Arin bersama duduk di sofa menemani Samuel yang tengah bekerja. Dia lalu merebahkan dirinya di sofa dengan memainkan ponselnya itu. "Sayang kalau kamu lelah masuk ke kamar saja istirahat," tutur Samuel kepada Arin. "Tidak mau aku ingin tetap bersama Mas," rengek Arin. "Sebentar lagi Mas ada rapat, apa kamu mau ikut saja?" "Memangnya boleh?""Tentu saja boleh," jawab Samuel membuat Arin tersenyum lebar. Selang beberapa menit kemudian Hendrik mengetuk pintu ruangan Samuel. Dia datang untuk mengatakan jika rapat bulanan akan segera dimulai. Samuel pun bangkit diikuti oleh Arin, dia lalu menggandeng tangan Arin. Mereka menuju ke ruangan yang ada di samping ruangan Samuel. Saat Samuel dan Arin masuk para karyawan yang ada di sana terpesona dengan Arin. Arin nampak cantik dan anggun. Samuel menarikan kursi untuk Arin duduk, lalu rapat pun dimulai. Arin ikut menyimak apa yang mereka sampaikan, ini juga pertama kalinya dia bisa melihat suaminya memimpin rapat sebagai CEO bukan dosen. S
Sejak tadi Arin terus muntah-muntah membuat Samuel panik karena kali ini lebih parah dari sebelumnya. Samuel menggendong Arin menuju ke tempat tidur dia merebahkan tubuh Arin yang lemas itu dengan hati-hati. "Sayang kamu makan dulu ya sejak tadi muntah dan kamu belum sarapan," tutur Samuel dengan lembut. "Tidak mau! Perutku mual Mas mengerti tidak sih!" tolak Arin dengan kesal. "Lalu bagaimana? Di panggilkan dokter tidak mau, makan tidak mau. Kamu mau apa Baby?" "Bisa diam tidak! Aku lelah mau istirahat.""Tapi perutmu harus diisi," ucap Samuel yang masih berusaha membujuk Arin. "Aku tidak mau, sebaiknya Mas keluar jika terus cerewet seperti itu!""Sayang.""Mas tidak mengerti apa yang aku rasakan, Mas hanya bisa menuntutku untuk makan.""Mas minta maaf," ucap Samuel mengusap kepala Arin dengan lembut. "Jangan pegang-pegang!" Arin menepis tangan Samuel. "Kalau ada yang kamu inginkan katakan pada Mas ya.""Aku bilang aku tidak mau makan!""Iya Sayang, jangan marah-marah lagi ya
"Mas tidak bekerja?" tanya Arin ketika Samuel selesai mengeringkan rambutnya. "Tidak Sayang, hari ini Mas mau di rumah jagain kamu dan anak kita." "Mas ke kantor saja, aku sudah tidak apa-apa kok lagipula ada Fani dan Sinta yang akan menemaniku," tutur Arin yang menatap wajah suaminya itu. "Tidak mau Sayang, lagipula Mas sudah meminta Hendrik untuk menambah sekretaris agar pekerjaan lebih ringan. "Hm baiklah," ucap Arin. "Mas ke supermarket yuk," ajak Arin. "Ada yang mau kamu beli? Biar Mas minta maid saja kesana, Mas takut kamu kelelahan," tutur Samuel dengan lembut. "Mau beli susu ibu hamil." "Memangnya harus minum susu ya?" tanya Samuel dengan polosnya yang dijawab anggukan kepala oleh Arin. "Kenapa kamu baru mengatakannya Sayang? Mas benar-benar tidak tahu, maaf," ucap Samuel yang merasa bersalah. "Tidak apa-apa Mas." "Mas suruh maid saja ya." "Jangan, aku mau ke supermarket sama Mas," pinta Arin dengan tatapan memohon. "Baiklah Sayang, ayo kita jalan,"
