Arin berada di dalam kamarnya, sekarang jam menunjukkan pukul delapan malam tetapi Samuel belum kembali. Dia juga telah mengirim pesan kepada Samuel tetapi belum dibaca. Arin tahu jika suaminya itu pasti masih sibuk. Dering telepon terdengar membuat Arin langsung meraih ponselnya yang dia letakan di atas nafas. Tertera nama Samuel disana maka Arin langsung mengangkat telepon itu. "Halo Mas.""Halo Sayang, maaf maaf baru hubungin kamu," ucap Samuel yang merasa bersalah. "Sebentar lagi Mas jalan pulang ke rumah Kakek, kamu tidur saja kalau udah ngantuk ya," jelas Samuel. Arin melihat jam dinding, "Mas pulang ke rumah saja, ini sudah malam kalau Mas kesini pasti sampainya tengah malam yang ada Mas juga kelelahan.""Tapi Mas kangen.""Kan kita bisa ketemu besok atau lusa," tutut Arin. "Tapi beneran kamu tidak apa-apa.""Tidak apa-apa, Mas urus pekerjaan Mas aja dulu.""Yaudah iya, tapi kamu sudah makan?" "Sudah tadi aku makan sama Kakek, Mas Sam pasti belum makan," tebak Arin membua
Arin tidur dalam pelukan Samuel, Samuel memang memegang ucapannya untuk tidak melakukan hal aneh ketika mereka mandi. Tetapi Samuel melakukannya setelah mereka keluar dari kamar mandi. Sebenarnya dia ingin menahannya karena takut terjadi hal buruk dengan Arin dan anak mereka. Akan tetapi Samuel tidak bisa lagi menahannya, Arin pun tidak bisa menolak pesona Samuel. Saat melakukannya Samuel memastikan itu tidak menyakiti Arin. Arin terbangun dia menatap wajah Samuel yang masih terlelap. Samuel bertelanjang dada hingga Arin bisa melihat perut sixpack nya dan dada bidang itu. Arin lalu mengecup bibir Samuel sebelum dua turun dari tempat tidur. Arin memilih segera mandi sebelum Samuel bangun. Kali ini dia mandi tidak begitu lama hanya sepuluh menit. "Kenapa tidak membangunkan Mas?" tanya Samuel ketika Arin keluar dari kamar mandi dan langsung memeluknya. "Mas semalam belum tidur jadi aku ingin Mas mendapatkan tidur yang cukup," jelas Arin. "Lalu bagaimana dengan kamu? Apa kamu baik-ba
Hari ini Arin meminta Samuel untuk mengantarnya jalan-jalan. Dia ingin menghabiskan waktu di luar bersama suaminya. Arin menatap keluar jendela dia terlihat tersenyum, Samuel hanya memperhatikan istrinya itu. Dia mengelus rambut Arin membuat Arin menoleh, keduanya turun di taman kota. Pagi itu banyak yang berjogging, udara pun terasa segar. Samuel menggenggam tangan Arin, mereka berjalan beriringan. "Kalau lelah bilang ya," ujar Samuel. "Sepertinya sudah puluhan kali Mas mengatakan itu," gumam Arin membuat Samuel terkekeh. Keduanya memutari taman itu, ada beberapa pasangan yang mengajak anak mereka pula. Arin tersenyum melihatnya membayangkan bagaimana dia dan Samuel bersama anak mereka nanti. "Mas," panggil Arin membuat Samuel menoleh ke arahnya. "Aku ingin suatu saat kita seperti itu," ucap Arin. "Iya Sayang, weekend Mas nanti untuk kalian," ujar Samuel yang kemudian mencium kening Arin. "Mas foto yuk," ajak Arin yang kemudian mengeluarkan ponselnya. Samuel langsung menuruti
