin, tenang saja aku tidak akan menyentuhmu," tutur Samuel dengan lembut membujuk Arin agar mau mengikutinya. Arin akhirnya mengikuti perkataan Samuel dia masuk ke dalam rumah menuju ke kamar utama. Terlihat jelas di mata Samuel bagaimana Arin takut kepadanya hingga memberi jarak di antara mereka. Samuel membuka pintu kamar dia lalu masuk ke dalam kama
Selesai berganti pakaian Arin langsung naik ke atas tempat tidur, dia menutup tubuhnya menggunakan selimut. Baru beberapa menit memejamkan mata Arin merasakan bahwa tempat tidur di sampingnya bergerak. Ia pun membuka matanya, terlihat Samuel yang ikut berbaring di sebelahnya. "Apa aku masih belum boleh tidur disini?" tanya Samuel yang melihat tatapan Arin yang tidak bersahabat. "Tentu saja boleh karena ini rumah Anda," jawab Arin membuat Samuel tersenyum. Tetapi detik kemudian senyum itu pun lenyap ketika Arin turun dari tempat tidur. "Kembali ke tempat tidur," ucap Samuel yang bangkit dari tempat tidur dengan membawa bantal. Dia langsung merebahkan dirinya di atas sofa. "Tidak apa-apa tiap hari badan terasa remuk yang penting masih satu kamar sama istri," gumam Samuel yang sengaja agar terdengar Arin. "Saya pindah kamar saya." "Jangan buat aku marah Baby," ucap Samuel dengan suara beratnya. "Kalau begitu kenapa Anda tidak minta maid menata kasur lagi di kamar ini, lag
Beberapa hari ini Samuel sibuk dengan pekerjaan yang sangat penting, perusahaan pusat Italia mengalami masalah. Samuel mendapatkan kerugian lebih dari lima milyar dolar. Tetapi dengan dia yang berada di sana selama beberapa hari mampu membuat perusahaan kembali stabil. Bahkan harga sahamnya kini meningkat tiga puluh persen, semua kerugian yang Samuel dapat telah tertutupi. Samuel pun mengambil alih perusahaan yang membuatnya mengalami kerugian. Dia tidak membiarkan siapapun membuatnya rugi sedikit pun. Semuanya akan Samuel hancurkan bahkan dia tidak memandang usia. Besok pagi Samuel berencana kembali dia sangat merindukan istri tercintanya itu. Sekarang Samuel tengah bersiap untuk pergi ke pesta yang dia adakan untuk merayakan kehancuran musuh yang berani mengusiknya. Dia sengaja membuat pesta besar untuk memberi peringatan agar tidak ada yang berani mengusiknya lagi. Dengan setelan tuxedo hitam Samuel berjalan memasuki gedung acara itu. Semua mata memandang dirinya dia dengan acuh
Seharian ini Samuel menemani Arin keluar rumah, setelah melihat cafe dan hotel dia menuruti semua keinginan Arin. Hingga membawa Arin ke pantai, senyum terlihat di wajah Arin yang cantik. Jam menunjukkan pukul delapan malam ketika mereka memasuki area rumah. Samuel keluar dari mobil lebih dahulu untuk membukakan Arin pintu mobil. Keduanya lalu masuk ke dalam rumah, saat membuka pintu Arin merasa suasana rumah yang nampak berbeda. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah itu, nampak sepi tak terlihat satu pun maid dan bodyguard ada di dalam rumah. "Kenapa sepi sekali?" tanya Arin yang menoleh ke arah Samuel. Samuel tidak langsung menjawabnya dia justru memeluk Arin dari belakang. "Pak lepas!" seru Arin tetapi diabaikan oleh Samuel. "Aku sengaja meliburkan mereka semua," bisik Samuel membuat Arin menaikan alisnya. "Bukankah tadi sudah aku katakan jika kamu keluar menggunakan rok ini maka malam ini aku tidak akan melepaskanmu," sambung Samuel yang membuat Arin bergetar. "Buk