Arin sudah naik ke atas tempat tidur sedangkan Samuel berada di ruang kerjanya bersama dengan Hendrik. Setelah makan malam tadi Hendrik datang untuk mendiskusikan sesuatu. Arin pun tidak masalah dengan itu, dia kini mau tidur karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Arin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tak lama pintu kamarnya dibuka. "Sayang, maaf ya aku lama," ucap Samuel dengan rasa bersalah. "Iya Mas tidak apa-apa kok," jawab Arin yang mengerti tentang pekerjaan suaminya yang padat. "Kamu sudah minum susu?" tanya Samuel yang kini duduk di tepi tempat tidur. Arin menjawabnya dengang gelengan kepala dan menyengir. "Kenapa belum minum susu hm?""Buatin," pinta Arin membuat Samuel mengusap kepalanya. "Mau rasa apa?""Coklat," jawab Arin. "Untuk tadi Mas tidak mengikuti perkataanmu.""Perkataan apa?""Kamu minta susu strawberry, apa kamu lupa?" ucap Samuel membuat Arin terkekeh. "Ya sudah kamu tunggu sini dulu ya."Samuel pun keluar dari kamar menuju ke dapur, sa
Jam menunjukkan pukul dua siang, Arin masih duduk di ruang kerja, setelah makan siang dia langsung ke ruang kerja untuk melihat laporan yang ada. Dering telepon terdengar membuat Arin meraih teleponnya tertera nama Samuel di sana. "Halo Mas, ada apa?""Kenapa kamu tidak tidur Sayang?" tanya Samuel. "Beberapa hari aku belum sempat melihat laporan yang masuk Mas, ini baru sempat," jelas Arin. "Oh ya nanti sore aku mau ke hotel, boleh kan?" tanya Arin meminta izin. "Kamu tidak lelah?""Tidak Mas.""Ya sudah boleh, nanti pulang dari kantor aku akan mampir," tutur Samuel. "Baiklah Mas, sampai jumpa nanti.""Iya Sayang."Arin pun menutup teleponnya dia lalu melanjutkan pekerjaannya. Arin menatap layar macbook dengan sangat serius menatap angka demi angka disana. Arin mencurigai ada penggelapan dana di setiap laporan bulanan. ***Arin tengah bersiap untuk pergi dia memilih memakai rok pendek berwarna hitam dengan atasan crop top putih yang menampilkan perutnya yang masih rata. Arin juga
Arin sampai di kantor Samuel, dia segera menuju ke ruangan Samuel. Pakaian Arin nampak sederhana membuat mereka menatap Arin. Tapi bukan untuk mencibirnya justru mereka memuji kesederhanaan Arin. Arin terlihat tidak sombong meskipun dia istri CEO perusahaan itu. Sampai di depan ruangan Samuel Arin mengetuk pintu ruangan itu. Pintu itu dibuka terlihat Mia disana, Mia pun tersenyum. Samuel ternyata tengah berbincang dengan rekan bisnisnya. Arin nampak malu karena pakaiannya yang tidak mencerminkan istri pemimpin perusahaan. "Maaf," ucap Arin dengan tersenyum canggung. Samuel yang melihatnya langsung berdiri, "Sayang, maaf aku terlalu lama hingga kamu yang harus kemari," ucap Samuel. Padahal Arin baru saja mengira jika Samuel akan marah karena dia datang tiba-tiba dengan pakaian seperti itu. "Aku tunggu di luar saja, Mas lanjutkan," ucap Arin. "Tidak Baby, mumpung kamu disini Mas kenalkan ke mereka," tutur Samuel yang menggandeng tangan Arin. "Pak Elio, perkenalkan ini istri saya Ar
"Mas aku ke kamar mandi dulu ya," ucap Arin setelah selesai makan. "Aku antar.""Tidak perlu, lagipula kamar mandinya tidak jauh dari sini," tutur Arin. Karena kebetulan ponsel Samuel berdering maka Samuel membiarkan Arin ke kamar mandi seorang diri. Samuel pun segera mengangkat teleponnya itu. Arin kini masuk ke dalam kamar mandi, kamar mandi itu nampak sepi. Setelah selesai Arin mencuci tangannya di wastafel lalu dia menatap dirinya dari pantulan cermin memastikan pakaian tidak berantakan. Arin kemudian keluar dari kamar mandi. "Arin," panggil Elang. "Eh Elang?" ucap Arin ketika dia menoleh mendapati pria yang memakai celana pendek dan kaos putih dengan luaran kemeja. Wajahnya tampan dan senyumnya yang menawan menghiasi wajah itu. "Lama kita tidak bertemu, apa kabar?" tanya Elang dengan lembut menatap Arin dengan mata teduh. "Aku baik.""Sayang, ayo kita pulang," suara itu tiba-tiba muncul dengan melingkarkan tangannya di pinggang Arin. Belum sempat Arin mengatakan apapun Sa