Setelah makan malam Arin kembali ke kamar untuk tidur, dia sudah berganti baju tidur. "Baby," panggil Samuel membuat Arin menoleh. "Iya kenapa Mas?" tanya Arin. Samuel berjalan ke arahnya dia lalu menunjukkan macbook nya. "Coba kamu lihat lebih suka yang mana?" ucap Samuel menunjukkan beberapa gambar pesawat pribadi. "Untuk apa?""Untukmu, kamu mau yang mana?""Mas?""Jangan menolak," ucap Samuel segera dia sama sekali tidak menerima penolakan. "Ini yang memiliki jendela terbesar di perusahaannya dan terkenal sebagai pesawat untuk berlibur, level suaranya juga renda. Kalau yang ini dikenal sebagai pesawat jarak jauh yang paling maju. Kapasitas 19 penumpang, mesin kolaborasi dari Rolls-Royce. Yang satu ini terkenal dengan kabin yang besar daripada dia pesawat yang tadi," Samuel menjelaskan sedikit tentang pesawat pribadi yang akan dia beli untuk Arin. Arin nampak bingung karena dia tidak mengerti tentang apa yang Samuel jelaskan. Dia juga tidak tahu pesawat itu akan dia gunakan kem
Kakek Indra mengantar Arin hingga keluar dari rumah, hari ini Arin akan kembali. Sebenarnya Arin mengatakan kepada Samuel jika ia akan kembali besok tetapi tiba-tiba Arin ingin sekali bertemu Samuel. Padahal mereka baru berpisah sebentar. Arin memutuskan untuk segera kembali ini, "Kek pamit ya, kapan-kapan Arin main lagi kesini," pamit Arin. "Iya Arin, hati-hati ya kabari jika sudah sampai," ucap Kakek Indra. "Selalu jaga kesehatan jangan sampai kelelahan apalagi sakit, katakan pada Samuel apapun yang kamu butuhkan kalau tidak kamu bisa mengatakan kepada Kakek. Meskipun kita tidak bersama tapi Kakek bisa melakukan apapun untukmu," jelas Kakek Indra membuat Arin tersenyum. Ia memeluk Kakek Indra dengan erat seakan tidak ingin berpisah dengan Kakeknya. "Arin sayang Kakek.""Kakek juga sayang kamu," balas Kakek Indra. Arin pun segera masuk ke dalam mobil, dia pulang bersama Fani, Sinta dan Rocky. Rocky yang menyetir mobil dan di samping Arin ada Fani di sana. "Saya mengantuk," ucap A
Arin bersama duduk di sofa menemani Samuel yang tengah bekerja. Dia lalu merebahkan dirinya di sofa dengan memainkan ponselnya itu. "Sayang kalau kamu lelah masuk ke kamar saja istirahat," tutur Samuel kepada Arin. "Tidak mau aku ingin tetap bersama Mas," rengek Arin. "Sebentar lagi Mas ada rapat, apa kamu mau ikut saja?" "Memangnya boleh?""Tentu saja boleh," jawab Samuel membuat Arin tersenyum lebar. Selang beberapa menit kemudian Hendrik mengetuk pintu ruangan Samuel. Dia datang untuk mengatakan jika rapat bulanan akan segera dimulai. Samuel pun bangkit diikuti oleh Arin, dia lalu menggandeng tangan Arin. Mereka menuju ke ruangan yang ada di samping ruangan Samuel. Saat Samuel dan Arin masuk para karyawan yang ada di sana terpesona dengan Arin. Arin nampak cantik dan anggun. Samuel menarikan kursi untuk Arin duduk, lalu rapat pun dimulai. Arin ikut menyimak apa yang mereka sampaikan, ini juga pertama kalinya dia bisa melihat suaminya memimpin rapat sebagai CEO bukan dosen. S
Sejak tadi Arin terus muntah-muntah membuat Samuel panik karena kali ini lebih parah dari sebelumnya. Samuel menggendong Arin menuju ke tempat tidur dia merebahkan tubuh Arin yang lemas itu dengan hati-hati. "Sayang kamu makan dulu ya sejak tadi muntah dan kamu belum sarapan," tutur Samuel dengan lembut. "Tidak mau! Perutku mual Mas mengerti tidak sih!" tolak Arin dengan kesal. "Lalu bagaimana? Di panggilkan dokter tidak mau, makan tidak mau. Kamu mau apa Baby?" "Bisa diam tidak! Aku lelah mau istirahat.""Tapi perutmu harus diisi," ucap Samuel yang masih berusaha membujuk Arin. "Aku tidak mau, sebaiknya Mas keluar jika terus cerewet seperti itu!""Sayang.""Mas tidak mengerti apa yang aku rasakan, Mas hanya bisa menuntutku untuk makan.""Mas minta maaf," ucap Samuel mengusap kepala Arin dengan lembut. "Jangan pegang-pegang!" Arin menepis tangan Samuel. "Kalau ada yang kamu inginkan katakan pada Mas ya.""Aku bilang aku tidak mau makan!""Iya Sayang, jangan marah-marah lagi ya
