Share

Bab 46 Rindu

Author: Nuvola
last update Last Updated: 2024-11-18 22:29:07

Kakek Indra mengantar Arin hingga keluar dari rumah, hari ini Arin akan kembali. Sebenarnya Arin mengatakan kepada Samuel jika ia akan kembali besok tetapi tiba-tiba Arin ingin sekali bertemu Samuel. Padahal mereka baru berpisah sebentar.

Arin memutuskan untuk segera kembali ini, "Kek pamit ya, kapan-kapan Arin main lagi kesini," pamit Arin.

"Iya Arin, hati-hati ya kabari jika sudah sampai," ucap Kakek Indra. "Selalu jaga kesehatan jangan sampai kelelahan apalagi sakit, katakan pada Samuel apapun yang kamu butuhkan kalau tidak kamu bisa mengatakan kepada Kakek. Meskipun kita tidak bersama tapi Kakek bisa melakukan apapun untukmu," jelas Kakek Indra membuat Arin tersenyum.

Ia memeluk Kakek Indra dengan erat seakan tidak ingin berpisah dengan Kakeknya. "Arin sayang Kakek."

"Kakek juga sayang kamu," balas Kakek Indra.

Arin pun segera masuk ke dalam mobil, dia pulang bersama Fani, Sinta dan Rocky. Rocky yang menyetir mobil dan di samping Arin ada Fani di sana. "Saya mengantuk," ucap A
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Obsession In Love   Bab 47 I Love you too

    Arin bersama duduk di sofa menemani Samuel yang tengah bekerja. Dia lalu merebahkan dirinya di sofa dengan memainkan ponselnya itu. "Sayang kalau kamu lelah masuk ke kamar saja istirahat," tutur Samuel kepada Arin. "Tidak mau aku ingin tetap bersama Mas," rengek Arin. "Sebentar lagi Mas ada rapat, apa kamu mau ikut saja?" "Memangnya boleh?""Tentu saja boleh," jawab Samuel membuat Arin tersenyum lebar. Selang beberapa menit kemudian Hendrik mengetuk pintu ruangan Samuel. Dia datang untuk mengatakan jika rapat bulanan akan segera dimulai. Samuel pun bangkit diikuti oleh Arin, dia lalu menggandeng tangan Arin. Mereka menuju ke ruangan yang ada di samping ruangan Samuel. Saat Samuel dan Arin masuk para karyawan yang ada di sana terpesona dengan Arin. Arin nampak cantik dan anggun. Samuel menarikan kursi untuk Arin duduk, lalu rapat pun dimulai. Arin ikut menyimak apa yang mereka sampaikan, ini juga pertama kalinya dia bisa melihat suaminya memimpin rapat sebagai CEO bukan dosen. S

    Last Updated : 2024-11-20
  • Obsession In Love   Bab 48

    Sejak tadi Arin terus muntah-muntah membuat Samuel panik karena kali ini lebih parah dari sebelumnya. Samuel menggendong Arin menuju ke tempat tidur dia merebahkan tubuh Arin yang lemas itu dengan hati-hati. "Sayang kamu makan dulu ya sejak tadi muntah dan kamu belum sarapan," tutur Samuel dengan lembut. "Tidak mau! Perutku mual Mas mengerti tidak sih!" tolak Arin dengan kesal. "Lalu bagaimana? Di panggilkan dokter tidak mau, makan tidak mau. Kamu mau apa Baby?" "Bisa diam tidak! Aku lelah mau istirahat.""Tapi perutmu harus diisi," ucap Samuel yang masih berusaha membujuk Arin. "Aku tidak mau, sebaiknya Mas keluar jika terus cerewet seperti itu!""Sayang.""Mas tidak mengerti apa yang aku rasakan, Mas hanya bisa menuntutku untuk makan.""Mas minta maaf," ucap Samuel mengusap kepala Arin dengan lembut. "Jangan pegang-pegang!" Arin menepis tangan Samuel. "Kalau ada yang kamu inginkan katakan pada Mas ya.""Aku bilang aku tidak mau makan!""Iya Sayang, jangan marah-marah lagi ya