Arin tengah membantu Samuel mengenakan dasi, mata Samuel tak bisa lepas dari istrinya itu. "Baby, nanti malam temani aku ya," tutur Samuel. "Kemana?""Pesta anniversary pernikahan," tutur Samuel. "Bisakan? Apa kamu tidak enak badan?""Bisa kok Mas," jawab Arin membuat Samuel mengusap kepalanya. "Baiklah, hari ini simpan energimu untuk nanti malam. Aku sudah siapkan gaun untukmu," tutur Samuel. "Ayo kita sarapan, lalu Mas akan segera berangkat karena pagi ini ada rapat bulanan lalu Mas harus ke luar kota tapi Mas pastikan nanti malam pulang," sambung Samuel. "Baiklah Pak CEO, mari saya antar ke ruang makan," tutur Arin membuat Samuel terkekeh. Samuel mengecup pipi Arin sebelum mereka keluar dari kamar. Setelah sarapan Samuel pun berangkat, dan Arin memilih duduk di gazebo yang berada di dekat kolam renang. ***Arin tengah duduk di depan meja riasnya, dia mempoles wajahnya dengan make up. Saat tengah make up tiba-tiba ponselnya berdering. Arin segera meraih ponsel itu dan terlihat
Mila baru selesai mandi dia memilih mengenakan rok jeans dengan belahan depan hingga selutut. Atasan Mila memakai outer bergaris berwarna biru putih, Mila memang tidak pernah memakai celana atau rok pendek hingga menampilkan pahanya. Pakaiannya terbilang cukup tertutup setiap saatnya meskipun di dalam rumah. Pintu kamar tiba-tiba dibuka oleh Rocky terlihat Rocky yang memakai kemeja biru dan kaos putih. "Sayang ayo makan," ajak Rocky. Mila menganggukkan kepalanya dan dia pun segera mengikuti langkah Rocky. Seorang wanita paruh baya terlihat tengah menata makanan di atas meja. "Oh ya Sayang kenalin ini Bibi Lia yang sering aku panggil untuk membersihkan apartemen," tutur Rocky. "Halo Bi saya Mila," sapa Mila. "Iya Nyonya Mila.""Bibi sudah makan?" "Bibi makannya nanti Nyonya, masih terlalu pagi juga Bibi tidak biasa sarapan.""Oh iya Bi.""Kalau begitu Bibi pamit kembali ke dapur Tuan Nyonya," tutur Bibi Lia dengan sopan yang kemudian pergi dari ruang makan itu. Rocky menarikkan
Mila tidak bisa tidur padahal sekarang sudah tengah malam, perutnya sejak tadi terasa lapar tapi dia terlalu malu untuk makan tengah malam seperti ini. Dia terus menatap jam hingga akhirnya berjalan menuju ke pintu. Beberapa saat Mila hanya berdiri di balik pintu dia ragu untuk membuka pintu itu. Perutnya terus berbunyi mau tak mau Mila membuka pintu. Kepala Mila keluar dari pintu melihat ke kanan kiri yang nampak sepi dan gelap karena lampu sudah dimatikan. Mila pun segera melangkah menuju ke dapur, tidak nampak Rocky disana. Mila membuka kulkas dia mencari sesuatu untuk dimakan. "Cari apa?" "Astaga," ucap Mila yang terkejut karena Rocky tiba-tiba datang. Mila mengusap dadanya karena jantungnya berdetak dengan kencang. Rocky lalu menyalakan lampu terlihat wajah Mila yang gelagapan seolah kepergok melakukan kejahatan. "Kamu lapar?" tanya Rocky. "Iya maaf," jawab lirih Mila. "Kenapa minta maaf?" Rocky mengusap kepala Mila lalu berjalan ke arah lemari kabinet atas. "Mau mie?" tany