"Mas tidak bekerja?" tanya Arin ketika Samuel selesai mengeringkan rambutnya. "Tidak Sayang, hari ini Mas mau di rumah jagain kamu dan anak kita." "Mas ke kantor saja, aku sudah tidak apa-apa kok lagipula ada Fani dan Sinta yang akan menemaniku," tutur Arin yang menatap wajah suaminya itu. "Tidak mau Sayang, lagipula Mas sudah meminta Hendrik untuk menambah sekretaris agar pekerjaan lebih ringan. "Hm baiklah," ucap Arin. "Mas ke supermarket yuk," ajak Arin. "Ada yang mau kamu beli? Biar Mas minta maid saja kesana, Mas takut kamu kelelahan," tutur Samuel dengan lembut. "Mau beli susu ibu hamil." "Memangnya harus minum susu ya?" tanya Samuel dengan polosnya yang dijawab anggukan kepala oleh Arin. "Kenapa kamu baru mengatakannya Sayang? Mas benar-benar tidak tahu, maaf," ucap Samuel yang merasa bersalah. "Tidak apa-apa Mas." "Mas suruh maid saja ya." "Jangan, aku mau ke supermarket sama Mas," pinta Arin dengan tatapan memohon. "Baiklah Sayang, ayo kita jalan,"
Mila baru selesai mandi dia memilih mengenakan rok jeans dengan belahan depan hingga selutut. Atasan Mila memakai outer bergaris berwarna biru putih, Mila memang tidak pernah memakai celana atau rok pendek hingga menampilkan pahanya. Pakaiannya terbilang cukup tertutup setiap saatnya meskipun di dalam rumah. Pintu kamar tiba-tiba dibuka oleh Rocky terlihat Rocky yang memakai kemeja biru dan kaos putih. "Sayang ayo makan," ajak Rocky. Mila menganggukkan kepalanya dan dia pun segera mengikuti langkah Rocky. Seorang wanita paruh baya terlihat tengah menata makanan di atas meja. "Oh ya Sayang kenalin ini Bibi Lia yang sering aku panggil untuk membersihkan apartemen," tutur Rocky. "Halo Bi saya Mila," sapa Mila. "Iya Nyonya Mila.""Bibi sudah makan?" "Bibi makannya nanti Nyonya, masih terlalu pagi juga Bibi tidak biasa sarapan.""Oh iya Bi.""Kalau begitu Bibi pamit kembali ke dapur Tuan Nyonya," tutur Bibi Lia dengan sopan yang kemudian pergi dari ruang makan itu. Rocky menarikkan
Mila tidak bisa tidur padahal sekarang sudah tengah malam, perutnya sejak tadi terasa lapar tapi dia terlalu malu untuk makan tengah malam seperti ini. Dia terus menatap jam hingga akhirnya berjalan menuju ke pintu. Beberapa saat Mila hanya berdiri di balik pintu dia ragu untuk membuka pintu itu. Perutnya terus berbunyi mau tak mau Mila membuka pintu. Kepala Mila keluar dari pintu melihat ke kanan kiri yang nampak sepi dan gelap karena lampu sudah dimatikan. Mila pun segera melangkah menuju ke dapur, tidak nampak Rocky disana. Mila membuka kulkas dia mencari sesuatu untuk dimakan. "Cari apa?" "Astaga," ucap Mila yang terkejut karena Rocky tiba-tiba datang. Mila mengusap dadanya karena jantungnya berdetak dengan kencang. Rocky lalu menyalakan lampu terlihat wajah Mila yang gelagapan seolah kepergok melakukan kejahatan. "Kamu lapar?" tanya Rocky. "Iya maaf," jawab lirih Mila. "Kenapa minta maaf?" Rocky mengusap kepala Mila lalu berjalan ke arah lemari kabinet atas. "Mau mie?" tany