    Last Updated : 2024-11-21
  • Obsession In Love   Bab 49 Belanja

    "Mas tidak bekerja?" tanya Arin ketika Samuel selesai mengeringkan rambutnya. "Tidak Sayang, hari ini Mas mau di rumah jagain kamu dan anak kita." "Mas ke kantor saja, aku sudah tidak apa-apa kok lagipula ada Fani dan Sinta yang akan menemaniku," tutur Arin yang menatap wajah suaminya itu. "Tidak mau Sayang, lagipula Mas sudah meminta Hendrik untuk menambah sekretaris agar pekerjaan lebih ringan. "Hm baiklah," ucap Arin. "Mas ke supermarket yuk," ajak Arin. "Ada yang mau kamu beli? Biar Mas minta maid saja kesana, Mas takut kamu kelelahan," tutur Samuel dengan lembut. "Mau beli susu ibu hamil." "Memangnya harus minum susu ya?" tanya Samuel dengan polosnya yang dijawab anggukan kepala oleh Arin. "Kenapa kamu baru mengatakannya Sayang? Mas benar-benar tidak tahu, maaf," ucap Samuel yang merasa bersalah. "Tidak apa-apa Mas." "Mas suruh maid saja ya." "Jangan, aku mau ke supermarket sama Mas," pinta Arin dengan tatapan memohon. "Baiklah Sayang, ayo kita jalan,"

    Last Updated : 2024-11-22
  • Obsession In Love   Bab 50

    Arin sudah naik ke atas tempat tidur sedangkan Samuel berada di ruang kerjanya bersama dengan Hendrik. Setelah makan malam tadi Hendrik datang untuk mendiskusikan sesuatu. Arin pun tidak masalah dengan itu, dia kini mau tidur karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Arin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tak lama pintu kamarnya dibuka. "Sayang, maaf ya aku lama," ucap Samuel dengan rasa bersalah. "Iya Mas tidak apa-apa kok," jawab Arin yang mengerti tentang pekerjaan suaminya yang padat. "Kamu sudah minum susu?" tanya Samuel yang kini duduk di tepi tempat tidur. Arin menjawabnya dengang gelengan kepala dan menyengir. "Kenapa belum minum susu hm?""Buatin," pinta Arin membuat Samuel mengusap kepalanya. "Mau rasa apa?""Coklat," jawab Arin. "Untuk tadi Mas tidak mengikuti perkataanmu.""Perkataan apa?""Kamu minta susu strawberry, apa kamu lupa?" ucap Samuel membuat Arin terkekeh. "Ya sudah kamu tunggu sini dulu ya."Samuel pun keluar dari kamar menuju ke dapur, sa

    Last Updated : 2024-11-23
  • Obsession In Love   Bab 51

    Jam menunjukkan pukul dua siang, Arin masih duduk di ruang kerja, setelah makan siang dia langsung ke ruang kerja untuk melihat laporan yang ada. Dering telepon terdengar membuat Arin meraih teleponnya tertera nama Samuel di sana. "Halo Mas, ada apa?""Kenapa kamu tidak tidur Sayang?" tanya Samuel. "Beberapa hari aku belum sempat melihat laporan yang masuk Mas, ini baru sempat," jelas Arin. "Oh ya nanti sore aku mau ke hotel, boleh kan?" tanya Arin meminta izin. "Kamu tidak lelah?""Tidak Mas.""Ya sudah boleh, nanti pulang dari kantor aku akan mampir," tutur Samuel. "Baiklah Mas, sampai jumpa nanti.""Iya Sayang."Arin pun menutup teleponnya dia lalu melanjutkan pekerjaannya. Arin menatap layar macbook dengan sangat serius menatap angka demi angka disana. Arin mencurigai ada penggelapan dana di setiap laporan bulanan. ***Arin tengah bersiap untuk pergi dia memilih memakai rok pendek berwarna hitam dengan atasan crop top putih yang menampilkan perutnya yang masih rata. Arin juga

    Last Updated : 2024-11-24
  • Obsession In Love   Bab 52

    Arin sampai di kantor Samuel, dia segera menuju ke ruangan Samuel. Pakaian Arin nampak sederhana membuat mereka menatap Arin. Tapi bukan untuk mencibirnya justru mereka memuji kesederhanaan Arin. Arin terlihat tidak sombong meskipun dia istri CEO perusahaan itu. Sampai di depan ruangan Samuel Arin mengetuk pintu ruangan itu. Pintu itu dibuka terlihat Mia disana, Mia pun tersenyum. Samuel ternyata tengah berbincang dengan rekan bisnisnya. Arin nampak malu karena pakaiannya yang tidak mencerminkan istri pemimpin perusahaan. "Maaf," ucap Arin dengan tersenyum canggung. Samuel yang melihatnya langsung berdiri, "Sayang, maaf aku terlalu lama hingga kamu yang harus kemari," ucap Samuel. Padahal Arin baru saja mengira jika Samuel akan marah karena dia datang tiba-tiba dengan pakaian seperti itu. "Aku tunggu di luar saja, Mas lanjutkan," ucap Arin. "Tidak Baby, mumpung kamu disini Mas kenalkan ke mereka," tutur Samuel yang menggandeng tangan Arin. "Pak Elio, perkenalkan ini istri saya Ar