Samuel dan Arin kini berada di sebuah restoran Korea, mata Arin nampak berbinar melihat berbagai makanan Korea yang ada di depannya itu. Arin tentu saja langsung memakan topokki yang sejak awal dia incar. Samuel menatap istrinya itu yang tengah makan dengan lahap. Dia mengusap sudut bibir Arin yang belepotan, Arin tersenyum malu saat Samuel membersihkan bibirnya. "Makannya pelan-pelan tidak ada yang mau minta kok," tutur Samuel dengan lembut. "Oh ya aku lama tidak menengok Laura, bagaimana ya keadaannya sekarang?""Mau kesana nanti?" tanya Samuel yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Arin. Samuel pun tersenyum melihat Arin yang sangat antusias. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya Mas," tutur Arin. "Kenapa apa kamu sakit perut?""Tidak, aku hanya kebelet pipis," jawab Arin dengan menunjukkan giginya yang rata. "Mas antar.""Tidak perlu, Mas tunggu disini saja."Arin menolak tawaran Samuel dia menuju ke kamar mandi seorang diri. Dari tempat Arin duduk ke kamar mandi lumayan jauh,
"Seperti kita pulang saja," ucap Mila tiba-tiba. "Kenapa?""Aku datang pulang," jawab Mila dengan ragu. "Kita mampir indomaret dulu ya," tutur Rocky yang langsung berhenti di indomaret karena kebetulan tadi mereka berada dekat dengan indomaret. "Kamu tidak perlu turun, biar aku saja yang turun," sambung Rocky yang kemudian keluar dari mobil. Tapi sebelum masuk ke indomaret tiba-tiba Rocky kembali ke mobil dia mengetuk kaca Mila. Mila pun menurunkan kaca mobilnya. "Kamu biasanya pakai merk apa?""Hah? Maksudnya?""Pembalut, kamu biasanya merk apa?""Aku bisa beli sendiri," tutur Mila yang akan membuka pintu mobil tapi di tahan oleh Rocky. "Diam di dalam, katakan saja padaku.""Yang warna hijau daun sirih lalu yang malam warna biru.""Oke."Rocky kembali berjalan ke indomaret itu, Mila menatapnya bingung hingga tak lama terlihat Rocky yang keluar dari indomaret dengan membawa satu kantong plastik. Karena plastik itu warna putih jadi Mila bisa melihat apa yang Rocky bawa. Mila tidak
Sampai di rumah Arin langsung memberi kabar Samuel jika dia sudah sampai rumah, suaminya itu langsung menelpon dirinya. "Halo Mas.""Sudah makan?""Sudah Mas, tadikan aku sudah bilang kalau aku makan di cafe.""Oh iya, yaudah kamu istirahat jangan kemana-mana lagi.""Iya suamiku yang bawel.""Nanti pulangnya kalau ingin dibelikan sesuatu bilang saja ya.""Oke Mas, yaudah sana Mas lanjut kerja aja.""Iya Sayang, I love you.""I love you more.""I love you more," ucap Samuel kembali yang setelah baru telepon pun dimatikan. Arin merebahkan dirinya di atas tempat tidur dia pun memilih untuk tidur karena cukup lelah. Tak lama kemudian mata Arin langsung terpejam, dia langsung masuk ke alam mimpinya. Sedangkan di tempat lain Clara baru saja kembali menggunakan taxi karena mobilnya di bengkel. Clara malas menunggunya hingga memilih pulang. "Dimana mobilnya?" tanya Bella karena dia tidak tahu jika mobil Clara lecet. "Di bengkel, hanya lecet sedikit. " Bagaimana bisa?""Itu tidak penting
Jam menunjukkan pukul delapan pagi Clara kembali ke kamar setelah dia sarapan. Dia berniat menghubungi Elang, meskipun sekarang Clara berambisi mendapatkan Samuel tetapi dia juga ingin mendapatkan Elang. Dengan tidak sabar Clara menelpon nomor Elang, Elang tak langsung mengangkatnya. Hingga beberapa detik kemudian Elang pun mengangkat teleponnya membuat Clara berjingkrak. "Halo Elang ini aku Clara," ucap Clara. "Oh iya Ra, kenapa?""Mau tanya soal motornya, jadi berapa semuanya Lang?""Tidak usah Clara, kamu tidak perlu ganti rugi lagipula mobil kamu juga lecetkan," tutur lembut Elang membuat jantung Clara berdetak dengan kencang. "Aku tidak enak jika tidak ganti rugi Elang, kirimkan notanya saja.""Tidak usah, pokoknya tidak usah.""Hm baiklah baiklah kalau begitu aku traktir makan siang aja bagaimana?" tutur Clara yang berharap Elang mau menerima tawarannya. "Oke kalau itu boleh deh, tapi aku yang menentukan tempatnya ya.""Tentu saja, mau dimana?""Asteria cafe."Mendengar nam