Hubungan Arin dan Samuel semakin membaik, Samuel tidak pernah lagi berbuat kasar. Justru Samuel yang sekarang tidak berani melawan Arin, semua yang Arin inginkan maka dia akan penuhi. Arin pun bisa keluar rumah meskipun dalam penjagaan ketat tetapi Arin cukup senang. Sekarang Arin masih berada di taman yang berada di rumah itu. Fani dan Sinta berdiri tak jauh darinya, Arin hanya menghabiskan waktu sore untuk melihat taman itu. Saat sore dia sering sekali berada disana, mungkin bisa dikatakan jika taman tempat favoritnya di rumah itu. Arin melihat pohon mangga dan di atas sana ada buah mangga yang masih muda. Air liur Arin terasa ingin menetes ia pun bangkit dari duduknya menuju ke pohon itu. "Apa Nyonya menginginkan buah mangga?" tanya Fani yang memperhatikan Ola. "Saya mau itu," ucap Arin. "Tapi itu belum matang Nyonya, di dalam ada buah mangga yang sudah matang biar saya kupaskan," tutur Fani yang kemudian pergi dari sana. "Tetapi itu terlihat lebih menggoda," gumam Arin. "Sint
Mila baru selesai mandi dia memilih mengenakan rok jeans dengan belahan depan hingga selutut. Atasan Mila memakai outer bergaris berwarna biru putih, Mila memang tidak pernah memakai celana atau rok pendek hingga menampilkan pahanya. Pakaiannya terbilang cukup tertutup setiap saatnya meskipun di dalam rumah. Pintu kamar tiba-tiba dibuka oleh Rocky terlihat Rocky yang memakai kemeja biru dan kaos putih. "Sayang ayo makan," ajak Rocky. Mila menganggukkan kepalanya dan dia pun segera mengikuti langkah Rocky. Seorang wanita paruh baya terlihat tengah menata makanan di atas meja. "Oh ya Sayang kenalin ini Bibi Lia yang sering aku panggil untuk membersihkan apartemen," tutur Rocky. "Halo Bi saya Mila," sapa Mila. "Iya Nyonya Mila.""Bibi sudah makan?" "Bibi makannya nanti Nyonya, masih terlalu pagi juga Bibi tidak biasa sarapan.""Oh iya Bi.""Kalau begitu Bibi pamit kembali ke dapur Tuan Nyonya," tutur Bibi Lia dengan sopan yang kemudian pergi dari ruang makan itu. Rocky menarikkan
Mila tidak bisa tidur padahal sekarang sudah tengah malam, perutnya sejak tadi terasa lapar tapi dia terlalu malu untuk makan tengah malam seperti ini. Dia terus menatap jam hingga akhirnya berjalan menuju ke pintu. Beberapa saat Mila hanya berdiri di balik pintu dia ragu untuk membuka pintu itu. Perutnya terus berbunyi mau tak mau Mila membuka pintu. Kepala Mila keluar dari pintu melihat ke kanan kiri yang nampak sepi dan gelap karena lampu sudah dimatikan. Mila pun segera melangkah menuju ke dapur, tidak nampak Rocky disana. Mila membuka kulkas dia mencari sesuatu untuk dimakan. "Cari apa?" "Astaga," ucap Mila yang terkejut karena Rocky tiba-tiba datang. Mila mengusap dadanya karena jantungnya berdetak dengan kencang. Rocky lalu menyalakan lampu terlihat wajah Mila yang gelagapan seolah kepergok melakukan kejahatan. "Kamu lapar?" tanya Rocky. "Iya maaf," jawab lirih Mila. "Kenapa minta maaf?" Rocky mengusap kepala Mila lalu berjalan ke arah lemari kabinet atas. "Mau mie?" tany