    Last Updated : 2024-11-25
  • Obsession In Love   Bab 53

    "Mas aku ke kamar mandi dulu ya," ucap Arin setelah selesai makan. "Aku antar.""Tidak perlu, lagipula kamar mandinya tidak jauh dari sini," tutur Arin. Karena kebetulan ponsel Samuel berdering maka Samuel membiarkan Arin ke kamar mandi seorang diri. Samuel pun segera mengangkat teleponnya itu. Arin kini masuk ke dalam kamar mandi, kamar mandi itu nampak sepi. Setelah selesai Arin mencuci tangannya di wastafel lalu dia menatap dirinya dari pantulan cermin memastikan pakaian tidak berantakan. Arin kemudian keluar dari kamar mandi. "Arin," panggil Elang. "Eh Elang?" ucap Arin ketika dia menoleh mendapati pria yang memakai celana pendek dan kaos putih dengan luaran kemeja. Wajahnya tampan dan senyumnya yang menawan menghiasi wajah itu. "Lama kita tidak bertemu, apa kabar?" tanya Elang dengan lembut menatap Arin dengan mata teduh. "Aku baik.""Sayang, ayo kita pulang," suara itu tiba-tiba muncul dengan melingkarkan tangannya di pinggang Arin. Belum sempat Arin mengatakan apapun Sa

    Last Updated : 2024-11-27
  • Obsession In Love   Bsb 54

    Arin tengah membantu Samuel mengenakan dasi, mata Samuel tak bisa lepas dari istrinya itu. "Baby, nanti malam temani aku ya," tutur Samuel. "Kemana?""Pesta anniversary pernikahan," tutur Samuel. "Bisakan? Apa kamu tidak enak badan?""Bisa kok Mas," jawab Arin membuat Samuel mengusap kepalanya. "Baiklah, hari ini simpan energimu untuk nanti malam. Aku sudah siapkan gaun untukmu," tutur Samuel. "Ayo kita sarapan, lalu Mas akan segera berangkat karena pagi ini ada rapat bulanan lalu Mas harus ke luar kota tapi Mas pastikan nanti malam pulang," sambung Samuel. "Baiklah Pak CEO, mari saya antar ke ruang makan," tutur Arin membuat Samuel terkekeh. Samuel mengecup pipi Arin sebelum mereka keluar dari kamar. Setelah sarapan Samuel pun berangkat, dan Arin memilih duduk di gazebo yang berada di dekat kolam renang. ***Arin tengah duduk di depan meja riasnya, dia mempoles wajahnya dengan make up. Saat tengah make up tiba-tiba ponselnya berdering. Arin segera meraih ponsel itu dan terlihat

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • Obsession In Love   Bab 119 End

    Langit pagi itu mendung, seolah menyelimuti bumi dengan kesedihan yang tenang. Angin bertiup lembut, menyapu dedaunan yang jatuh di sepanjang jalan menuju pemakaman. Arin berdiri diam di depan dua nisan yang tertata rapi, dengan nama kedua orang tuanya terpahat di atas batu marmer putih. Matanya berkaca-kaca, tapi bibirnya menyunggingkan senyuman kecil yang penuh makna. Di sampingnya, Samuel berdiri memegang Noah yang tertidur dalam pelukannya. Bayi mungil itu tampak tenang, seolah memahami bahwa hari ini adalah momen penting bagi mamanya. Sementara itu, Fani berdiri beberapa langkah di belakang mereka, menjaga jarak, tapi tetap waspada seperti biasanya. Arin menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. “Akhirnya, aku kembali ke sini, Ayah, Ibu,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. Suaranya bergetar, tapi ia mencoba untuk tetap tegar. “Aku tahu... sudah terlalu lama aku tidak datang. Tapi sekarang, aku punya banyak hal yang ingin aku ceritakan.” Samuel