Samuel dan Arin kini berada di sebuah restoran Korea, mata Arin nampak berbinar melihat berbagai makanan Korea yang ada di depannya itu. Arin tentu saja langsung memakan topokki yang sejak awal dia incar. Samuel menatap istrinya itu yang tengah makan dengan lahap. Dia mengusap sudut bibir Arin yang belepotan, Arin tersenyum malu saat Samuel membersihkan bibirnya. "Makannya pelan-pelan tidak ada yang mau minta kok," tutur Samuel dengan lembut. "Oh ya aku lama tidak menengok Laura, bagaimana ya keadaannya sekarang?""Mau kesana nanti?" tanya Samuel yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Arin. Samuel pun tersenyum melihat Arin yang sangat antusias. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya Mas," tutur Arin. "Kenapa apa kamu sakit perut?""Tidak, aku hanya kebelet pipis," jawab Arin dengan menunjukkan giginya yang rata. "Mas antar.""Tidak perlu, Mas tunggu disini saja."Arin menolak tawaran Samuel dia menuju ke kamar mandi seorang diri. Dari tempat Arin duduk ke kamar mandi lumayan jauh,
"Seperti kita pulang saja," ucap Mila tiba-tiba. "Kenapa?""Aku datang pulang," jawab Mila dengan ragu. "Kita mampir indomaret dulu ya," tutur Rocky yang langsung berhenti di indomaret karena kebetulan tadi mereka berada dekat dengan indomaret. "Kamu tidak perlu turun, biar aku saja yang turun," sambung Rocky yang kemudian keluar dari mobil. Tapi sebelum masuk ke indomaret tiba-tiba Rocky kembali ke mobil dia mengetuk kaca Mila. Mila pun menurunkan kaca mobilnya. "Kamu biasanya pakai merk apa?""Hah? Maksudnya?""Pembalut, kamu biasanya merk apa?""Aku bisa beli sendiri," tutur Mila yang akan membuka pintu mobil tapi di tahan oleh Rocky. "Diam di dalam, katakan saja padaku.""Yang warna hijau daun sirih lalu yang malam warna biru.""Oke."Rocky kembali berjalan ke indomaret itu, Mila menatapnya bingung hingga tak lama terlihat Rocky yang keluar dari indomaret dengan membawa satu kantong plastik. Karena plastik itu warna putih jadi Mila bisa melihat apa yang Rocky bawa. Mila tidak
Sampai di rumah Arin langsung memberi kabar Samuel jika dia sudah sampai rumah, suaminya itu langsung menelpon dirinya. "Halo Mas.""Sudah makan?""Sudah Mas, tadikan aku sudah bilang kalau aku makan di cafe.""Oh iya, yaudah kamu istirahat jangan kemana-mana lagi.""Iya suamiku yang bawel.""Nanti pulangnya kalau ingin dibelikan sesuatu bilang saja ya.""Oke Mas, yaudah sana Mas lanjut kerja aja.""Iya Sayang, I love you.""I love you more.""I love you more," ucap Samuel kembali yang setelah baru telepon pun dimatikan. Arin merebahkan dirinya di atas tempat tidur dia pun memilih untuk tidur karena cukup lelah. Tak lama kemudian mata Arin langsung terpejam, dia langsung masuk ke alam mimpinya. Sedangkan di tempat lain Clara baru saja kembali menggunakan taxi karena mobilnya di bengkel. Clara malas menunggunya hingga memilih pulang. "Dimana mobilnya?" tanya Bella karena dia tidak tahu jika mobil Clara lecet. "Di bengkel, hanya lecet sedikit. " Bagaimana bisa?""Itu tidak penting
Jam menunjukkan pukul delapan pagi Clara kembali ke kamar setelah dia sarapan. Dia berniat menghubungi Elang, meskipun sekarang Clara berambisi mendapatkan Samuel tetapi dia juga ingin mendapatkan Elang. Dengan tidak sabar Clara menelpon nomor Elang, Elang tak langsung mengangkatnya. Hingga beberapa detik kemudian Elang pun mengangkat teleponnya membuat Clara berjingkrak. "Halo Elang ini aku Clara," ucap Clara. "Oh iya Ra, kenapa?""Mau tanya soal motornya, jadi berapa semuanya Lang?""Tidak usah Clara, kamu tidak perlu ganti rugi lagipula mobil kamu juga lecetkan," tutur lembut Elang membuat jantung Clara berdetak dengan kencang. "Aku tidak enak jika tidak ganti rugi Elang, kirimkan notanya saja.""Tidak usah, pokoknya tidak usah.""Hm baiklah baiklah kalau begitu aku traktir makan siang aja bagaimana?" tutur Clara yang berharap Elang mau menerima tawarannya. "Oke kalau itu boleh deh, tapi aku yang menentukan tempatnya ya.""Tentu saja, mau dimana?""Asteria cafe."Mendengar nam