Samuel dan Arin kini berada di sebuah restoran Korea, mata Arin nampak berbinar melihat berbagai makanan Korea yang ada di depannya itu. Arin tentu saja langsung memakan topokki yang sejak awal dia incar. Samuel menatap istrinya itu yang tengah makan dengan lahap. Dia mengusap sudut bibir Arin yang belepotan, Arin tersenyum malu saat Samuel membersihkan bibirnya. "Makannya pelan-pelan tidak ada yang mau minta kok," tutur Samuel dengan lembut. "Oh ya aku lama tidak menengok Laura, bagaimana ya keadaannya sekarang?""Mau kesana nanti?" tanya Samuel yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Arin. Samuel pun tersenyum melihat Arin yang sangat antusias. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya Mas," tutur Arin. "Kenapa apa kamu sakit perut?""Tidak, aku hanya kebelet pipis," jawab Arin dengan menunjukkan giginya yang rata. "Mas antar.""Tidak perlu, Mas tunggu disini saja."Arin menolak tawaran Samuel dia menuju ke kamar mandi seorang diri. Dari tempat Arin duduk ke kamar mandi lumayan jauh,
"Seperti kita pulang saja," ucap Mila tiba-tiba. "Kenapa?""Aku datang pulang," jawab Mila dengan ragu. "Kita mampir indomaret dulu ya," tutur Rocky yang langsung berhenti di indomaret karena kebetulan tadi mereka berada dekat dengan indomaret. "Kamu tidak perlu turun, biar aku saja yang turun," sambung Rocky yang kemudian keluar dari mobil. Tapi sebelum masuk ke indomaret tiba-tiba Rocky kembali ke mobil dia mengetuk kaca Mila. Mila pun menurunkan kaca mobilnya. "Kamu biasanya pakai merk apa?""Hah? Maksudnya?""Pembalut, kamu biasanya merk apa?""Aku bisa beli sendiri," tutur Mila yang akan membuka pintu mobil tapi di tahan oleh Rocky. "Diam di dalam, katakan saja padaku.""Yang warna hijau daun sirih lalu yang malam warna biru.""Oke."Rocky kembali berjalan ke indomaret itu, Mila menatapnya bingung hingga tak lama terlihat Rocky yang keluar dari indomaret dengan membawa satu kantong plastik. Karena plastik itu warna putih jadi Mila bisa melihat apa yang Rocky bawa. Mila tidak
Sampai di rumah Arin langsung memberi kabar Samuel jika dia sudah sampai rumah, suaminya itu langsung menelpon dirinya. "Halo Mas.""Sudah makan?""Sudah Mas, tadikan aku sudah bilang kalau aku makan di cafe.""Oh iya, yaudah kamu istirahat jangan kemana-mana lagi.""Iya suamiku yang bawel.""Nanti pulangnya kalau ingin dibelikan sesuatu bilang saja ya.""Oke Mas, yaudah sana Mas lanjut kerja aja.""Iya Sayang, I love you.""I love you more.""I love you more," ucap Samuel kembali yang setelah baru telepon pun dimatikan. Arin merebahkan dirinya di atas tempat tidur dia pun memilih untuk tidur karena cukup lelah. Tak lama kemudian mata Arin langsung terpejam, dia langsung masuk ke alam mimpinya. Sedangkan di tempat lain Clara baru saja kembali menggunakan taxi karena mobilnya di bengkel. Clara malas menunggunya hingga memilih pulang. "Dimana mobilnya?" tanya Bella karena dia tidak tahu jika mobil Clara lecet. "Di bengkel, hanya lecet sedikit. " Bagaimana bisa?""Itu tidak penting
Jam menunjukkan pukul delapan pagi Clara kembali ke kamar setelah dia sarapan. Dia berniat menghubungi Elang, meskipun sekarang Clara berambisi mendapatkan Samuel tetapi dia juga ingin mendapatkan Elang. Dengan tidak sabar Clara menelpon nomor Elang, Elang tak langsung mengangkatnya. Hingga beberapa detik kemudian Elang pun mengangkat teleponnya membuat Clara berjingkrak. "Halo Elang ini aku Clara," ucap Clara. "Oh iya Ra, kenapa?""Mau tanya soal motornya, jadi berapa semuanya Lang?""Tidak usah Clara, kamu tidak perlu ganti rugi lagipula mobil kamu juga lecetkan," tutur lembut Elang membuat jantung Clara berdetak dengan kencang. "Aku tidak enak jika tidak ganti rugi Elang, kirimkan notanya saja.""Tidak usah, pokoknya tidak usah.""Hm baiklah baiklah kalau begitu aku traktir makan siang aja bagaimana?" tutur Clara yang berharap Elang mau menerima tawarannya. "Oke kalau itu boleh deh, tapi aku yang menentukan tempatnya ya.""Tentu saja, mau dimana?""Asteria cafe."Mendengar nam