  • Obsession In Love   Bab 118

    Mila masuk ke apartemen bersama dengan Rocky, Rocky langsung berlutut untuk melepaskan heels yang Mila kenakan. “Aku bisa sendiri, Mas.”“Tapi selama ada aku, kamu tidak boleh melakukannya sendiri,” ucap Rocky yang menarik hidung Mila. “Bagaimana apa kamu lelah? Atau mual?“Tidak Mas, aku baik-baik saja. Gerah sekali, aku mau mandi dulu ya.”“Jangan mandi malam-malam,” larang Rocky.Dari dulu Rocky memang perhatian tapi setelah mengetahui jika Mila hamil dia semakin perhatian.“Gerah Mas.”“Nanti sakit Sayang, sudah ayo ganti baju lalu tidur,” tutur Rocky yang langsung menggendong Mila. Mila dengan refleks mengalungkan tangannya di leher Rocky. Mila akhirnya patuh dengan perkataan Rocky yang melarangnya untuk mandi. Dia hanya mengganti pakaiannya dengan baju tidur. “Loh Mas kok mandi?” protes Mila. “Gerah.”“Curang!”Rocky mencium pipi Mila dengan gemas, “Aku khawatir kamu sakit, Sayang. Kita tidur ya.”Rocky menuntun Mila naik ke atas tempat tidur, dengan lengan Rocky sebagai bant

  • Obsession In Love   Bab 117 Kelahiran dan Kematian

    Malam itu begitu tenang. Samuel duduk di samping Arin yang terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, tetapi senyum kecil tak pernah lepas dari bibirnya. Di pelukannya, seorang bayi mungil yang baru saja lahir beberapa jam lalu. "Noah," bisik Samuel, matanya menatap lembut ke wajah anak itu. "Aku ingin menamainya Noah. Untuk menghormati Ayahmu, Arin. Dia pasti bangga." Arin tersenyum meski lelah. Air mata hangat mengalir dari sudut matanya. "Noah... Nama yang indah.”Samuel membelai rambut Arin dengan penuh kasih. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk menjaga dua orang yang paling ia cintai ini dengan segenap jiwa raganya. "Kamu tahu, aku tidak pernah seberharap ini sebelumnya," ujar Samuel, suaranya pelan tapi penuh emosi. "Melihat kamu dan Noah… rasanya seperti semua perjuangan selama ini terbayar." Arin mengangguk kecil. Tubuhnya masih lemah setelah proses persalinan yang cukup panjang. Tapi melihat bayi mereka yang sehat dan Samuel yang selalu ada di sisinya, ia meras

  • Obsession In Love   Bab 116

    Mentari pagi menyelinap dari celah-celah tirai jendela kamar tidur mewah milik Samuel dan Arin. Suara burung yang berkicau terdengar lembut, seolah menyambut hari baru yang penuh kebahagiaan. Arin membuka matanya perlahan. Dia menoleh, menemukan Samuel yang sudah duduk di tepi ranjang, mengenakan kemeja putih yang digulung di bagian lengannya. Tatapan pria itu hangat, penuh cinta. “Pagi, istriku,” sapa Samuel sambil tersenyum. Arin tersenyum kecil, matanya masih setengah mengantuk. “Pagi, suamiku. Kenapa bangun pagi-pagi sekali? Biasanya kamu kan malas-malasan dulu.” Samuel tertawa kecil, lalu membelai rambut Arin dengan lembut. “Aku cuma ingin memastikan kamu istirahat dengan cukup. Lagipula, ada sesuatu yang spesial hari ini.” Arin mengerutkan kening, bingung. “Spesial? Apa? Hari ini bukan ulang tahun kita, kan?” Samuel mengangguk pelan, wajahnya penuh rahasia. “Nanti juga kamu tahu. Yang penting sekarang, kamu siap-siap, ya. Aku mau kita habiskan hari ini dengan santai, cu

  • Obsession In Love   Bab 115

    Pagi itu, Arin berdiri di depan gedung utama Venus Corporation. Bangunan megah itu terlihat kokoh, tapi di matanya, gedung itu seperti menyimpan luka lama. Perusahaan yang dulu milik kedua orang tuanya telah mengalami begitu banyak perubahan buruk di tangan Irawan. Namun sekarang, semuanya ada di tangannya. Arin menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya. Ini adalah langkah besar, dan dia tidak boleh gagal.Di sampingnya, Samuel berdiri dengan tenang. Wajahnya seperti biasa, penuh ketegasan, tapi ada senyum kecil yang membuat Arin merasa lebih percaya diri.“Kamu yakin bisa handle semuanya?” tanya Samuel, memecah keheningan.Arin menoleh, tersenyum tipis. “Aku harus bis. Ini perusahaan orang tuaku, Mas. Aku tidak bisa biarin apa yang mereka bangun terbuang sia-sia.”Samuel mengangguk. “Kalau kamu butuh bantuan, Mas selalu ada. Mas tahu ini berat, tapi kamu tidak sendirian.”Mendengar itu, Arin merasa lebih lega. Ada kekuatan dalam kata-kata Samuel yang membuatnya yakin la