Irawan mempersilahkan Samuel untuk masuk mereka menuju ke ruang makan. Clara duduk di depan Samuel membuat Samuel bisa melihat dengan jelas belahan dada Clara. Samuel dalam hati terus mengumpat karena mengikuti permintaan istrinya dia berakhir sepe ini. Sangat memuakan bagi Samuel bagaimana Clara terus menerus mencoba menarik perhatiannya. "Apa Tuan Samuel baru saja pulang dari kantor?" tanya Irawan. "Tidak saya dari rumah, saya menemani istri saya makan baru kemari," jelas Samuel terus terang membuat Clara mengepalkan tangannya. Susah payah dia berdandan agar menarik perhatian Samuel bahkan dia menunggu lama Samuel hingga kelaparan tetapi Samuel dengan santainya mengatakan jika dia menemani istrinya makan. Clara sangat kesal mendengar kejujuran Samuel itu. "Kenapa tidak mengajak istrinya ke mari Tuan?" tanya Bella yang masih terlihat ramah. "Dia menemani saya seharian di kantor jadi lelah, apalagi masih hamil. Saya tidak ingin dia kelelahan karena terus menemani saya.""Saya bar
Bella sibuk memilih baju untuk Clara, beberapa gaun yang ada di lemari sudah mereka coba tetapi belum menemukan yang menarik. "Kurang seksi, ganti-ganti," ucap Bella. "Berat badanmu sekarang berapa, perlu diet kamu.""Iya Ma aku tahu aku naik satu kilo.""Bisa-bisa kamu naik banyak! Jaga pola makan, Mama tidak mau kamu gemuk."Clara memutar bola matanya malas, berat badannya sekarang empat puluh satu kilo. Cukup berat bagi Clara untuk harus menjaga berat badan supaya stay di angka empat puluh kilo. Bella mengambil gaun berwarna hitam dengan tali tipis di punggung yang menampakkan punggungnya itu. Bella meminta Clara mencoba gaun itu, Clara tanpa membantah mencobanya. Saat gaun itu telah melekat di badan Clara maka Bella pun langsung tersenyum. Pasalnya punggung putih Clara membuat Clara semakin seksi. Apalagi gaun itu yang sebatas paha membuat paha Clara terpampang jelas. Dengan penampilan seperti itu Bella yakin jika Samuel akan tertarik oleh Clara. Gadis itu juga memiliki wajah y
"Mau minum apa Baby?" tanya Samuel ketika mereka berada di ruangan Samuel. "Apa aja Mas," jawab Arin. "Banyak kerjaan ya, maaf ya aku kesini tanpa ngabarin.""It is okay baby girl." Samuel memberikan kecupan di pipi Arin. "Aku kangen," ucap Arin yang memeluk manja suaminya itu yang tentu saja di balas pelukan oleh Samuel. "Oh ya dia kenapa kemari?""Memberi itu," jawab Samuel menuju sebuah kue yang ada di atas meja. "Katanya anaknya yang buat.""Mungkin dia ingin Mas tertarik dengan Clara," ucap Arin yang melihat kue red velvet itu. Arin mengambil kue itu lalu dia langsung memasukkan ke dalam tong sampah. Melihat apa yang dilakukan istrinya itu membuat Samuel tersenyum. "Aku tak suka ada yang mengganggu hubungan kita lagi.""Apa kamu lupa bagaimana aku terobsesi denganmu dulu?""Tapi namanya laki-laki jika dikasih barang gratis pasti langsung mau.""Bukankah dari dulu aku tak suka gratisan, jangan lupa dulu hanya untuk memantaumu aku membangun Asteria Cafe. Bahkan dulu cafe itu tak