Irawan mempersilahkan Samuel untuk masuk mereka menuju ke ruang makan. Clara duduk di depan Samuel membuat Samuel bisa melihat dengan jelas belahan dada Clara. Samuel dalam hati terus mengumpat karena mengikuti permintaan istrinya dia berakhir sepe ini. Sangat memuakan bagi Samuel bagaimana Clara terus menerus mencoba menarik perhatiannya. "Apa Tuan Samuel baru saja pulang dari kantor?" tanya Irawan. "Tidak saya dari rumah, saya menemani istri saya makan baru kemari," jelas Samuel terus terang membuat Clara mengepalkan tangannya. Susah payah dia berdandan agar menarik perhatian Samuel bahkan dia menunggu lama Samuel hingga kelaparan tetapi Samuel dengan santainya mengatakan jika dia menemani istrinya makan. Clara sangat kesal mendengar kejujuran Samuel itu. "Kenapa tidak mengajak istrinya ke mari Tuan?" tanya Bella yang masih terlihat ramah. "Dia menemani saya seharian di kantor jadi lelah, apalagi masih hamil. Saya tidak ingin dia kelelahan karena terus menemani saya.""Saya bar
Bella sibuk memilih baju untuk Clara, beberapa gaun yang ada di lemari sudah mereka coba tetapi belum menemukan yang menarik. "Kurang seksi, ganti-ganti," ucap Bella. "Berat badanmu sekarang berapa, perlu diet kamu.""Iya Ma aku tahu aku naik satu kilo.""Bisa-bisa kamu naik banyak! Jaga pola makan, Mama tidak mau kamu gemuk."Clara memutar bola matanya malas, berat badannya sekarang empat puluh satu kilo. Cukup berat bagi Clara untuk harus menjaga berat badan supaya stay di angka empat puluh kilo. Bella mengambil gaun berwarna hitam dengan tali tipis di punggung yang menampakkan punggungnya itu. Bella meminta Clara mencoba gaun itu, Clara tanpa membantah mencobanya. Saat gaun itu telah melekat di badan Clara maka Bella pun langsung tersenyum. Pasalnya punggung putih Clara membuat Clara semakin seksi. Apalagi gaun itu yang sebatas paha membuat paha Clara terpampang jelas. Dengan penampilan seperti itu Bella yakin jika Samuel akan tertarik oleh Clara. Gadis itu juga memiliki wajah y
"Mau minum apa Baby?" tanya Samuel ketika mereka berada di ruangan Samuel. "Apa aja Mas," jawab Arin. "Banyak kerjaan ya, maaf ya aku kesini tanpa ngabarin.""It is okay baby girl." Samuel memberikan kecupan di pipi Arin. "Aku kangen," ucap Arin yang memeluk manja suaminya itu yang tentu saja di balas pelukan oleh Samuel. "Oh ya dia kenapa kemari?""Memberi itu," jawab Samuel menuju sebuah kue yang ada di atas meja. "Katanya anaknya yang buat.""Mungkin dia ingin Mas tertarik dengan Clara," ucap Arin yang melihat kue red velvet itu. Arin mengambil kue itu lalu dia langsung memasukkan ke dalam tong sampah. Melihat apa yang dilakukan istrinya itu membuat Samuel tersenyum. "Aku tak suka ada yang mengganggu hubungan kita lagi.""Apa kamu lupa bagaimana aku terobsesi denganmu dulu?""Tapi namanya laki-laki jika dikasih barang gratis pasti langsung mau.""Bukankah dari dulu aku tak suka gratisan, jangan lupa dulu hanya untuk memantaumu aku membangun Asteria Cafe. Bahkan dulu cafe itu tak