  • Obsession In Love   Bab 114

    Clara berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Gaun merah yang membalut tubuhnya terlihat sempurna, namun wajahnya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Senyum tipis menghiasi bibirnya, meskipun hatinya penuh amarah. Samuel. Nama itu terus berputar di kepalanya. Dia ingat betul bagaimana pria itu menatapnya dingin beberapa hari yang lalu, menolak kehadirannya tanpa sedikit pun ragu.“Dia tidak bisa terus seperti ini,” gumam Clara pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. Matanya menatap pantulan dirinya dengan tajam, seolah mencoba meyakinkan diri bahwa dia masih punya kendali. ---Di ruang tamu, Irawan berdiri dengan wajah merah padam. Di depannya, Bella berdiri dengan koper besar di tangannya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, tidak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini terlihat dingin dan penuh kebencian. “Kamu mau ke mana?” suara Irawan terdengar keras, hampir seperti teriakan. Bella menatapnya dengan tenang, tapi sorot

  • Obsession In Love   Bab 113 Kedatangan Samuel

    Pagi itu, suasana kantor pusat Venus terasa berbeda. Setelah konfrontasi besar yang terjadi kemarin, berita tentang keberanian Arin menyebar seperti api. Namun, meski kemenangan awal itu membuat hatinya sedikit lega, ia tahu ancaman belum berakhir. Irawan dan Clara tidak akan tinggal diam. Arin duduk di ruangannya, memandangi secangkir teh yang sudah dingin. Matanya menatap kosong ke luar jendela besar, pikirannya melayang pada langkah selanjutnya yang harus ia ambil. Fani mengetuk pintu perlahan sebelum masuk dengan membawa beberapa dokumen.“Nyonya Arin, ini proposal yang harus Nyonya tandatangani untuk rapat siang nanti,” ujar Fani sambil meletakkan map di meja. “Dan tadi ada kabar dari Tuan Samuel. Katanya beliau sudah di jalan ke sini.”Arin tertegun, menoleh cepat ke arah Fani. “Mas Samuel... akan datang ke sini?”“Iya, Nyonya. Katanya mau mendukung Ibu langsung di hadapan para pemegang saham,” jawab Fani dengan senyum kecil. “Sepertinya beliau tidak mau cuma diam melihat Nyony

  • Obsession In Love   Bab 112 Konfrontasi di Venus

    Langit pagi itu cerah, tapi hati Arin penuh badai. Di balik ketenangan wajahnya, ada amarah yang telah lama ia simpan. Hari ini, ia akan menyelesaikan semuanya, mengembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya—Venus, perusahaan yang dibangun oleh kedua orang tuanya dengan penuh cinta dan kerja keras. Terakhir dia memang berhasil membuat Irawan dan Clara diusir tapi dengan licik mereka memanipulasi semua lagi. Para pemegang saham lebih percaya dengan omongan mereka daripada ArinArin berdiri di depan cermin besar di kamar utama. Gaun formal berwarna hitam yang ia kenakan memancarkan aura kekuatan. Rambutnya disanggul rapi, memberi kesan elegan namun tegas. Di belakangnya, Fani berdiri dengan tangan di pinggang, seperti biasa dengan ekspresi serius.“Bu Arin, semua dokumen sudah siap. Rekaman suara dan bukti saham yang Ibu minta sudah saya simpan di tas kerja. Kalau ada yang coba macam-macam, saya juga sudah siap.” Fani.Arin tersenyum tipis. “Terima kasih, Fani.”Ruang rapat di lant

  • Obsession In Love   Bab 111

    Pernikahan Mila dan Rocky berjalan dengan sangat lancar. Arin yang ikut menyaksikan pernikahan mereka pun ikut merasa senang. Pernikahan yang penuh kebahagiaan dan rasa haru itu mampu membuat Arin sedikit iri. Iri karena kedua orang tua Mila yang hadir, kasih sayang orang tua Mila membuat Arin merindukan kedua orang tuanya. Samuel yang menggandeng tangan Arin merasakan tangan itu semakin dingin. "Apa kamu baik-baik saja, Baby?" tanah Samuel yang nampak cemas. Arin menganggukan kepalanya dengan tersenyum kecil. Samuel tak bisa ia bohong dia mengerti jika Arin sedang tidak baik-baik saja. Tapi Samuel tak mau bertanya lebih karena mereka belum kembali ke rumah. Keduanya berjalan keluar dari gedung pernikahan itu, Alec membukakan pintu mobil untuk mereka. Arin dan Samuel pun segera masuk ke dalam mobil. Samuel membawa Arin agar bersandar di dadanya. Pria itu mencium puncak kepala Arin membuat Arin merasa nyaman. Diusapnya perut Arin yang sudah membesar itu. "Baik-baik ya Sayang di dal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status