Irawan mempersilahkan Samuel untuk masuk mereka menuju ke ruang makan. Clara duduk di depan Samuel membuat Samuel bisa melihat dengan jelas belahan dada Clara. Samuel dalam hati terus mengumpat karena mengikuti permintaan istrinya dia berakhir sepe ini. Sangat memuakan bagi Samuel bagaimana Clara terus menerus mencoba menarik perhatiannya. "Apa Tuan Samuel baru saja pulang dari kantor?" tanya Irawan. "Tidak saya dari rumah, saya menemani istri saya makan baru kemari," jelas Samuel terus terang membuat Clara mengepalkan tangannya. Susah payah dia berdandan agar menarik perhatian Samuel bahkan dia menunggu lama Samuel hingga kelaparan tetapi Samuel dengan santainya mengatakan jika dia menemani istrinya makan. Clara sangat kesal mendengar kejujuran Samuel itu. "Kenapa tidak mengajak istrinya ke mari Tuan?" tanya Bella yang masih terlihat ramah. "Dia menemani saya seharian di kantor jadi lelah, apalagi masih hamil. Saya tidak ingin dia kelelahan karena terus menemani saya.""Saya bar
Bella sibuk memilih baju untuk Clara, beberapa gaun yang ada di lemari sudah mereka coba tetapi belum menemukan yang menarik. "Kurang seksi, ganti-ganti," ucap Bella. "Berat badanmu sekarang berapa, perlu diet kamu.""Iya Ma aku tahu aku naik satu kilo.""Bisa-bisa kamu naik banyak! Jaga pola makan, Mama tidak mau kamu gemuk."Clara memutar bola matanya malas, berat badannya sekarang empat puluh satu kilo. Cukup berat bagi Clara untuk harus menjaga berat badan supaya stay di angka empat puluh kilo. Bella mengambil gaun berwarna hitam dengan tali tipis di punggung yang menampakkan punggungnya itu. Bella meminta Clara mencoba gaun itu, Clara tanpa membantah mencobanya. Saat gaun itu telah melekat di badan Clara maka Bella pun langsung tersenyum. Pasalnya punggung putih Clara membuat Clara semakin seksi. Apalagi gaun itu yang sebatas paha membuat paha Clara terpampang jelas. Dengan penampilan seperti itu Bella yakin jika Samuel akan tertarik oleh Clara. Gadis itu juga memiliki wajah y
"Mau minum apa Baby?" tanya Samuel ketika mereka berada di ruangan Samuel. "Apa aja Mas," jawab Arin. "Banyak kerjaan ya, maaf ya aku kesini tanpa ngabarin.""It is okay baby girl." Samuel memberikan kecupan di pipi Arin. "Aku kangen," ucap Arin yang memeluk manja suaminya itu yang tentu saja di balas pelukan oleh Samuel. "Oh ya dia kenapa kemari?""Memberi itu," jawab Samuel menuju sebuah kue yang ada di atas meja. "Katanya anaknya yang buat.""Mungkin dia ingin Mas tertarik dengan Clara," ucap Arin yang melihat kue red velvet itu. Arin mengambil kue itu lalu dia langsung memasukkan ke dalam tong sampah. Melihat apa yang dilakukan istrinya itu membuat Samuel tersenyum. "Aku tak suka ada yang mengganggu hubungan kita lagi.""Apa kamu lupa bagaimana aku terobsesi denganmu dulu?""Tapi namanya laki-laki jika dikasih barang gratis pasti langsung mau.""Bukankah dari dulu aku tak suka gratisan, jangan lupa dulu hanya untuk memantaumu aku membangun Asteria Cafe. Bahkan dulu cafe itu tak